Mohon tunggu...
dyah puspitarini
dyah puspitarini Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswi yang punya hobi menulis

Mahasiswa yang memiliki hobi membaca. Punya banyak ide dan pemikiran yang kemudian disalurkan lewat menulis. DM untuk kritik dan saran terkait tulisan yang saya buat. Instagram @ohfylfy (Dyah Puspita)

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

Perempuan Dalam Stigma Janda

5 Oktober 2022   10:43 Diperbarui: 5 Oktober 2022   10:59 244
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sosbud. Sumber ilustrasi: KOMPAS.com/Pesona Indonesia

Kenapa penggunaan sebutan janda dianggap negatif di masyarakat? Perempuan yang menjadi janda sering sekali dijadikan objek seksualitas oleh laki-laki menjadi hal yang dinormalisasi di Indonesia. Adanya stigma yang melekat pada perempuan setelah bercerai dan menjadi janda, masih menjadi isu di masyarakat Indonesia yang masih memiliki budaya patriarki.

Menjadi objek candaan berbau seksualitas hingga dianggap sebagai pelakor rasanya menjadi hal yang sering didengar oleh para perempuan dengan status janda. Banyak sekali perempuan yang hidup dalam rumah tangga yang toksik namun kesulitan bercerai karena takut dengan pandangan buruk masyarakat dan stigma yang melekat pada status janda tersebut.

Selain itu, dengan adanya anggapan jika janda sangat membutuhkan cinta membuat para perempuan sering sekali mendapatkan tuduhan dan ancaman atas hal yang tidak mereka lakukan hanya karena alasan bahwa mereka adalah janda.

Dianggap Sebagai Pelakor

Banyak sekali istri yang berpikir jika janda dapat merusak rumah tangga mereka. Kemudian masyarakat beramai-ramai menjauhi dan memberikan stigma pada janda. Anggapan ini membuat para janda menjadi tersisihkan dan merasa status tersebut adalah aib dan mereka harus segera lepas dari status janda tersebut agar tidak lagi dianggap sebagai pelakor dan tersisihkan dalam masyarakat.

Pelakor tidak selalu berkaitan dengan janda dan janda tidak selalu mengharapkan pernikahan kembali. Patut disadari jika perselingkuhan adalah pilihan yang  dilakukan oleh kedua pihak secara sadar jadi tidak hanya perempuan yang menjadi pelakor saja yang disalahkan namun laki-laki yang secara sadar selingkuh juga harus disalahkan.

Menjadi Objektivitas Seksual

Adanya budaya patriarki dan masyarakat yang misogini masih melekat di pikiran banyak masyarakat Indonesia membuat perempuan memiliki status yang lebih rendah dari laki-laki hanya dianggap sebagai pemuas nafsu seksual laki-laki.

Terutama para janda yang dianggap bekas membuat laki-laki merasa jika mereka bisa dengan mudah memperdaya janda dengan iming-iming cinta dan keluarga. Menjadi objek candaan seksualitas menjadi hal yang sering dialami para perempuan terutama yang berstatus janda.

Anggapan jika janda adalah perempuan murahan harus diubah. Tidak hanya janda saja namun perempuan yang belum menikah pun tidak boleh menjadi objek seksualitas para laki-laki

Tidak semua orang memiliki pernikahan dan pasangan yang ideal. Terkadang mempertahankan pernikahan bukan menjadi hal yang mudah, apalagi jika pasangan telah melakukan hal yang tidak bisa diterima dalam hubungan pernikahan. Maka, bercerai adalah solusinya. Semua perempuan terlepas dari status perkawinannya tidak boleh mendapatkan stigma dan pandangan buruk dari masyarakat. Semua perempuan berhak menentukan jalan hidupnya tanpa harus mendapatkan persetujuan dari masyarakat.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun