Mohon tunggu...
Dwi UmiNurjannah
Dwi UmiNurjannah Mohon Tunggu... Freelancer - Mahasiswa uin walisongo

No Pain No Gain Work hard Pray Hard

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Pengaruh Broken Home terhadap Perkembangan Psikologis Anak

19 April 2021   23:14 Diperbarui: 21 April 2021   15:28 1161
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilmu Sosbud dan Agama. Sumber ilustrasi: PEXELS

Pembahasan masalah Broken home ini dapat menjadi pemicu terganggunya proses perkembangan psikologis serta psikososial anak. Salah satu tahapan perkembangan psikososial menurut Erik Erikson Pada tahap ini anak masuk tahap identity versus role confusion (identitas atau kekacauan identitas) yang mana anak mengalami perubahan pada fisik dan jiwa biologis(Hana& Santoso,2018). Anak broken home bisa mengalami kekacauan pada identitasnya, karena dalam masa perkembangannya tidak ada pendampingan orang tua yang baik.

Sebelumnya yang memiliki keluarga yang utuh dan harmonis dan karena adanya suatu masalah dan tidak bisa mempertahankan pernikahan itu maka terjadilah broken home. Anak merasa kacau dan bahkan apabila sebelumnya sering mendengar dan melihat orantuanya bertengkar hal ini dapat mempengaruhi mental, sikap dan merubah karakter anak menjadi lebih buruk. Apalagi sampai terjadi kekerasan verbal terhadap anak. Seperti contoh anak menjadi murung, stress, mudah marah, egois , keras kepala susah diatur, dan bisa saja anak menjadi brutal. Hal ini dapat mempengaruhi nilai akademiknya yang makin menurun. Begitu juga sikap keluarga yang over protektif terhadap anak dapat menyebabkan kurang keberaniannya dalam mengembangkan identitasnya yang unik.( Chandy,2016). Situasi keluarga broken home menimbulkan anak yang mengalami frustasi, psikososial terganggu dan mengalami konflik- konflik psikologis. (Istiana,2017).

Dampaknya dapat mengubah perilaku anak menjadi murung, keras kepala, merasa dikucilkan dan mendapat hinaan dari teman-temannya ,Kehilangan kepercayaan diri karena mengganggap keluarganya tidak utuh dan kehilangan motivasi hidup. Kemudian, tingkat prestasi belajar anak menurun karena orang tuanya sudah tidak  memperhatikan perkembangan akademik dan anak yang terlarut dan kesedihan. Selanjutnya kenakalan anak dan perilaku menyimpang yang menjadi imbas dari kurangnya bekal pengetahuan ilmu agama yang diperoleh anak serta perhatian dan pengawasan orangtua. 

Selain itu , broken home juga bisa mengakibatkan keputusasaan, adanya perilaku agresif pada anak, dan gangguan kejiwaan serta kesehatan yang berupa trauma, depresi, , broken integrity, broken value dan dampak terburuknya kecenderungan bunuh diri (Imron dan Bagus, 2019). Hal ini sangat berbahaya untuk fisik, psikis mental dan kesehatannya karena mempengaruhi proses perkembangan psikologis dan kehidupan sosial pada anak tersebut.

Dengan berbagai problematika dan dampak yang terjadi pada anak maka perlu dibutuhkannya upaya untuk mengatasi hal tersebut. Pertama, Seorang anak membutuhkan kasih sayang dan keamanan yang didapat dari keluarga, guru, kerabat dan lingkungan hidupnya. Kedua, Kebutuhan pengalaman yang baru karena dapat menunjang perkembangan kognitif pada anak, Seorang anak bisa belajar dari pengalaman yang didapat dari lingkungannya. dimana dengan kegiatan baru yang dilakukan dilingkungan bersama temannya, seorang anak bisa mengatasi beban yang dirasa karena sedang melakukan kegiatan interaksi dan komunikasi serta melakukan kegiatan bersama sahabatnya. Ketiga ,Seorang anak membutuhkan pujian. 

Pada proses perkembangan anak membutuhkan pembelajaran secara emosioanal, sosial maupun intelektual. Melalui hal ini anak akan merasa bahwa ia mendapat dorongan motivasi untuk bisa pencapaian yang diingikan. Terakhir, Kebutuhan untuk rasa tanggung jawab sebagai orang dewasa, yang mana harus mengetahui cara melakukannya, Karena tingkat pemikiran dan pemahaman anak yang berbeda- berbeda. Maka, perlunya peran dari keluarga, guru, teman sebaya dan juga lingkungan hidupnya untuk memberikan semangat bukan hinaan agar anak tidak mengalami depresi atau kesedihan  yang berkepanjangan. Sehingga proses perkembangannya tidak terganggu (desy dkk, 2016:863).

Adapun hal yang dapat dilakukan orang tua terhadap anak yaitu jangan memperlihatkan permasalahan didepan anak, ajaklah anak menerima kenyataan dan berfikir positif dalam segala kondisi, Jangan Biarkan anak menyesali diri sendiri karena hal ini dapat berdapak buruk pada anak , Ajaklah anak untuk mencoba hal baru selama itu positif dan bisa membentuk karkater anak lebih baik maka hal tersebut bisa dilakukan, dan sebagaia orang tua diharap tidak egois dan sibuk pada urusannya sendirinya dan lupa untuk memperhatikan anak tetap jadilah tempat berbagi untuk anak agar anak bisa menyalurkan rasa keluh kesah yang dirasa. (Khanza Savitra, 2018).

Berdasarkan pemaparan yang telah ditulis diatas broken home merupakan ketidakutuhan keluarga dapat juga diartikan kehancuran di dalam rumah tangga. Beberapa faktor yang menyebakan terjadinya Broken home seperti tertutupnya komunikasi, egosentris, ekonomi, kesibukan, rendahnya pemahaman dan adanya pihak ketiga. 

Hal ini mengakibatkan terganggunya perkembangan psikososial menurut Erik Erikson Pada tahap ini anak masuk tahap identity versus role confusion yang mana anak mengalami perubahan pada fisik dan jiwa biologis anak broken home akan mengalami kekacauan pada identitasnya, karena dalam masa perkembangannya tidak ada pendampingan orang tua dengan baik. Adanya hal tersebut mengakibatkan dampak yang buruk bagi perkembangan anak secara fisik, psikis dan gangguan kejiwaan serta kesehatan, broken integrity, broken value dan dampak terburuknya adalah bunuh diri terutama perhatian dan kasih sayang yang seharusnya di dapatkan dari kedua orang tunya.

Oleh sebab itu ,diperlukannya upaya untuk mengatasi hal tersebut sebisa mungkin orang tua tidak memperlihatkan permasalahan didepan anak, mengajarkan menerima kenyataan dan berfikir positif dalam segala kondisi, Jangan biarkan anak menyesali diri sendiri ajaklah anak untuk mencoba hal baru selama itu positif dan bisa membentuk karkater anak lebih baik, jangan mengedapakan sifat egois tetap jadi orangtua yang menjalin komunikasi yang baik, tetap perhatian dan tetap menjadi tempat keluh kesah anak, serta berikan motivasi yang membangun agar proses perkembangan psikologis anak tidak terganggu.

DAFTAR PUSTAKA

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun