Mohon tunggu...
dyan maulani
dyan maulani Mohon Tunggu... Apoteker - Apoteker

saya cenderung pendiam

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Ibu KEK (Kurang Energi Kronis)

3 Januari 2023   10:40 Diperbarui: 3 Januari 2023   10:42 164
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilmu Sosbud dan Agama. Sumber ilustrasi: PEXELS

Kurang Energi Kronis (KEK) merupakan kondisi ibu menderita kekurangan makanan yang berlangsung menahun (kronis) sehingga menimbulkan gangguan kesehatan pada ibu hamil. KEK adalah penyebab dari ketidakseimbangan antara asupan untuk pemenuhan kebutuhan dan pengeluaran energi. KEK terjadi pada wanita usia subur (WUS) dan ibu hamil. Faktor penyebab KEK pada ibu hamil sangat kompleks diantaranya, ketidak seimbangan asupan  zat gizi, penyakit infeksi, dan perdarahan. KEK pada ibu hamil juga berisiko melahirkan bayi dengan berat badan lahir rendah (BBLR). Bayi yang lahir kurang dari 2,5 kg disebut dengan BBLR merupakan salah satu faktor utama kematian bayi

Penyebab langsung yang sering terjadi pada kematian ibu hamil adalah perdarahan sebesar 28%, eklampsia 24% dan penyakit infeksi 11%, sedangkan penyebab tidak langsung adalah kurang energi kronis (KEK) sebesar 37% dan anemia 40%. Prevalensi risiko KEK pada WUS di Indonesia pada tahun 2007 sebesar 19,1%. Salah satu  provinsi yang memiliki prevalensi KEK sedang adalah propinsi Jawa Timur sebesar 21,9%.

Karkteristik ibu hamil KEK diantaranya adalah kondisi ekonomi keluarga dan tingkat pendidikan yang masih rendah. Demikian juga dengan suami ibu, selain berpendidikan rendah juga pendapatan per bulan yang diperoleh juga rendah. Faktor ibu yang berhubungan dengan kejadian KEK adalah umur menikah dan umur kehamilan pertama yang terlalu muda (< 20 tahun), paritas dan kadar haemoglobin (Hb). Salah satu faktor risiko ibu hamil KEK adalah konsumsi makanan bergizi yang kurang baik dari segi kualitas maupun kuantitasnya. Makanan yang dikonsumsi ibu hamil harus cukup mengandung zat gizi agar janin di dalam kandungan memperoleh makanan yang cukup. Sebagian besar suami dan keluarga sudah memberikan dukungan dan perhatian pada ibu selama masa kehamilan. Dukungan yang diberikan oleh suami dan keluarga kepada ibu hamil KEK sebagian besar berupa perhatian dalam mendampingi, menjaga kesehatan dan konsumsi makanan dan mengantar ibu jika periksa kandungan atau berobat ke bidan atau puskesmas, walaupun masih ada suami dan keluarga ibu hamil yang tidak mengetahui istilah dan gejala KEK pada ibu hamil.

Upaya penurunan prevalensi KEK pada ibu hamil perlu dilakukan kerja sama lintas sektor dengan Kementerian Agama untuk mencegah pernikahan dini. Diperlukan juga kerja sama lintas program terutama dari program promosi kesehatan (PROMKES) dan kesehatan keluarga (KESGA) serta pelayanan kesehatan (YANKES) untuk menggalakkan program sosialisasi melalui komunikasi, informasi dan edukasi (KIE) untuk meningkatkan pembekalan pengetahuan dan penyebarluasan informasi kesehatan seperti kesehatan reproduksi, gizi ibu hamil serta faktor-faktor yang berhubungan dengan permasalahan kesehatan kehamilan terutama pada remaja putri sebagai calon ibu-ibu muda dan wanita usia subur agar lebih bijaksana dalam mempersiapkan diri sebelum memutuskan untuk melaksanakan pernikahan, sehingga tidak terjadi pernikahan dan kehamilan di usia dini.

Perlu dilakukan deteksi dini melalui pengukuran lingkar lengan atas (LILA) dan pemeriksaan kadar haemoglobin (Hb) terutama pada kelompok sasaran yang berisiko KEK yaitu para calon ibu muda (umur 20-25 tahun) juga pada WUS diupayakan ketika memasuki awal kehamilan yang pertama, umur tidak kurang dari 17 tahun. Deteksi dini yang dilakukan bertujuan untuk mengetahui kadar Hb dalam darah sehingga bisa terdeteksi status anemia dan mencegah ibu hamil mengalami status gizi buruk (KEK) dan risiko penyakit lainnya selama masa kehamilan agar kondisi ibu dan janin dalam kandungan sehat dan proses persalinan ibu berjalan dengan aman. 

Selama masa kehamilan diwajibkan pada ibu untuk selalu rutin melakukan pemeriksaan kehamilan secara periodik yang berguna juga untuk pencegahan risiko KEK dan anemia serta kemudahan saat proses persalinan. Selain itu, ibu hamil dengan kondisi sosial ekonomi rendah terutama yang mempunyai suami dengan tingkat pendidikan hanya tamat SD dan bekerja sebagai buruh dengan pendapatan rendah sangat perlu mendapat perhatian untuk menunjang program kesehatan lainnya, sosialisasi dan KIE (komunikasi, informasi dan edukasi) kepada remaja putri mengenai pencegahan pernikahan dan kehamilan di usia dini yang bertujuan untuk mempersiapkan kondisi fisik dan mental ketika hamil dan bersalin. KIE juga perlu diberikan pada wanita usia subur (WUS) dan calon ibu agar selalu meningkatkan asupan zat gizi ibu selama kehamilan seperti konsumsi makanan sumber energi, protein, lemak, vitamin dan mineral lebih ditingkatkan baik dari kualitas maupun kuantitas namun juga risiko KEK baik pada faktor-faktor penyebab maupun dampak yang ditimbulkannya.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun