Mohon tunggu...
Dyah Alyana S
Dyah Alyana S Mohon Tunggu... Lainnya - Pelajar SMAN 28 Jakarta

XI MIPA 4 (08)

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Temanku, Ira

1 Desember 2020   23:22 Diperbarui: 1 Desember 2020   23:28 36
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilmu Sosbud dan Agama. Sumber ilustrasi: PEXELS

Perkenalkan, namaku Rana. Aku ingin bercerita sedikit tentang temanku, Ira. Beberapa waktu yang lalu, teman dekatku ini berhasil mendapat beasiswa untuk melanjutkan studinya di luar negeri. Tentu saja aku sebagai temannya sangat bangga terhadap dirinya. Namun, tampaknya Ira tidak merasa senang. Ira bilang, ia sebenarnya dipaksa menuruti kemauan ibunya.

Sebenarnya, Ira tidak ingin mengambil beasiswa itu. Bukan karena tidak mampu, tapi ia mengatakan bahwa ibunya sudah lama sakit. Ia takut kalau ada sesuatu yang tidak diinginkan terjadi saat dia berada di luar negeri. Aku yang mendengarnya pun sedih dan hanya berharap semua akan baik-baik saja untuk Ira.

Setelah hari kelulusan, hari demi hari pun berlalu. Aku sudah lama tidak berkontakan dengan Ira. Tetapi suatu hari aku mendapat informasi yang menyesakkan. Aku melihat foto seseorang yang wajahnya terlihat familiar, berbaring di atas kasur rumah sakit dan keadaannya terlihat lumayan parah. Tidak lain, itu adalah ibu Ira.

"Ira, padahal sebentar lagi kamu akan ke luar negeri," ucapku dengan sedih. Aku pun berencana menjenguk ibunya.

Aku dan Ira pun bertemu di rumah sakit, untuk menjenguk ibu Ira. Lumayan banyak yang menjenguk ibunya Ira. Terlebih karena ia dulunya adalah seorang guru.

"Kakakku yang membawa ibu ke sini. Sudah seminggu aku masih belum bisa menjenguknya. Tapi walau hanya sebatas lihat foto yang kakak kirimkan kepadaku saja aku sudah tidak tega," kata Ira dengan raut wajah yang sangat sedih.

Setelah menunggu, kami akhirnya memasuki ruangan rawat inap ibu Ira. Aku melihat kondisi beliau yang lemah terbaring di kasur. Benar-benar parah. Lebih parah dari kondisi yang aku lihat di foto. Aku berusaha keras menahan air mataku. Aku lihat mata Ira yang berkaca-kaca, terlihat betapa terkejutnya dia melihat ibunya seperti itu.

Sesampainya aku di rumah, aku menangis. Betapa berat cobaan temanku ini. Sedangkan aku yang masih mempunyai orang tua yang sehat masih sering membuat mereka marah dan kecewa. Kisah Ira, temanku, pun membuatku ingin menjadi pribadi yang lebih baik lagi.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun