Mohon tunggu...
Dyas NoviaraleFitriani
Dyas NoviaraleFitriani Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa

Halo, perkenalkan, nama saya Dyas Noviarale Fitriani, teman-teman saya biasa manggil saya Dyas. Saya merupakan mahasiswi jurusan Bimbingan dan Konseling dari Universitas Negeri Surabaya. Tertarik untuk belajar hal-hal baru dengan hobi menonton anime dan membaca.

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Stigma BK vs Realitanya

13 Desember 2022   08:46 Diperbarui: 13 Desember 2022   09:02 93
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilmu Sosbud dan Agama. Sumber ilustrasi: PEXELS

Menjadi seorang Guru BK atau Guru Bimbingan dan Konseling, memiliki tujuan serta menjadi harapan yang besar bagi peserta didik, seperti membantu dan memberikan dukungan bagi peserta didik yang memiliki hambatan belajar ataupun permasalahan di sekolah. Namun, bagi sebagian orang awam atau bahkan sebagian peserta didik, ketika mereka mendengar kata "BK", hal yang pertama kali muncul di kepala mereka justru hal yang berkaitan dengan tukang razia, tatib sekolah, tukang-marah-marah, guru yang tidak bisa diajak berkompromi, atau hal-hal yang berkaitan dengan sesuatu yang dianggap menyeramkan.

Selain itu, anggapan mengenai peserta didik yang dipanggil atau yang keluar dari ruangan BK, merupakan peserta didik yang problematik, kian memperkeruh pandangan negatif yang ada pada diri Guru BK. Belum lagi pemikiran dari kebanyakan orang mengenai Guru BK yang hanya berfokus pada peserta didik yang bermasalah saja. Stigma-stigma mengenai BK tersebut seolah seperti sudah turun-temurun dari generasi ke generasi.

Guru BK banyak dibebani dengan tugas-tugas untuk menyelesaikan pelanggaran kedisiplinan dan tata tertib sekolah, yang mana hal tersebut menuntut Guru BK agar dapat berperan sebagai penasehat, penceramah, atau bahkan hakim yang memberi hukuman kepada peserta didik yang melanggar. Hal demikian tentunya sangat berdampak pada profesi Guru BK. Pemberian tugas yang tidak sesuai jobdesk, pada akhirnya membuat beberapa peserta didik merasa enggan untuk sekedar berkonsultasi dengan Guru BK.

Berkaitan dengan yang telah saya jelaskan sebelumnya, mengenai anggapan bahwa Guru BK hanyalah berfokus pada peserta didik yang bermasalah saja, tugas Guru BK saat itu hanya memberi layanan konseling kepada peserta didik yang bersangkutan. Akan tetapi, hal tersebut membuat kebanyakan orang salah paham dan kemudian berpikiran, bahwa setiap peserta didik yang keluar dari ruang BK adala peserta didik yang bermasalah. Banyaknya stigma-stigma tersebut, membuat profesi Guru BK cenderung dipandang sebelah mata oleh masyarakat. 

Semua stigma-stigma dan anggapan negatif mengenai BK sudah harus mulai dihilangkan dari sekarang. Karena pada kenyataannya, Guru BK justru sangat berperan penting dalam perkembangan setiap peserta didik, dengan memberikan layanan bimbingan serta konseling, bila diperlukan. Guru BK memberikan layanan-layanan yang sekiranya dibutuhkan oleh peserta didik, baik untuk masa sekarang ataupun masa depan nanti. Agar apa? Agar peserta didik mampu mengenal bagaimana dirinya dan jati dirinya, mengingat masa sekolah merupakan masa dimana peserta didik mulai mencari jati dirinya. Maka dari itu, ada layanan bimbingan dan konseling di sekolah.

Tugas Guru BK yang sebenarnya adalah membantu peserta didik mengenal bagaimana dirinya sendiri dan membantunya menemukan tujuan serta arah kedepannya. Yang kemudian Guru BK akan membantu peserta didik mencapai tujuan dengan membimbing peserta didik tersebut. Apabila sekiranya terdapat hambatan dalam mencapai tujuan atau hambatan dalam pembelajaran, maka Guru BK tidak segan untuk memberikan konseling guna menyelesaikan hambatan-hambatan tersebut.

Guru BK juga sangat berperan penting dalam menunjang keberhasilan peserta didik dalam pembelajaran, yang tentunya juga bekerja sama dengan guru mata pelajaran. Oleh sebab itu, masyarakat sekitar perlu melek mengenai "apa itu BK?", agar stigma-stigma yang ada bisa berlalu. Bukan hal yang mudah memang, mengubah stigma yang sudah terpaku secara turun-temurun sejak lama, tapi dengan seiring berjalannya waktu dan perkembangnya teknologi yang ada, pastinya stigma negatif mengenai BK akan memudar.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun