Narasumber adalah elemen terpenting dari sebuah karya jurnalisme. Wartawan tidak mungkin mengetahui secara pasti suatu peristiwa. Ia pasti mengandalkan tangan orang lain yang bernama narasumber. Ketika narasumber tunggal, kian jauh dari kebenaran. Sedangkan narasumber tidak kompeten bukan saja menjauh dari kebenaran tetapi menjurus ke arah kesalahan dan kesesatan. Dengan narasumber tunggal dan tidak kompeten, jurnalisme bukan saja menjadi sebuah karya tidak bermutu tetapi ia juga berbahaya.
Penuh prasangka dan tidak ada verifikasi fakta
Kejujuran yang utama dari sebuah karya jurnalistik sedangkan verifikasi fakta, yang menurut Bill Kovach dan Tim Rosentiel adalah jantung jurnalisme. Jika kejujuran dan verifikasi fakta sudah hilang dari sebuah karya jurnalistik, bisa dipastikan berita itu tidak memiliki orientasi dan bertujuan untuk kebenaran. Ia jadi cenderung fitnah dan prasangka.
Nilai Kesejatian Pers
      Pers adalah subsistem dari sebuah sistem pemerintah. Kelangsungan hidup pers bergantung pada sistem politik yang berjalan saat itu. Pers adalah lembaga independen yang tidak memihak kepada salah satu golongan ataupun pemerintah, tetapi berpihak kepada kebenaran informasi berupa fakta yang disampaikannya kepada masyarakat.
Objektivitas versus subjektivitas media
Secara historis, pers ideal yang menjadi pilar keempat demokrasi yang objektif, netral dan nonpartisipan tak pernah terjadi di negeri ini. Ia pernah dijadikan alat melawan penjajah sebelum Indonesia merdeka, menjadi alat partai politik ketika demokrasi liberal, tangan kekuasaan pada masa Orde Baru, dan kooptasi modal di era reformasi. Dengan kata lain, pers di negri ini selalu berpihak dalam wujud apa saja. Dengan kondisi tersebut, wartawan tidak memiliki independensi untuk menetukan kebijakan media, sehingga ada jarak antara berita sebagai produk jurnalistik dengan profesionalismenya.