Mohon tunggu...
Dwiroso Dwiroso
Dwiroso Dwiroso Mohon Tunggu... Freelancer - Pekerja freelancer
Akun Diblokir

Akun ini diblokir karena melanggar Syarat dan Ketentuan Kompasiana.
Untuk informasi lebih lanjut Anda dapat menghubungi kami melalui fitur bantuan.

Laki-laki

Selanjutnya

Tutup

Puisi Pilihan

My Village

2 Desember 2022   18:32 Diperbarui: 2 Desember 2022   18:34 150
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Puisi. Sumber ilustrasi: PEXELS/icon0.com

My Village
Dwiroso 

Jalan panjang terhampar
Walau tak rata bagai sirkuit balap
Namun tak begitu membuat terguncang-guncang
karena bergelombang
Disisi kanan dan kirinya hijau bak permadani

Sungai dengan ikan yang tak pernah habis
Bila datang musim kemarau
pohon-pohon randu meranggas daunnya
Dan anak-anak berseluncur
di tanah lapang saat hujan datang
Suara gaduh riuh rendah
menandai keceriaan

Aku berdiri disana
Membayangkan
Apa yang akan terjadi
Setelah waktu berjalan seperempat abad

Aku masih tak bergeming
Dalam lamunan
Mendesain perubahan kampungku
Jika kutinggal dalam waktu panjang

dan aku hari ini kembali
setelah lebih dari seperempat abad menghilang,
sebentuk kaligrafi di tembok surau
masih kulihat walau telah kusam
seakan ingin menyambung cerita yang terpenggal

Yang aku saksikan hari ini
perubahan itu sungguh-sungguh terjadi
kampungku telah menjadi pusat industri
hijaunya dedaunan
segarnya ilalang kini telah hilang
berganti bangunan-bangunan menjulang

Pabrik dengan cerobong asapnya
yang mengepul sepanjang harinya
yang membuat warga tak lagi nyaman
segera mereka menjual tanahnya
sepetak demi sepetak tanah kampungku berpindah tangan
dan seluruhnya telah dikuasai para pemilik modal

lagu-lagu balada selalu terdengar
dari radio rumah tetangga
mengiringi keasrian
dan keelokan kampungku
dengan hamparan sawah
pergi dan pulang berjalan
jalan yang selalu kulewati
kini telah penuh sesak mobil
dan truk bak terbuka penuh muatan

tak ada lagi
keindahan
tak nampak lagi
pepohonan meranggas kala kemarau
suasana anak-anak berseluncur
di tanah lapang saat hujan
tak akan datang lagi

dan lagu itu
hanya membawaku pada masa silam yang telah karam

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun