"Alhamdulillah, pak, ASI-ku lancar. Si Thole pun begitu lahapnya mengasup ASI-ku setelah kau dopping aku dengan marning jagung," kata sang istri dengan rona muka yang amat ceria, ekspresi dari rasa syukurnya.
Demikianlah, sepenggal fakta real yang saya alami bersama sang istri sebagai keluarga batih manakala menerima anugerah dari Sang Pencipta kehidupan dan kematian, hadirnya sang buah hati lelaki pertama, yang saat ini sudah beranjak dewasa, seusia sarjana. Yakni, berkisar tentang ASI Eksklusif, kewajiban sang ibu sebagai representasi dari lembaga pendidikan paling handal di muka bumi yang takkan tertandingi oleh lembaga pendikan apapun bagi sang anak dalam dalam hal adab dan budaya. Tak terkecuali, terhadap soal memenuhi kebutuhan asupan dasar  di kala sang anak masih bayi hingga mencapai usia dua tahun. Karena menyusui dengan ASI adalah tugas dan kewajiban bagi sang ibu kepada sang bayi. Tidak sekali-kali pun dengan Supi - Susu Sapi, maupun sufor. Dan, hal itu berlanjut hingga saya dianugerahi anak kedua, perempuan yang saat ini telah beranjak dewasa sesusia mahasiswi semester tiga. Berusaha konsisten, terapkan bagian dari konsepsi Back to Nature tentang menjaga dan merawat bayi dengan memenuhi ASI, ASI dan ASI selama dua tahun, yang di zaman  ini ditambahkan label Eksklusif ...
Sepenggal saja pengalaman saya dari sekian pengalaman sepanjang perjalanan saya membangun keluarga, yang bisa saya tuangkan sebagai tulisan di artikel ini, yakni tentang bayi, ASI, tugas dan kewajiban sang ibu dalam menyusui di ranah konsepsi Back to Nature ...
Sekian dan terima kasih.
Salam Satu Bangsa Indonesia_Nusantara dalam Bhinneka Tunggal Ika, Salam Seimbang berfalsafahkan Pancasila ...Â
*****
Kota Malang, Oktober di hari keenam, Dua Ribu Dua Puluh Dua.   Â
   Â
Â
   Â