Mohon tunggu...
Dedi Dwitagama
Dedi Dwitagama Mohon Tunggu... Guru - Pendidik

Pendidik yang bermimpi makin banyak anak negeri yang percaya diri dan berani berkompetisi. Mengajar Matematika di SMKN 50 Jakarta - Blogger sejak 2005: http://dedidwitagama.wordpress.com, http://fotodedi.wordpress.com dan http://trainerkita.wordpress.com

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan Pilihan

Belajar di Era Pagebluk, Orangtua Gantikan Guru Mendidik Karakter Anak-anaknya

19 Agustus 2020   10:29 Diperbarui: 19 Agustus 2020   10:33 199
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Pendidikan di seluruh dunia hingga kini masih menitikberatkan pada proses interaksi antara pendidik dengan anak didiknya, maka orang tua mengurumkan anak-anaknya untuk memasuki lembaga pendidikan yang diharapkan bisa membuat anaknya menjadi generasi masa depan yang lebih baik. 

Berbagai penganut agama membentuk komunitas, menyelenggarakan pendidikan di perkotaan, desa hingga di pegunungan, mereka menyediakan fasilitas penginapan untuk peserta didiknya berupa asrama, pondok, dsb. Proses belajar berlangsung sejak subuh hingga malam hari. 

Penganut agama kristen mendidik calon pemimpin agamanya di seminari selama beberapa tahun, pemeluk agama Islam mendidik calon ulamanya di pondok pesantren selama bertahun-tahun, demikian juga penganut agama Hindu dan Budha, sementara setiap negara di dunia memiliki lembaga pendidikan yang khusus memndidik calon pemimpin negeri, Indonesia memiliki Sekolah Taruna Nusantara, Akademi Militer dan Akademi Kepolisian dimana selama empat hingga tujuh tahun anak negeri mengalami pendidikan sebelum bertugas ke seantero negeri.

Pendidikan Sekolah Taruna Nusantara dan Akademi Militer atau Akademi Kepolisian mengaharuskan pesertanya tinggal di asrama selama proses pendidikan berlangsung, mereka dididik hingga memiliki karakter pemimpin yang sehat jasmani dan rohani. 

Peraturannya sangat ketat, peserta didik dilarang keras melakukan tawuran atau mencuri, pelanggaran terhadap dua hal itu bisa berakibat peserta didik dikeluarkan darri lembaga. 

Kerasnya sangsi terhadap pelanggaran selama bertahun-tahun di lembaga pendidikan diharapkan menjadi pembiasaan agar setelah lulus dan hidup di masyarakat, alumni lembaga itu menjadi warga negara yang taat hukum.

Demikian juga halnya di pesantren yang dikenal sangat disiplin dan banyak cabangnya di seluruh Indonesia, jika ada santri yang mencontek, mencuri maka akan langsung dikeluarkan, untuk santri yang tertangkap basah merokok akan mendampat sangsi rambutnya dicukur pelontos alias botak.

Mayoritas anak negeri ini bersekolah di sekolah negeri, karena bebas biaya sekolah alias gratis. Tujuan pendidikan menurut UU SISDIKNAS No.20 tahun 2003. Pengertian pendidikan merupakan usaha yang dilandasi kesadaran dan terencana untuk menciptakan proses pembelajaran dan suasana belajar.

Supaya murid dapat mengembangkan potensi diri secara aktif untuk mendapatkan keterampilan, akhlak mulia, kecerdasan, kepribadian, pengendalian diri, dan kekuatan spiritual keagamaan yang diperlukan oleh dirinya sendiri dan masyarakat.

Ada sekolah negeri yang berusaha mendidik anak didiknya agar menjadi pribadi berkarakter baik, diantaranya dengan tidak mentolerir tawuran, tetapi ketika sekolah memberi sangsi mengeluarkan peserta didik pelaku tawuran dan orang tua peserta didik yang dikeluarkan itu melapor ke dinas pendidikan, sekolah diperintahkan untuk tidak mengeluarkaneserta didik pelaku tawuran. Sekolah seolah dilarang mengeluarkan peserta didik dengan alasan apapun, kecuali atas permintaan orang tua.

Akhirnya sekolah tak optimal melakukan pendidikan karakter kepada peserta didiknya, itu terjadi di era yang normal. Peserta didik sangat santai bersekolah, tak perlu aktif di kegiatan belajar atau ekstra kurikuler, santai saja, yang penting masuk sekolah setiap hari maka dia akan naik kelas dan lulus sekolah, sementera di lembaga pendidikan berasrama mengikuti semua kegiatan termasuk ekstra kurikuler adalah wajib hukumnya dan bisa berbuah sangsi akademis.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun