Mohon tunggu...
Dwi Surya Ningsi Rais
Dwi Surya Ningsi Rais Mohon Tunggu... Freelancer - Terbanglah Jangan Lelah

Lakukan! Sampai Kamu Tidak Bisa. Jangan Putus Asa dalam Menyebar Kebaikan, Meski itu Sekecil Biji Dzarrah...

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Ibu dan Segala Harapnya

6 November 2021   20:11 Diperbarui: 6 November 2021   20:42 352
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

             Seuntai rindu dalam dada seorang perempuan memuncak ketika melihat kembali foto lama yang tak sengaja ia dapat dalam buku saku lamanya. Kembali kenangan itu terngiang dan air mata begitu saja jatuh, menyesali apa yang telah tejadi. Nama perempuan itu adalah Atiah, ia seorang Ibu dan sebagai wanita karir, ia orang tua tunggal untuk anak-anaknya.

            Atiah bekerja dari pagi hingga sore hari, bahkan sampai tengah malam jika pekerjaan sedang menumpuk. Ia hanya berharap dalam hatinya, semoga anak-anaknya memaklumi dan tidak merasakan kurangnya kasih sayang karena belum mampu memberi mereka banyak waktu bersama.

            Atiah seorang Ibu yang sangat pekerja keras, kasih sanyangnya tidak tampak seperti ibu yang lain, yang memberi banyak waktu untuk anak-anak mereka. Keadaan membuatnya harus berkorban waktu dalam setiap detik pertumbuhan dan perkembangan anaknya.

          "Bu, kenapa aku jarang ditelpon? apa Ibu tidak sayang Rika?, aku hanya iri dengan kawan-kawan yang sering ditelpon orangtuanya." katanya dalam sebuah percakaapan singkat dengan ibunya.

            "Rika, bukannya Ibu tak menyayangimu Nak. Hanya saja Ibu disibukkan dengan pekerjaan yang semua itu Ibu lakukan untukmu dan untuk adikmu" sambil mengelus kepala Rika.

            Rika merupakan anak sulung yang saat ini sedang melanjutkan sekolah di kampung halaman Atiah dan tinggal bersama sang nenek. Rika sengaja di sekolahkan di kampung, karena Ibunya takut jika ia di kota tanpa pengawasan orang dewasa dan bimbingan yang benar anaknya dapat terpengaruh dengan pergaulan bebas yang dapat merusaknya bukan hanya untuk hari ini, tapi juga masa depannya. Karena ia merasa belum mampu membimbing anaknya, ia pun merelakan perasaan rindu dan pelukan mereka. Sehingga kekhawatiran ketika meninggalkan mereka  sudah tidak terpikirkan setiap ia bekerja.

***

            Pelukan empat orang dalam foto tersebut membuatnya meneteskan air mata yang begitu derasnya, hingga tersedu-sedu sambil bersandar di depan lemari tua. Begitu sakit rasanya ditinggalkan begitu saja. Ajal tiada yang tahu kapan dan di mana akan terjadi. Ia ditinggalkan suami ketika ia sedang mengandung anak keduanya. Suaminya meninggal ketika menuju rumah sakit untuk menemuinya memeriksakan kandungan.

            Sakit rasanya harus ditinggal oleh yang dicintai, baru saja ia berbahagia dengan kehadiran buah hati kedua. Ia menaruh selembar foto itu dan kembali melakukan rutinitasnya sebelum tidur, yakni mengerjakan tugas kantor yang belum selesai.

            Lika liku perjalanan hidupnya, membuatnya semakin kuat dan teguh. Sepertiga malam ia selalu meminta, semoga ia termasuk istri yang sholehah untuk suaminya yang begitu cepat berpulang. Ia merindukan sosoknya dan sangat ingin bertemu meskipun  di mimpi saja. Ia berharap dalam doa, semoga anak-anaknya tumbuh menjadi anak yang sholehah yang akan menjadi asbab dibukakannya pintu surga Allah Subhanahu Wata'ala.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun