Mohon tunggu...
Robertus Dwika Tegar Ardiansah
Robertus Dwika Tegar Ardiansah Mohon Tunggu... Pelajar Sekolah - Seminaris Seminari St. Petrus Canisius, Mertoyudan

"Teko pancal ojo ngasal"

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Psikologi Remaja dalam Relasi Interpersonal

24 Februari 2023   08:15 Diperbarui: 24 Februari 2023   08:24 220
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Humaniora. Sumber ilustrasi: PEXELS/San Fermin Pamplona

Baru-baru ini muncul berita hangat tentang bullying yang terjadi di Batam. Diduga korban mengalami pengalaman bullying oleh rekan satu kelas dan gurunya sendiri. Berita ini mungkin menjadi berita hangat dikalangan aktivis atau pejuang anti-bullying dipelbagai daerah. Hal ini bisa menjadi pelajaran dan dapat dikritisi lebih dalam lagi tentang apa sebenarnya kebutuhan remaja saat ini. Apakah remaja saat ini mengalami krisis identitas yang bisa dikatakan akut? Atau memang fase remaja merupakan fase-fase pencarian jati diri?

Menurut dosen Sekolah Tinggi Ilmu Tarbiyah, Tangerang dalam jurnalnya yang berjudul Psikologi Remaja dan Permasalahannya ditulis bahwa usia 10 sampai 21 tahun adalah fase dimana remaja mengalami fase peralihan. Fase peralihan yang dimaksud adalah fase dimana remaja mengalami peralihan dari anak-anak menuju dewasa rentan. Fase ini bisa diidentifikasi dari fisik maupun mental atau sifat dari remaja tersebut. 

Secara fisik, remaja pada fase peralihan ini akan tampak lebih besar pada bagian payudara, dsb setelah dia mengalami masa pubertasnya. Secara mental atau sifatnya, remaja masa peralihan akan cenderung memembuka diri untuk berelasi dan menambah teman,  baik itu lawan jenis atau sesama jenisnya.

Kebutuhan remaja pada fase ini juga akan semakin kompleks. Misalnya, remaja yang sedang menjalin relasi tentu butuh sebuah persiapan matang untuk mengahadapi lawan bicaranya. 

Perlu diketahui bahwa remaja pada fase ini sejatinya membutuhkan afeksi yang besar. Ramaja pada fase ini akan terus mencari dan mencari afeksi dari orang lain. Maka tak heran, jika remaja pada fase ini mengalami ketertarikan pada lawan jenisnya. Maka, butuh pendampingan dan pengawasan khusus (tetapi tidak strict). Tujuannya agar remaja tetap pada jalur yang semestinya.

Remaja pada fase ini akan terus mencoba mencari afeksi atau jati dirinya dan penyesuaian dirinya, baik dalam lingkup dua orang tau kelompok. 

Pemberontakan dari remaja terhadap orang tuanya juga sering terjadi pada remaja fase ini. Remaja fase ini akan terus berfikir dan tentu akan terus berkembang pikiran rasionalnya. Pemberontakan yang dilakukan tak lain dan tak bukan merupakan proses dan kebutuhan dari remaja fase peralihan ini. 

Hal ini juga ditegaskan oleh dosen Sekolah Tinggi Ilmu Tarbiyah, Tangerang. Amita Diananda menuliskan bahwa persoalan remaja saat ini salah satunya adalah berkata-kata vulgar dan cenderung memojokkan. Tidak heran apabila banyak kasus bullying yang terjadi dikalangan remaja atau lingkup sekolah.

Tidak hanya itu, banyak di kalangan remaja yang merasa dalam kondisi krisis identitas. Krisis identitas inilah dampak dari kurangnya perhatian atau afeksi dari orangtua atau kurangnya pengakuan dari teman-teman sebayanya. 

Dari hal ini disimpulkan bahwa sejatinya remaja masih rentan untuk dipengaruhi oleh iklim lingkungan atau komunitasnya. Tandanya iklim komunitas atau lingkungan berpengaruh besar pada perkembangan remaja. Lihat saja remaja di daerah perkotaan. Remaja di daerah perkotaan cenderung sifatnya condong ke arah liberal (bebas). 

Banyak remaja yang mengkonsumsi obat terlarang, merokok akibat iklim sosial (Social Smoker), seks bebas, dll. Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional (BKKBN) mendata pada tahun 2010, meunujukan 51% remaja di JABODETABEK telah melakukan seks pranikah. Artinya dari 100 remaja, 51 remaja sudah tidak perawan.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun