Arya, seorang pemuda berusia 19 tahun, sedang mencari jati dirinya. Dia ingin memiliki banyak teman dan relasi untuk masa depan yang lebih baik. Setiap hari, Arya mencari kerja paruh waktu dan menghabiskan banyak waktu untuk mencari informasi di internet dan bertanya kepada teman-temannya.
Tanpa disadari, orang tuanya membatasi uang sakunya untuk mengajarinya mengatur keuangan. Arya harus belajar membuat skala prioritas dan bertahan dengan sisa dana yang ada sebelum dana segar dikucurkan. Meskipun terkadang merasa frustrasi, Arya berusaha untuk memahami tujuan orang tuanya.
Arya memiliki energi berlebih dan semangat untuk mengukir prestasi dalam olahraga. Suatu hari, seorang teman menawarinya untuk berlatih tinju. Arya langsung tertarik dan menghabiskan banyak waktu dengan panduan pelatih privatnya. Dia merasa bahwa tinju membantu meningkatkan kepercayaan dirinya dan kemampuan fisiknya.
Namun, orang tuanya mengharapkan Arya fokus pada belajar untuk masuk ke perguruan tinggi yang bagus. Mereka telah mendaftarkan Arya ke lembaga bimbingan belajar dan berharap dia banyak meluangkan waktunya untuk menekuni soal-soal yang disiapkan. Arya merasa bahwa orang tuanya terlalu menekankan pada nilai akademis dan tidak memahami keinginannya untuk mengembangkan diri.
Suatu sore, Ibu Arya akhirnya menemukan waktu yang tepat untuk berbicara dengan Arya. Mereka duduk di teras rumah, menikmati secangkir teh hangat. Ibu Arya memulai percakapan dengan nada yang serius, "Arya, aku tahu kamu memiliki banyak kegiatan dan keinginan. Tapi, aku ingin kamu memikirkan masa depanmu. Apa yang kamu inginkan sebenarnya?"
Arya terdiam sejenak, memikirkan pertanyaan ibunya. "Ibu, aku ingin memiliki pekerjaan yang baik, tapi aku juga ingin memiliki pengalaman dan relasi yang luas. Aku ingin menjadi orang yang mandiri dan memiliki kepercayaan diri," jawab Arya dengan nada yang mantap.
Ibu Arya menatap Arya dengan mata yang tajam, "Arya, kamu harus memilih antara passionmu dan pendidikanmu. Jika kamu tidak fokus pada belajar, kamu tidak akan pernah mencapai tujuanmu."
Arya merasa tertekan, "Ibu, aku tidak ingin memilih. Aku ingin memiliki keduanya. Aku ingin memiliki passion dan pendidikan yang baik."
Ibu Arya menghela napas, "Arya, kamu harus realistis. Kamu tidak bisa memiliki semuanya sekaligus. Kamu harus membuat pilihan yang tepat untuk masa depanmu."
Arya merasa seperti berada di persimpangan jalan. Dia tidak tahu apa yang harus dipilih. Tapi, dia tahu bahwa dia tidak ingin menyerah. "Ibu, aku akan mencoba untuk membuat jadwal yang lebih baik dan fokus pada belajar. Tapi, aku juga butuh dukungan dari ibu dan ayah," kata Arya dengan penuh harapan.
Ibu Arya menatap Arya dengan mata yang penuh kasih, "Aku dan ayah akan selalu mendukungmu, Arya. Kami hanya ingin kamu bahagia dan sukses dalam hidupmu. Tapi, kamu harus ingat, pilihan yang kamu buat akan menentukan masa depanmu."