Mohon tunggu...
Dyah R
Dyah R Mohon Tunggu... Wiraswasta - "Bagian terbaik dari kehidupan adalah bagian yang kita syukuri."

Bersama suami dan anak-anak, domisili di Jogja. Pernah belajar di Fakultas Ekonomi UNHAS. Suka membaca di waktu senggang.

Selanjutnya

Tutup

Financial Pilihan

Ibu Rumah Tangga Juga Bisa Turut Serta Menjaga Stabilitas Sistem Keuangan

3 Agustus 2019   22:52 Diperbarui: 4 Agustus 2019   01:43 184
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Foto dokumentasi pribadi (jl.sedayu-pajangan, DIY)

"Kata siapa ibu rumah tangga tidak bisa turut andil dalam menjaga stabilitas keuangan negara?"

Ketika mendengar istilah stabilitas sistem keuangan terkadang yang muncul di kepala adalah hal-hal yang rumit terkait perekonomian negara. Padahal sebenarnya apakah yang dimaksud dengan stabilitas sistem keuangan? Mengutip dari web Bank Indonesia, stabilitas sistem keuangan adalah suatu kondisi dimana mekanisme ekonomi dalam penetapan harga, alokasi dana dan pengelolaan risiko berfungsi secara baik dan mendukung pertumbuhan ekonomi. Atau dengan bahasa yang lebih sederhana, stabilitas sistem keuangan merupakan ketahanan sistem keuangan.

Ketahanan terhadap apa? Yakni ketahanan terhadap berbagai tekanan yang terjadi di dalam negara maupun dari luar negara. Tekanan yang ringan bisa dalam bentuk ketidakstabilan harga-harga yang ditandai dengan inflasi tinggi dalam negeri, sedangkan tekanan yang lebih berat yaitu dalam bentuk krisis perekonomian.

Berbagai potensi tekanan yang dapat terjadi berusaha diantisipasi oleh pemerintah dan Bank Indonesia melalui berbagai kebijakan mikro dan makro prudential. Semuanya dilakukan demi stabilitas sistem keuangan.

Namun, meskipun segala bentuk kebijakan dalam menjaga stabilitas sistem keuangan merupakan tugas negara, masyarakat umum bukan berarti 'bebas tugas'. Hal penting yang terkadang terlupakan oleh masyarakat umum yakni sistem keuangan negara yang stabil itu selalu dimulai dari fondasi ekonomi mikro yang kuat. Dan tiap-tiap entitas rumah tangga merupakan pelaku ekonomi mikro yang berperan penting dalam mempengaruhi ekonomi makro (perekonomian negara) secara keseluruhan. 

Untuk itulah ibu rumah tangga sebagai salah satu pelaku ekonomi mikro juga punya andil dalam turut serta menjaga stabilitas sistem keuangan negara secara tidak langsung.

Kata siapa ibu rumah tangga tidak bisa turut andil dalam menjaga stabilitas keuangan negara? Status ibu rumah tangga yang setiap harinya lebih banyak mengurus dapur, justru punya peranan yang sangat penting terhadap perekonomian negara secara tidak langsung. Bagaimana caranya? Sederhana saja, yaitu dengan 3 cara berikut:

1. Berbelanja Secukupnya

Bagaimana yang dimaksud dengan berbelanja secukupnya?

Berbelanja secukupnya yaitu berbelanja sesuai kebutuhan, bukan sesuai keinginan. Semisal untuk kebutuhan masak memasak keluarga kecil (ayah, ibu, satu anak) selama 3 hari membutuhkan dana Rp 150.000, maka tidak perlu menambah belanjaan lagi dengan dalih 'untuk cadangan' jika memang tidak sedang akan mengadakan acara makan bersama keluarga besar di rumah.

Pada akhirnya biasanya bahan makanan cadangan yang dibeli karena keinginan semata atau karena sedang ada diskon hanya akan tersimpan lama, terlupakan, dan akhirnya mubadzir tidak jadi terpakai. Untuk itu cukup penting memiliki rencana kira-kira akan menyediakan makanan apa saja dalam 3 hari ke depan. Itu hanya contoh untuk berbelanja keperluan masakan selama 3 hari.

Untuk yang lebih dari itu, silakan disesuaikan dengan kebutuhan rumah tangga masing-masing. Dengan berbelanja secukupnya kita dapat menghemat uang dan meminimalkan potensi akan adanya bahan makanan yang terbuang percuma, entah karena tidak sempat dimasak ataupun karena masaknya terlalu banyak.

2. Berbelanja di Pasar Tradisional

Berbelanja di pasar tradisional juga merupakan salah satu cara yang dapat dilakukan ibu rumah tangga dalam rangka turut serta menjaga stabilitas sistem keuangan. Bila seseorang berbelanja di pasar tradisional, uang yang ia belanjakan dapat langsung diterima pedagang dan dipergunakan kembali oleh pedagang untuk melakukan berbagai transaksi ekonomi pribadinya.

Dalam hal ini artinya uang benar-benar berputar di sektor riil. Uang yang berputar di sektor riil memiliki efek rantai utilitas yang lebih ketimbang uang yang tidak langsung menyentuh sektor riil. Lalu apa bedanya dengan kita berbelanja di supermarket? Bukankah uang yang kita belanjakan di supermarket juga akan bermanfaat sebagai gaji para pegawai tokonya? Ya, tentu saja. Namun alurnya lebih panjang, sehingga manfaatnya tidak dirasakan secara langsung oleh pelaku ekonomi. 

Perekonomian sektor riil yang paling cepat mempengaruhi sistem perekonomian secara langsung yaitu transaksi tunai langsung antara individu penjual/pedagang dengan individu pembeli. Tapi bukan berarti tidak boleh berbelanja di supermarket. Silakan saja, namun tetap utamakan berbelanja di pasar tradisional. Saking pentingnya peran ibu rumah tangga dalam mempengaruhi sektor riil melalui perilaku belanja, Pemerintah Kabupaten Bantul gencar mengajak masyarakat untuk kembali berbelanja di pasar tradisional.

Gerakan berbelanja di pasar tradisional bila dilakukan oleh ibu-ibu rumah tangga secara massif dan kontinyu, manfaatnya akan sangat berdampak ke kondisi perekonomian daerah secara khusus dan juga terhadap kondisi perekonomian makro secara umum. Jadi? Masih ragu berbelanja di pasar tradisional?

3. Rutin Menabung di Bank

Ibu rumah tangga yang bijak pastinya juga pandai menyisihkan dana sebagai simpanan di masa yang akan datang. Pada umumnya biasanya pada suka menyimpan uang di celengan. Apa salah? Tidak, justru itu sebuah langkah sederhana yang baik dalam mengelola uang. Namun lebih bagus lagi jika menabungnya di bank. Tiap bulan minimal sisihkan untuk ditabung di bank. Mengapa perlu menabung di bank? Bukankah lebih praktis uang masuk ke celengan saja?

Perlu kita ingat kembali bersama, bank merupakan lembaga yang berfungsi menghimpun dana dari masyarakat dan menyalurkan kembali dana ke masyarakat. Maka dengan menabung di bank, uang yang ibu-ibu sekalian miliki tersebut dapat disalurkan oleh bank kepada masyarakat dalam bentuk pinjaman. Uang tersbeut bisa saja disalurkan dalam bentuk pinjaman kepada pedagang yang membutuhkan modal untuk membesarkan usaha yang dimilikinya.

Dalam hal ini, uang yang telah kita himpun di bank tersebut pada akhirnya disalurkan kembali oleh bank ke sektor riil, yang tentu saja manfaatnya berdampak langsung terhadap masyarakat secara umum. Kalau nabungnya di bawah bantal atau di dalam celengan, uang tersebut tidak akan memiliki peran sama sekali terhadap sektor riil. 

Jadi, tidak diperbolehkan menabung pakai celengan? Boleh. Ingin menabung menggunakan sarana apapun boleh, namun sebaiknya setiap bulan tetap ada yang disisihkan untuk ditabung di bank. Sebab selain dapat turut memiliki peran mendorong sektor riil, uang yang ibu-ibu simpan juga lebih aman untuk tidak mudah diambil-ambil (dengan syarat akun tabungan yang dimiliki tidak dibekali Kartu ATM). Hal utama jangan sampai lupa yaitu menabunglah di bank yang dijamin oleh Otoritas Jasa Keuangan (OJK), jangan menabung di bank plecit ya.

Nah, ternyata mudah kan ibu rumah tangga berperan serta turut menjaga stabilitas keuangan negara? Kami sudah memulainya. Bagaimana dengan Anda? Yuk!

---

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Financial Selengkapnya
Lihat Financial Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun