Mohon tunggu...
Dwi Haryanti
Dwi Haryanti Mohon Tunggu... Relawan - Bukan Pewayang

Tulislah apa yang bisa kau tulis, Kerjakan apa yang bisa kau kerjakan, yang penting mah seneng.

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

What Do You Think about Happiness in Life?

31 Agustus 2022   09:31 Diperbarui: 31 Agustus 2022   09:35 176
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Pulau Oar - 2016 (Dokpri)


Ingatkah teman-teman dengan pelajaran sosial pada BAB Peradaban? dimana hal itu terkadang membuat Kita merasa menjadi manusia paling beradab karena tidak ada laginya perburuan antar manusia, tapi menurut pandangan ku sendiri hal tersebut tak jauh bedanya dengan saat ini.


Kegiatan saling memburu masih terus berlangsung, Sebab, memang pada dasarnya manusia itu layaknya hewan yang mana hanya bisa dibedakan dengan "Caranya Berfikir". Masyarakat kini berburu dengan cara berambisi, ambisi mendapatkan segalanya, Ambisi mendapatkan ke "Aku-an".


Kini cara memburunya-pun sudah melibatkan berbagai aspek, dulu manusia dibunuh dengan tombak, dengan batu. Kini manusia bisa dibunuh dengan arak, dengan racun, dengan impian, sesuatu yang menurutku terkesan lebih jahat, dan lebih bervariatif, genosida varian teradaptif menjadi sesuatu yang dimaklum di era ini.


Sungguh keresahan Ku terjadi ketika mulai banyaknya dengungan keluhan akan masa depan, suatu hal yang belum terjadi dan masih "Kabarnya, Katanya, dsb". Sesuatu yang menurut Aku sendiri harusnya baik-baik saja, justru tercemar dengar penyakit yang beristilah life toxic, depretion, mental down atau apapun yang ditanyangkan di sosial media.


Dengan aneka issue yang terjadi membuat Aku ingat pada Seorang Aktivis dari UI atau yang dikenal oleh umum dengan nama Soe Hok Gie mengatakan:


"Hanya ada dua pilihan, menjadi apatis atau mengikuti arus. Tetapi, aku memilih untuk jadi manusia merdeka."


Aneka perasaan seperti marah, kesal, senang, sedih, sendu, tawa, takut adalah hal-hal yang wajar dialami manusia. Jika kita hanya menginginkan bahagia saja atau berjalannya hidup sesuai apa yang diinginkan rasanya itu bukan sifat dari kehidupan.


Sepandai-pandainya manusia dalam melakukan hal dibidangnya tentu akan ada struggle-nya tersendiri, seperti jenuh atau hal-hal yang diluar dugaan. Namun hal-hal seperti ini adalah wajar dan natural.


Jadi, taruh handphone-mu, sing-singkan lengan bajumu mari mulai melakukan kegiatan yang patut tanpa menyandarkan pada garis orang lain. Bukan saran yang cukup baik memang menolak secara garis keras sebuah pembaharuan, namun menerima secara bulat setiap pembaharuan juga bukanlah hal yang layak dilakukan. Pilih dan pilah apa yang harus dilakukan saat ini ataupun nanti.


Teruslah hidup, karna ada banyak ragam humanis yang harus dikerjakan dan hanya bisa dilakukan saat kita hidup.

Happy enjoy

Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun