Mohon tunggu...
Dedi Dwitagama
Dedi Dwitagama Mohon Tunggu... Guru - Pendidik

Pendidik yang bermimpi makin banyak anak negeri yang percaya diri dan berani berkompetisi. Mengajar Matematika di SMKN 50 Jakarta - Blogger sejak 2005: http://dedidwitagama.wordpress.com, http://fotodedi.wordpress.com dan http://trainerkita.wordpress.com

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Jakarta Milik Kita, Suka-suka Kita Aja Ya...

17 April 2018   11:28 Diperbarui: 18 April 2018   08:29 625
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
(KOMPAS.com/GARRY ANDREW LOTULUNG)

"Andai aku makmur, kubeli Jakarta, kucelup jadi putih, 

dan kamu bisa bayangkan kalau Jakarta tiba-tiba putih semua ..."

Petikan puisi Remy Sylado tiba berkelebat berkali-kali di benak saya, datang tiba-tiba saat saya berkendara, saat saya berjumpa penduduk Jakarta, saat saya menikmati Jakarta, termasuk merenung saat beristirahat tiba di rumah di Jakarta. 

Andai tokoh dalam puisi itu bisa membeli Jakarta, maka Jakarta akan diberi warna putih pada semua tempat sesuai keinginan dirinya, karena dia yang memiliki Jakarta. Pemilik Jakarta itu akan mewarnai dinding-dinding semua bangunan menjadi putih, berangkali esensi dari putih pada puisi Remy Sylado adalah Jakarta dibuat menjadi bersih, suci dan memberi kenyamanan untuk semua penduduknya. 

Karena Jakarta miliknya, maka dia akan menata bangunan di Jakarta nyaman untuk ditinggali warganya, dengan kelengkapan sarana kebutuhan sosial yang bisa membuat penduduknya sejahtera. Jalan-jalan dibuat bagus dengan trotoar yang nyaman dan dipenuhi pohon pelindung yang berbunga dan berbuah, bebas dinikmati penduduknya. 

Jika ada yang memetik bunga dan buah di Jakarta, pemilik Jakarta membiarkannya karena bunga dan buah itu untuk dinikmati bersama, tetapi ketika pohonnya dirusak, pemilik Jakarta akan memberi sangsi hukuman buat perusak tanaman dan sarana umum lainnya.

Karena Jakarta miliknya, maka dia akan merancang dan menyediakan sarana angkutan umum yang nyaman buat diri dan semua warga Jakarta agar rakyat Jakarta tak perlu membeli sepeda motor dan mobil untuk melakukan perjalanan kemanapun, sebagai pemilik Jakarta dia akan menerapkan pajak pembelian kendaraan bermotor yang mahal, tarif parkir yang selangit agar penduduk terdorong menggunanakan sarana transportasi publik dan pencemaran tak terjadi di Jakarta.

Jakarta milik semua penduduknya, sehingga sebagai pemilik dia bebas mengendarai sepeda motor dan mobil tanpa SIM, melawan arus dan parkir dimanapun dia suka, sehingga sepanjang jalan-jalan di Jakarta penuh dengan parkir sepeda motor dan mobil. Karena jalan-jalan di Jakarta punya dia, maka dia bebas kebut-kebutan di jalan siang dan malam, saat polisi menangkapnya mereka berusaha dengan berbagai cara agar bisa damai dan kebut-kebutan lagi.

Jakarta milik semua penduduknya, sehingga sebagai pemilik dia bebas berjualan dimanapun, termasuk menutup jalan umum untuk berjualan, untuk pernikahan, untuk perayaan apa saja, tak peduli pengguna jalan harus berpindah ke jalur lain yang kecil dan membuat jadi macet berkepanjangan

Jakarta milik semua sehingga semua bebas mencorat coret dinding tiang, jembatan, bangunan dan dimanapun yang dia mau karena itu adalah miliknya. Walau sudah ditutup dengan cat warna hitam, putih atau abu-abu, pemilik dinding itu datang lagi mencoret lagi, karena itu adalah miliknya. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun