Mohon tunggu...
Dwi Lukmantoro
Dwi Lukmantoro Mohon Tunggu... Freelancer - Love Creative Writing
Akun Diblokir

Akun ini diblokir karena melanggar Syarat dan Ketentuan Kompasiana.
Untuk informasi lebih lanjut Anda dapat menghubungi kami melalui fitur bantuan.

20 y o

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Serius Melawan Hoaks?

19 Agustus 2019   14:48 Diperbarui: 19 Agustus 2019   14:57 41
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Humaniora. Sumber ilustrasi: PEXELS/San Fermin Pamplona

Mengisi kemerdekaan dengan menjaga persatuan di tengah beragamnya perbedaan memang menjadi cita-cita kita semua. Namun hal tersebut tak semudah membalik telapak tangan. Teringat ucapan Bung Karno, "Perjuanganku lebih mudah karena melawan penjajah, perjuanganmu lebih sulit karena melawan bangsa sendiri," ketika akhir-akhir ini Indonesia rawan akan perpecahan.

Zaman serba digital dan mudahnya akses informasi di sosial media menjadi keuntungan bagi kita. Di saat yang sama, sosial media sangat rentan terhadap hoax atau berita bohong. Hanya tinggal klik, berita akan cepat tersebar. Tak jarang hoax tersebut menimbulkan gesekan antar masyarakat.

Apa penyebab mudah tersebarnya hoax?
Adanya anggapan bahwa semua informasi yang diunggah di internet adalah benar. Terkadang orang tidak membaca konten informasi secara utuh dan langsung menyebarkan informasi yang salah tanpa mengecek kebenarannya terlebih dahulu.

Saat informasi tersebut viral, ditambah dengan banyaknya Likes dan Comment, akan membuat orang semakin mudah percaya karena menganggap "oh kalau banyak yang likes dan comment pasti ini berita benar". Yang sekali lagi tidak mengecek kebenarannya.

Penyebab lain maraknya hoax adalah adanya orang iseng yang bangga ketika berhasil membuat konten viral yang mendapat banyak reaksi dari masyarakat. Mereka menyebar hoax dengan motif ikut-ikutan dan tanpa alasan yang jelas.

Selain itu, tak bisa dipungkiri memanasnya suasana politik menjadi faktor terbesar kemunculan hoax. Biasanya juga diiringi dengan ujaran kebencian yang digunakan untuk menjatuhkan lawan politik. Bahkan ada pembuat hoax yang mengklaim bahwa ia adalah pembuat hoax terbaik.

Mirisnya, hoax yang bertebaran tidak hanya melulu tentang politik namun juga saat ada bencana alam. Di saat berduka akan musibah, ada saja orang yang tak bertanggung jawab menyebar informasi yang salah.

Lantas bagaimana mencegah hoax ?
Semua pihak harus berkontribusi untuk melawan hoax. Baik penyedia layanan digital, pemerintah, maupun kita sebagai pengguna layanan digital.

Dari segi platform digital, penyedia layanan aplikasi seperti WhatsApp sebenarnya sudah berusaha meminimalisir tersebarnya hoax dengan membatasi pengguna hanya bisa forward pesan sebanyak 5 kali. Contoh lainnya seperti Google yang telah menerapkan algoritma khusus untuk menyaring konten yang ditampilkan.

Sedangkan kita sebagai pengguna internet yang sehari-hari terbiasa menerima informasi, perlu membiasakan diri membaca konten informasi secara utuh dan mengecek kebenarannya dari sumber yang jelas sebelum menyebarkannya lebih luas. Jika dirasa ragu-ragu akan kebenaran suatu informasi, sebaiknya tidak perlu disebarkan. Penting sekali untuk menumbuhkan kesadaran dan rasa tanggung jawab tersebut.

Untuk meningkatkan kesadaran tersebut, diperlukan edukasi literasi digital. Yang bertujuan agar masyarakat tidak mudah dipengaruhi hoax. Sehingga tidak menyulut gesekan dan perpecahan di tengah masyarakat.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun