Mohon tunggu...
Sucahyo AdiSwasono@PTS_team
Sucahyo AdiSwasono@PTS_team Mohon Tunggu... Wiraswasta - Bakul Es :
Akun Diblokir

Akun ini diblokir karena melanggar Syarat dan Ketentuan Kompasiana.
Untuk informasi lebih lanjut Anda dapat menghubungi kami melalui fitur bantuan.

Pegiat Komunitas Penegak Tatanan Seimbang (PTS); Call Center: 0856 172 7474

Selanjutnya

Tutup

Puisi

Hipokrit

12 Desember 2018   22:47 Diperbarui: 12 Desember 2018   23:09 181
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Kuluangkan saja meski bukan saat senggang, hadir di acara serba protokoler dan wah

pegiat kepala kampung, birokrat partikelir berlabel sarwa sosial yang acapkali didayagunakan dengan sanjungan "ujung tombak", dihimpun di auditorium mewah yang jarang dikunjungi, hatta sekali dalam setahun...

Sang penguasa kota pun berorasi narasi setelah terlambat satu jam dari yang direncana, membelah suasana penanda acara pun dibuka

Formalitas yang makan waktu, tenaga dan biaya demi satu pencapaian citra petahana dibalut pencerahan pemecahan atas segala problematika jutaan jiwa yang tak kunjung pupus, berujung impian penantian demi penantian

Jadi santapan biasa terkunyah di ujung akhir...

Retorika sang penguasa kota memang manis, teramat manis membuai jiwa penuh harap atas segudang beban menghimpit mendera jiwa lemah tak berdaya, penghuni alas piramida sang jelata karena sesungguhnya, tatkala kekuasaan telah tergenggam di tangan, tak kan sekali-sekali berpikir, bagaimana cara untuk melepaskannya, namun sebaliknya bagaimana cara untuk mempertahankannya dengan segala daya upaya... 

Sekiranya kalbu bertutur iya, mengapa mulut berkata tidak?

Saat suara adzan dhuhur menggema dari perangkat teknologi canggih yang biasa kugenggam, kuputus beranjak dari tempat berbaurnya para pengagung retorika sang penguasa kota yang teramat manis bertutur cerita beraromakan menguatkan cengkeraman terhadap penghuni alas piramida, melalui para kepala pegiat kampung kota yang diharap sebagai kepanjangan tangan, menerjemahkan keinginannya...

"pertahankan saya" karena dari andalah saya menjadi penguasa, meski dengan malu-malu diungkapkan dengan ucap kata yang berlawanan dari yang sebenarnya...

(desember, hari kedua belas, dua nol satu delapan, saat hadir di pertemuan yang digelar walikota)

Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun