sengaja kutulis sajak ini di atas pelepah lusuh, bukan karena apa
agar terbuka hati dan pikiran tuan-tuan yang diam di singgasana, yang tak berbuat apa-apa atas nasib berjuta-juta manusia dalam bingkai bangsa, Indonesia Nusantara
kuketuk hati dan pikiran tuan-tuan, itupun bila merasa dan tak membatu kaku mengelus dagu
tuan-tuan yang mulia dan selalu ingin dimuliakan oleh para kebanyakan, yang tak punya gelar karena tak pernah mengenyam pendidikan tinggi setinggi tuan-tuan
tuan-tuan yang lebih dikenal sebagai kaum cerdik pandai, intelektual !Â
adakah sedikit saja, sebersit terlintas di benak anda untuk berpikir dan peduli terhadap perjalanan nasib bangsa dengan rakyat yang masih hidup terkungkung dalam ruang alas piramida, yang ruang di atasnya adalah tempat anda memegang tahta?
di puncak menara itulah, tuan-tuan berkuasa atas nasib para jelata
apakah gelar yang tuan-tuan miliki, hanya untuk memperkokoh reputasi supremasi demi kebutuhan pribadi?
apakah kesempatan yang tuan-tuan miliki hanya untuk memperkokoh sebuah oligarki?
jikalau memang demikian, peguruan tinggi yang memproduksi para priyayi, tak lebih hanya berburu posisi jadi petinggi yang selalu menguasai hajat hidup para jelata, tanpa mau peduli akan nasibnya berkubang derita nestapa dan segalanya
tuan-tuan cerdik pandai cendekia, tanah negeri ini telah menjadi koloni, oleh para cukong serta para kroni yang memperdaya seluruh anak negeri
mengapa tuan-tuan masih tak peduli?