Mohon tunggu...
Dwi Wahyudi
Dwi Wahyudi Mohon Tunggu... guru -

Generasi harapan pewaris negeri

Selanjutnya

Tutup

Politik

Sepak Terjang Sang Kiai Membangun Negeri

14 Mei 2013   11:15 Diperbarui: 24 Juni 2015   13:36 337
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Politik. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Freepik

Dikisahkan ada seorang kiai yang datang dengan niat untuk berdakwah guna memperbaiki keadaan suatu kampung yang sudah carut marut. Kampung itu sebutlah kampun Nuswantoro. Kampung itu sebenarnya kampung yang subur, gemah ripah, loh jinawi, dengan keadaan alam yang sangat kaya. Akan tetapi, Kampung Nuswantoro itu dipimpin oleh sekelompok orang yang justeru menyalahgunakan kekuasaannya. Korupsi, kolusi, nepotisme menghampiri desa itu. Pemimpin dan kroni-kroninya makin kaya, rakyat dibuat sejahtera secara semu. Pesta diadakan. Rakyat berfoya-foya. Judi di kampung itu merajalela. Hampir tiap malam para ibu kehilangan suaminya karena ditinggal di meja judi. Minuman keras sudah menjadi kebiasaan anak-anak mudanya. Hampir di setiap sudut desa bisa disaksikan secara terang-terangan mereka menggelar pesta miras. Sambil nongkrong, merkokok, menenggak miras dan nyanyi-nyanyi. Kehidupan rakyat dalam keseharian kerap diwarnai tindak kekerasan yang salah satunya disulut oleh perselingkuhan. Perselingkuhan di desa itu sungguh sangat memalukan. Ada pasangan suami-istri yang justeru dengan sadar dan rela bertukar pasangan. Ada suami yang selingkuh dengan istri orang dan seterusnya. Desa yang subur itu kini kondisinya sangat memprihatinkan.

Kiai itu datang dengan misi ingin mengembalikan kehidupan yang subur makmur, sejahtera, dipenuhi keberkahan pada kampung itu. Kiai itu bernama Parlan. Kiai Parlan mengamati kampung itu dan dia belum bertindak apa-apa untuk memperbaikinya. Yang dilakukannya hanya sholat kemesjid secara rutin. Membaca Al Quran di sana. Mengaja anak-anak kecil untuk diajari sholat bersama. Mengaji bersama. Orang tua mereka tidak mempermasalahkan. Sebagian mereka mendukung penuh. Bahkan ada segelintir yang mulai ikut sholat ke mesjid. Ikut mengaji. Kiai Parlan ingin memperbaiki kampung sedikit demi sedikit. Ia tetap berlaku baik pada ahli maksiat sekalipun. Dengan sikapnya ini ia cukup disegani pula bahkan oleh ahli maksiat, peserta aktif pesta miras, penggemar judi dan semuanya. Namun akhirnya usaha perbaikan yang dilakukan Kiai Parlan itu tercium juga oleh penguasa tiran. Tapi ia membiarkan saja. Toh, kekuasaannya tidak diganggu. Kebiasaannya berpesta tidak diganggu. Kebiasaan rakyat Desa Nuswantoro itu juga tidak di sweeping oleh Kiai Parlan. Sehingga antara Kiai Parlan dan pak Lurah berjalan beriringan tanpa ada singgungan.

Keadaan itu berjalan beberapa tahun. Keadaan desa itu masih penuh kemaksiatan, belum ada perubahan. Sebentar lagi akan ada pemilihan lurah. Kiai Parlan  berpikir, inilah saatnya untuk memperbaiki kampung secara masif. Kiai Parlan mencalonkan diri sebagai calon Lurah. Kiai Parlan dicalonkan oleh segelintir orang saja yang menginginkan perbaikan desanya. Segelintir orang itu yang setiap hari ikut mengaji, ke mesjid bersama Kiai Parlan.

Pak Lurah merasa terancam. Sepak terjang Kiai Parlan yang ingin memperbaiki desanya semakin hari semakin mendapat tempat di dada rakyat Desa Nuswantoro. Dukungan pun mengalir. Pak Lurah akhirnya melancarkan fitnah demi fitnah pada Kiai Parlan. Fitnah itu dihembuskan dengan sangat keji oleh kroni-kroninya dengan memanfaatkan birokrasinya. Para pendukung Kiai Parlan pun membela mati-matian nama baik dan reputasi Kiai Parlan yang diserang oleh fitnah. Akibat fitnah itu, kini rakyat yang dulu berjalan berdampingan dengan kiai Parlan itu pun banyak yang justeru termakan oleh fitnah itu. Mereka tidak ada henti-hentinya ikut mencela, memojokkan, membully Kiai Parlan. Pak Lurah merasa berhasil membungkam Kiai Parlan agar di pemilihan Lurah nanti tidak menang. Pak Lurah tentunya merasa jengah dan tidak mau kalau kekuasaannya terambil oleh pihak lain.

Kiai Parlan itu .... kalau di negeri ini ya ...  yang sedang dikerjai oleh KPK.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun