Mohon tunggu...
Dwi Rustanti
Dwi Rustanti Mohon Tunggu... Guru - Penulis adalah penulis pemula yang mengajar di SDN Pepe-Sedati-Sidoarjo

Penulis adalah penulis pemula yang mengajar kelas 6 di SDN Pepe-Sedati-Sidoarjo

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Wajah Perpustakaan Sekolah di Indonesia

10 Januari 2021   19:01 Diperbarui: 10 Januari 2021   19:05 723
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Berdasarkan World Education Ranking yang diterbitkan Organization for Economic Co-operation and Development (OECD) pada tahun 2017 Indonesia menempati urutan ke 57 dari total 65 negara dari segi membaca, matematika dan ilmu pengetahuan. Salah satu penyebab rendahnya kualitas pendidikan di Indonesia adalah rendahnya minat membaca di kalangan siswa..

Salah satu penyebab rendahnya minat baca generasi muda Indonesia adalah minimnya fasilitas pendukung terutama perpustakaan di sekolah. Perpustakaan sekolah sebagai tempat bacaan warga sekolah keadaannya banyak yang memprihatikan, terutama perpustakaan di sekolah dasar dan ironisnya ada beberapa sekolah di Indonesia yang tidak memiliki perpustakaan.

Berdasarkan data statistic tahun 2017/2018 jenjang pendidikan SD memiliki jumlah perpustakaan sebanyak 103,9 ribu atau sekitar 70,11% , ini berarti ada sekitar 29,89% jenjang pendidikan sekolah dasar yang tidak memiliki perpustakaan padahal menurut UU No 43 tahun 2007 menyebutkan bahwa setiap sekolah menyelenggarakan perpustakaan yang memenuhi standart nasional (koleksi sarana dan prasarana, pelayanan, tenaga, penyelenggaraan  dan pengelolahan.

Perpustakaan adalah institusi yang mengumpulkan pengetahuan tercetak dan terekam, mengelolanya dengan cara khusus guna memenuhi kebutuhan intelektualitas para penggunanya melalui beragam cara interaksi pengetahuan. Wajah perpustakaan sekolah di Indonesia sebagian besar sangat memprihatinkan baik dari segi tempat, koleksi buku, tenaga perpustakaan hingga sistem pengelolahannya.  

Dari segi tempat sering kita jumpai perpustakaan yang gabung dengan tempat lain misalnya UKS atau Koperasi sekolah, bahkan penulis pernah menjumpai sebuah sekolah dasar  yang memiliki perpustakaan yang sempit, pengap dan berdebu, terlihat jarang sekali dibuka. Dari segi koleksi buku banyak perpustakaan sekolah lebih banyak hanya buku pelajaran dibanding buku bacaan pengetahuan, fiksi atau jenis buku yang lain yang menarik minat membaca siswa.

Terakhir adalah dari segi tenaga pustakawan, banyak sekolah dasar yang tidak memiliki tenaga pustkawan sehingga sistem pengelolahan perpustakaan cenderung amburadul, penataan buku yang asal-asalan sehingga pengunjung perpustakaan cenderung kesulitan untuk mencari buku yang dicari.

Untuk itu perlu adanya optimalisasi perpustakaan baik dari segi tempat, koleksi buku dan sistem pengelolahannya, karena mustahil kita dapat membudayakan siswa untuk datang membaca ke perpustakaan jika tidak dilengkapi fasilitas pendukung . Sekolah sebagai lembaga formal yang berarti harus mampu mendorong siswa untuk terus menambah informasi, memperkaya wawasan, dan membuka cakrawala berfikir siswa, dan perpustakaan sebagai pusat informasi harus benar -- benar memberikan pelayanan yang maksimal

Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun