Kompasianer sudah punya kompor listrik? Â Maka jawaban saya adalah: tidak punya ..! Atau, pernah coba menggunakannya? Mana yang lebih mudah antara kompor gas dan kompor listrik?Â
Kalau soal pernah coba menggunakannya, maka saya jawab: pernah! Itupun dulu, sekali lagi, dulu pada saat saya berstatus sebagai insan indekost dan saat masih lajang.Â
Mana yang lebih mudah antara kompor gas dan kompor listrik? Karena saya pernah mengalami, maka jawaban lugas saya adalah: lebih mudah dan lebih praktis menggunakan kompor listrik!
Lantas masalahnya yang dihadapi saat ini apa, ya?
Konversi gas LPG 3 Kg ke kompor listrik yang berdaya 1.000 watt, itulah masalahnya bagi saya, mungkin pula bagi yang lainnya. Kenapa? Karena listrik rumah tangga saya, real hanya 900 watt. Belum menyinggung daya listrik punya tetangga sekitar, yang masih 450 watt? Bisa dimaklumi, ya secuil data dari saya, dari sekian data yang ada di seantero Indonesia_Nusantara?Â
Oleh karenanya, bagaimana mungkin saya sebagai warga negara akan menyambut kebijakan pemerintah yang dalam hal ini, Kementrian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) melalui PT PLN tengah mencoba mengkonversi gas LPG 3 Kg ke kompor listrik berdaya 1.ooo watt tersebut?Â
Kapasitas listrik rumah berdaya 900 watt, dimanfaatkan buat satu alat kompor listrik dimaksud, belum apa-apa sudah minus 100 watt! Apalagi, dalam sebuah rumah tangga standar, peralatan pendukung untuk menopang aktivitas sehari-hari yang rutin, tidak hanya kompor saja. Sebut saja,  peralatan rumah tangga lainnya, seperti kulkas, setrika, mesin suci, blender pelumat bahan makanan, dan sebagainya, akan dikemanakan?Â
Ini listrik rumah tangga yang berdaya 900 watt, apalagi yang berdaya 450 watt? Kalaupun listrik rumah tangga berdaya 1.300 watt pun, apakah hanya kompor sebagai peralatan rumah tangga yang memanfaatkan setrum listrik, bila memang satu kompor listrik dimaksud mebutuhkan daya setrum 1.000 watt?Â
Jadi, jujur saja, lugas saja, bagaimana mikir dan mengatur setrum listrik rumah tangga, terkait dengan rencana kebijakan pemerintah dalam mengkonversikan LPG 3 Kg ke kompor listrik 1.000 watt itu, bagi yang berdaya mulai dari yang 450 watt hingga yang 1.300 watt? Bingung bin pusing, tidak?
Selanjutnya, kebingungan tersebut, siapa yang memulai? Pemerintah dengan rencana kebijakannya, ataukah warganya?