Mohon tunggu...
Denda Yulia Asih Rismawanti
Denda Yulia Asih Rismawanti Mohon Tunggu... pelajar/mahasiswa -

Allah dulu, Allah lagi, Allah terus | Simple | Long life education | 私はスマートではないです | @YuliaRizzy | Fb: Denda Yulia Asih Rismawanti シ ッ ツ ヅ

Selanjutnya

Tutup

Inovasi Pilihan

Kebohongan Media

6 Januari 2014   21:25 Diperbarui: 24 Juni 2015   03:05 491
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Terinspirasi dari sebuah postingan pada salah satu FP (Fans Page) penulis membuat artikel ini dan melihat prospek media saat ini, khususnya tayangan yang di sajikan Pertelevisian tanah air.

[caption id="attachment_304420" align="aligncenter" width="538" caption="Picsource: FP MS "][/caption]

Sekilas tentang Fungsi dari media itu sendiri ( menurut Shomaker & Reese 1996) :

¾Media sebagai lembaga yang bertugas mengawasi lingkungan (Survalance of the Environment)

¾Menghubungkan bagian-bagian dalam masyarakat ( Correction of the the parts of the society)

¾Meneruskan warisan sosial ( transmission of the social heritage)

¾Hiburan (Entertaiment)

Setiap wartawan harus mendengarkan hati nuraninya sendiri, dan mempunyai pertimbangan pribadi tentang etika dan tanggung jawab sosial. (Elemen ke-9 Jurnalistik ).

Melihat kondisi media saat ini membuat penulis pribadi khawatir. Pasalnya tayangan-tayangan baik itu pertelevisian maupun media Online saat ini terkesan maruk ratting. Media saat ini terkesan menyembunyikan kebenaran sebuah berita itu sendiri dan malah membuat berita menjadi sebuah informasi kebohongan semata.

Bukannya menyudutkan beberapa pihak, hanya saja ini merupakan bentuk kehkawatiran penulis pribadi. Sehingga membuat orang atau kelompok berpendapat bahwa “Apa yang di tampilkan media tidak sesuai dengan kenyataan yang ada”.

Meninjau ke beberapa tahun yang lalu ketika media belum terlalu berkembang, khususnya di Indonesia. Dari segi perpolitikan misalnya, pada saat itu, bisa di katakan Negara kita tidak terlalu terpuruk seperti saat ini, ketika berkembangnnya media di Indonesia dari situlah satu persatu skandal-skandal dalam perpolitikan Indonesia terbongkar. Namun, bukan hal ini yang di katakan sebagai “Kebohongan Media”.

Hal yang penulis nilai sebagai Kebohongan yaitu. Dari segi berita, berita-berita yang penulis amati beberapa hari belakangan banyak mengusut tentang pembuatan makanan yang terbilang illegal, karena menggunakan bahan dasar yang tidak layak konsumsi khususnya bagi masyarakat Indonesia. Dan hal tersebut membuat kerugian dari banyak pihak, khususnya pedagang bersangkutan dan para calon konsumen. Pedagang menjadi kehilangan lapangan pekerjaan, dan berimbas gulung tikar di beberapa lapak warung makanan mapun minuman, dari konsumen sendiri was-was karena adanya kekhawatiran untuk membeli setelah melihat tayangan di media. Lain halnya dengan media tersebut, media bersangkutan akan memperoleh keuntungan, yang membuat tayangan mereka bisa memperoleh ratting tinggi. Mungkin dari pihak media tersebut bermaksud baik, ingin mengungkap paktek penjualan makanan tidak sehat yang sedang menjamur, namun bila di amati lagi ketika dari pihak media melakukan wawancara dengan narasumber terkait yang akan di lakuakan pasti menyamarkan identitas mereka. Jika memang ingin mengungkap suatu kesalahan mengapa harus di sembunyikan? Hal tersebut sangat di sayangkan, terutama kepada para pedagang yang notabennya Kaki lima di emperan jalan yang bersusah payah berlaku jujur. Ada juga sebuah berita kecelakaan, mungkin karena yang mengalami orang yang terbilang terkenal dan berpengaruh sehingga terkesan Media membela yang seharusnya menjadi tersangka, serta banyak yang beranggapan kasus tersebut sengaja di tutupi dengan menglihkan kasus sebenarnya menjadi sebuah tayangan parody belaka,

Dari segi hiburan, tentu rata-rata pengamat Televisi Indonesia sudah tahu bagaimana kondisi tayangan yang di katakan hiburan di tanah air. Dari Sinetron misalnya, beberapa hari yang lalu ada yang mengatakan “ Sinetron sekarang semakin lebay, orang marah aja seperti habis nelan beling, di kehidupan nyata padahal tidak seperti itu”. Penulis akui memang seperti itu kenyataannya, belum tercipta sejarah adanya tayangan Sinetron yang bisa mendidik khususnya medidik pemirsanya lebih tepatnya lagi mendidik remaja-remaja Indonesia saat ini. Dari Realtyshow, sebuah tayangan yang biasanya tanpa scenario akan di tayangkan, namun beda halnya dengan Realty show yang ada di tanah air semua alur sudah di scenario dari awal hingga akhir. Bahkan ada salah satu realtyshow yang terancam bubar karena adanya gugatan dari sebuah lembaga karena di nilai tidak layak di siarkan selain itu bersifat hura-hura dan tidak mendidik.

Memang tidak semua media seperti itu, ada salah satu media yang benar-benar menayangkan sebuah program yang medidik, dan wartawan media tersebut pun penulis rasa sesuai dengan elemen jurnalistik ke-9.

Masih beranggapan apa yang di tayangkan media adalah memang kenyataan yang terjadi sebenarnya??  Dont believe everything you see :D

[caption id="attachment_304422" align="aligncenter" width="358" caption="Picsource: MS Fanspage"]

13890181901247748831
13890181901247748831
[/caption] salam sahabat ^_^

Mohon tunggu...

Lihat Konten Inovasi Selengkapnya
Lihat Inovasi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun