Mohon tunggu...
Dwi P Sugiarti
Dwi P Sugiarti Mohon Tunggu... Freelancer - Hanya orang yang ingin tetap produktif menulis

Contact me : dwiewetensch@gmail.com

Selanjutnya

Tutup

Nature

Dari Zero Waste untuk Net Zero Emissions

24 Oktober 2021   23:12 Diperbarui: 24 Oktober 2021   23:50 420
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Nature. Sumber ilustrasi: Unsplash

Beberapa hari yang lalu, Menteri Pendidikan, Kebudayaan, Riset dan Teknologi (Mendikbudristek), Nadiem Makarim mengusulkan supaya pelajaran Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) di sekolah dapat difokuskan untuk memberikan materi isu perubahan iklim. hal ini disampaikan karena beliau menganggap bahwa tantangan paling besar yang tengah dihadapi umat manusia adalah perubahan iklim. Menurutnya harus banyak pihak yang menyoroti isu ini. Bahkan beliau juga berharap mata pelajaran IPS difokuskan ke arah lingkungan hidup.

"Karena terus terang dari semua tantangan dunia saat ini nggak ada yang sebesar perubahan iklim dan kita perlu banyak sekali saintis, engineer, aktivis yang bergerak di bidang ini. Jadi tanpa mereka punya kesadaran bahwa ini adalah suatu hal yang urgen dan tanpa ini hidup mereka akan terancam, menurut saya kita nggak akan bisa keluar dari masalah ini," ujar Nadiem dalam sebuah video di akun Instagram Bamboo Foundation, Rabu (20/10/2021).

Saya pikir bahwa isu ini membuktikan bahwa bumi kita tidak sedang baik-baik saja. Bahkan isu climate change atau perubahan iklim ini memang tengah menjadi sorotan dunia. Meski isu ini bukanlah hal baru namun ancaman perubahan iklim bisa berubah menjadi ancaman krisis iklim jika tidak dianggap sebagai masalah besar. Dalam laporan World Economic Forum sejak tahun 2017 isu perubahan iklim telah menjadi isu ancaman yang paling tinggi atau berbahaya dibandingkan isu keamanan atau ekonomi. (dikutip dari https://www.mongabay.co.id/2021/05/05/menyoal-lemahnya-perhatian-pemerintah-terhadap-isu-perubahan-iklim/)

Kita tahu bahwa dampak perubahan iklim sangat luas pada kehidupan masyarakat. Kenaikan suhu bumi tidak hanya berdampak pada naiknya temperatur bumi tetapi juga mengubah sistem iklim yang mempengaruhi berbagai aspek pada perubahan alam dan kehidupan manusia, seperti kualitas dan kuantitas air, habitat flora dan fauna, hutan, lahan pertanian, ekosistem wilayah pesisir hingga rusaknya kesehatan manusia.

Upaya Mewujudkan Net Zero Emission (NZE)

Belakangan dunia mulai gencar untuk melakukan pembangunan rendah karbon dalam mencapai Net Zero Emission (NZE) atau netralitas karbon sebagai langkah untuk bisa menghentikan aacaman perubahan iklim dan pemanasan global yang semakin parah. Pemerintah Indonesia sendiri melalui  wacana Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) Republik Indonesia turut mendukung upaya tersebut dengan menyusun komitmen untuk mencapai NZE. Khususnya dalam penurunan emisi gas rumah kaca, sebagaimana yang dituangkan dalam Nationally Determined Contribution (NDC).

Bahkan Akhir-akhir ini pegiat lingkungan ramai membicarakan Net Zero Emission (NZE) yang diharapkan menjadi puncak harapan masa depan (expected future milestone) dimana emisi karbon sepenuhnya diserap oleh bumi melalui berbagai kegiatan manusia dan bantuan teknologi, sehingga tidak menimbulkan pemanasan global.

Memulai Langkah Sederhana dengan Zero Waste

Sebagai masyarakat awam tentu upaya ini bukan hanya tugas para pemangku kebijakan dan pegiat lingkungan. Ada banyak hal sederhana yang bisa kita lakukan mulai dari diri kita dan rumah kita. Salah satu nya adalah memulai gaya hidup zero waste.

Zero waste sendiri adalah suatu gerakan untuk tidak menghasilkan sampah dengan cara mengurangi kebutuhan, menggunakan kembali, mendaur ulang, bahkan membuat kompos sendiri. Dengan mengurangi sampah artinya kita bisa mengurangi penimbunandan pembakaran yang biasanya menghasilkan gas metana(CH4) dan carbon dioksida yang menyebabkan pemanasan global


Gaya hidup zero waste sebenarnya tidak terlalu sulit untuk dijalani dan bisa dimulai dari rumah. Beberapa hal sederhana yang sudah saya lakukan antara lain

  • Mengurangi penggunaan barang sekali pakai. Contoh sederhananya, ketika membersihkan dapur, kita dapat memakai lap kain sebagai alat bersih-bersih daripada menggunakan tisu yang hanya sekali pakai. Contoh lainnya adalah penggunaan tas belanja dari kain, membawa tumbler atau tempat minum sendiri saat berpergian, mengganti diapers sekali pakai dengan clodi dan masih banyak hal lainnya.
  • Mengurangi penggunaan moda transportasi berbahan bakar fosil. Hal sederhananya, berbelanja di warung dekat rumah sehingga bisa dijangkau dengan berjalan kaki atau bersepeda
  • Cek sampah dan pilah sampah. Hal ini bertujuan agar kita bisa lebih bijak dalam menghasilkan sampah rumah kita hingga kemudian bisa kita pilah sesuai kategori yakni sampah organik dan anorganik.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Nature Selengkapnya
Lihat Nature Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun