Dengan perasaan bingung dan campur aduk. Aku sudah tak tahu lagi ingin bagaimana ini ke depannya. Karena aku sudah berkomitmen untuk tidak lagi berpacaran. Itu hanya membuang buang tenaga dan perasaan yang tak jelas kemana arahnya.Tapi entah kenapa, setelah bertemu dengannya dan ketika dia mengajak untuk berpacaran, aku luluh. Dan saat ini, sudah ada rasa suka padanya walau belum terlalu banyak.
"Gimana Vi, kamu mau ga? sambil pacaran, aku nabung buat nanti biaya nikah sama kamu."
 Tanpa banyak berfikir lagi aku pun mengiyakan apa yang Ryan tanyakan. Dan Ryan pun tampak bahagia dengan jawabku.
"Kalau gitu, aku boleh ya manggil kamu sayang." goda Ryan menyenggol lengan pundakkuÂ
"Gak mau Yan, kalau itu. Aku risih, geli geli gimana gitu kalau mesti kaya gitu."
"Pokoknya aku tetep mau manggil kamu tayangggg. yaaa.yaaa. sayang." pintanya sambil tertawa
"Tapi aku tetep manggil kamu pakai nama lo yan."
Hari hari bersamanya pun kulewati dengan bahagia dan senang. Selalu bertemu dan intens, membuat rasa suka dan sayangku bertambah padanya. Apalagi aku dan dia di tempat kerja yang sama. Hanya saja, aku tidak mempublish hubunganku dengannya. Agar tidak ada gosip dan masing masing tetap fokus untuk bekerja.Â
"Yang, pulang nanti aku antar ya kamu, sekalian aku traktir kamu makan diluar."
"Kamu ga capek? tunggu libur, nanti kita jalan seharian berdua gimana?"
"Aku maunya sekarang sama kamu. Boleh ya? keburu laper juga nih."