Mohon tunggu...
Sucahyo AdiSwasono@PTS_team
Sucahyo AdiSwasono@PTS_team Mohon Tunggu... Wiraswasta - Bakul Es :
Akun Diblokir

Akun ini diblokir karena melanggar Syarat dan Ketentuan Kompasiana.
Untuk informasi lebih lanjut Anda dapat menghubungi kami melalui fitur bantuan.

Pegiat Komunitas Penegak Tatanan Seimbang (PTS); Call Center: 0856 172 7474

Selanjutnya

Tutup

Lyfe Pilihan

ASI: Back to Nature

6 Oktober 2022   05:17 Diperbarui: 6 Oktober 2022   15:43 162
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Lyfe. Sumber ilustrasi: FREEPIK/8photo

#ASI Eksklusif

"ASI eksklusif adalah pemberian ASI tanpa makanan dan minuman tambahan lainnya dari bayi lahir sampai bayi berumur enam bulan dan dilanjutkan sampai bayi berumur dua tahun" (WHO, 2009).

Begitulah, tentang Air Susu Ibu (ASI) yang sempat ditandaskan oleh WHO sebagai pernyataan resminya menyangkut hal ihwal dalam memperlakukan bayi oleh sang ibu, terutama bagi tumbuh kembang sang buah hati. Masih menurut WHO, bahwa dalam ASI itu sendiri mengandung semua energi dan nutrisi yang dibutuhkan sang bayi untuk bulan-bulan pertama kehidupannya, dan seterusnya ASI menyediakan kebutuhan nutrisi sang anak. Pemberian ASI ekslusif sangat dianjurkan dilakukan selama enam bulan usia bayi, dan setelahnya bayi dapat diberikan makanan pedamping ASI sesuai usia sambil tetap diberi ASI hingga usia dua tahun. Prinsip idealnya adalah bahwa pemenuhan ASI terhadap kebutuhan asupan bayi adalah dua tahun, sebagai standar alamiah bagi sang ibu di masa menyusui bayinya. 

Jauh sebelum apa yang dinyatakan oleh WHO tentang bagaimana yang ideal dan seharusnya terhadap sang bayi, sang ibu dan ASI-nya itu, saya sebagai seorang pria, sudah berpandangan dan berwawasan tentang ASI dengan segala keunggulannya terhadap pememenuhan kebutuhan asupan dasar bagi sang bayi. Bahkan, pengetahuan itu telah hinggap di alam pikiran saya ketika masih berstatus lajang atau masih usia remaja. Input dari mata pelajaran Biologi dan mata pelajaran Pendidikan Olah Raga dan Kesehatan yang saya dapatkan saat SMP dan SMA. Ditambah dengan pengamatan saya sendiri dari kejadian-kejadian nyata di sekitar saya berada, yakni tentang bagaimana ketika seorang ibu melahirkan dan menyusui bayinya hingga usia bayi mencapai dua tahun, dan menjadikan sebuah refleksi bagi saya. Meskipun saya adalah seorang pria. Sehingga terbersit di benak saya sebagai  suatu visi, bila kelak saya membangun rumah tangga atau keluarga, dan saya sebagai kepala keluarga yang filosofisnya adalah sebagai panglima keluarga batih, maka cita ke depan telah saya patri di alam pikiran saya. Demikian kurang lebihnya,

"Jikalau saatnya nanti saya memasuki masa hidup berumah tangga, dan dikaruniai Tuhan seorang anak entah satu, dua atau lebih, maka harus saya pratikkan dengan memberikan pengertian dan pemahaman kepada sang istri bahwa anak kita, bayi kita wajib dipenuhi kebutuhan asupan dasarnya dengan ASI hingga usia dua tahun. Paten, tak boleh ditawar!"

Seiring dengan perjalanan waktu, dan saya telah memasuki masa hidup berumah tangga, lalu lahirlah sang bayi pertama, lelaki, dari perut ibunda bayi, sang istri, ada sedikit persoalan yang dirasakan oleh sang istri.

"Pak, bagaimana ini, ASI-ku buat bayi kita koq tak begitu lancar keluarnya? Sementara, ini bayi cenderung lahap berharap terpenuhi kebutuhan asupannya," keluh sang istri waktu itu.

Sejenak saya berpikir, menggali ingatanku tentang bagaimana bila seorang ibu yang sedang menyusui bayinya, yang ternyata ASI-nya tak lancar keluarnya guna memenuhi kebutuhan sang bayi? Konsepsi Back to Nature yang selalu saya pegang teguh dalam memberikan solusi di setiap permasalahan hidup dengan segala aspeknya, harus saya keluarkan dalam praktik real terhadap kasus yang tengah saya hadapi ini.

Tanpa berlama-lama, sang istri saya mohon untuk sejenak bersabar, saya pun langsung beranjak ke pasar. Dengan satu tujuan dan keputusan, yakni, mendapatkan hasil olahan kacang-kacangan, dan saat itu kudapatkan marning jagung. Begitu kembali sampai di rumah saya serahkan kepada sang istri.

"Ini, marning jagung untuk melancarkan ASI-mu, agar bayi kita tak kekurangan dan terpenuhi kebutuhan asupannya."

Selang beberapa saat kemudian setelah marning jagung tersebut dilumat oleh sang istri, alhasil, ASI sang istri pun menjadi lancar.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Lyfe Selengkapnya
Lihat Lyfe Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun