Mohon tunggu...
Dwi Haryanti
Dwi Haryanti Mohon Tunggu... Relawan - Bukan Pewayang

Tulislah apa yang bisa kau tulis, Kerjakan apa yang bisa kau kerjakan, yang penting mah seneng.

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

Terulangnya G30S!

30 September 2020   06:36 Diperbarui: 30 September 2020   06:47 78
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sosbud. Sumber ilustrasi: KOMPAS.com/Pesona Indonesia

Perkembangan dunia moderat yang kini berkecambah sedemikian pesat, bukanlah sebuah alasan untuk kita melupakan sejarah jasa para faunding father yang pastinya sudah sangat berperan dalam perjalanan hidup kita sekarang, yang pastinya agar kita berkaca dan merombak suatu yang tak perlu agar menjadi baik bagi masa depan bangsa dengan menjadi orang yang sadar serta peduli akan sejarah.

Pada 30 september 1965 atau tepatnya 55 tahun yang lalu merupakan terjadinya tragedi besar yang mana diculiknya sejumlah jendral yaitu M.J S parman, M.J Suorapto, L.J A. yani,MJ MT. Haryono, panjaitan, sutoyo siswomiharjo, satu orang letnan Piere Andreas Tendean, dan anak kecil (putri bungsu jndral Abdul Haris Nasution)  Ade Irma Suryani. 

Menurut sejarah yang timbul secara sporadis ini, penculikan tersebut dilakukan oleh sekelompok orang-orang komunis (PKI) meski isu tersebut hingga kini masih dipertanyakan kebenarannya, sebab kurangnya bukti yang spesifik. Penculikan tersebut disertai pula dengan pembunuhan yang tragis seperti (memasukan 7 orang tersebut kedalam satu lubang yang sama berukuran kecil) yang berlokasikan di lubang buaya(Jakarta Timur).

Dukanya tak henti-henti membuat dada sesak jika mengingat kisah pilu para pahlawan revolusioner, yang hingga kini masih menjadi rahasia umum pelaku dibalik tragedi kelam itu, dari selebaran surat kabar, buku-buku pelajaran bahkan media visualpun ikut mengabadikan kejadian G30S dengan berbagai sudut pandang.

Dilansir Kompas. Com, A. N. K. Movanita dalam tulisan berita hariannya dalam judul "Panglima TNI Nilai Pemutaran Film G30S/PKI Penting untuk Generasi Muda" mengutip ucapan Gatot"Jangan sampai generasi muda kita terpengaruh lagi terkotak-kotak lagi, akhirnya terjadi peristiwa kelam," kata Gatot.

Hal tersebut haruslah menyadarkan betapa pentingnya sejarah bagi setiap individu khususnya kaum muda yang mana menjadi agen penerus suatu bangsa, selain bertambahnya ilmu pengetahuan dan bisa mengendalikan emosi agar tak mudah terprovokasi, dan semakin menghargai sebuah perbedaan.

Seperti halnya mahasiswa yang memang sudah tugasnya menjadi cerminan di kalangan masyarakat, jika hanya dimasuki teori-teori tanpa diimbangi dengan penerapan dan diskusi, pastinya akan menciptakan manusia yang monoton serta apatis, apabila mereka hanya fokus pada hal-hal kelembagaan, keakademisian siapa yang akan menilai/memantau perkembangan masyarakat dan kecurangan yang mungkin dilakukan pihak kepemerintahan?

Salah seorang guru besar di UIN SMH Banten,  pernah berucap dalam sela-sela kegiatan belajar mengajarnya,
"mahasiswa itu haruslah mencari, jangan bebekisme, rambut boleh kita sama hitam tapi pemikiran kita berbeda".

Mungkin dalam bab ini bisa kita sebut dengan tema "pencarian jati diri" karna tidak sedikit anak muda masa kini lebih suka berpoya-poya, menghambur-hamburkan umur dengan sia-sia, dengan alasan menikmati masa muda.

Dan cukup banyak pula anak muda yang mencoba memanifestasikan apa yang ia rasa benar tanpa pertimbangan dan jalur yang benar, hingga terkadang malah menimbulkan kericuhan baru yang meresahkan masyarakat, seperti tauran, pemerkosaan, pembegalan, dll
Lalu apa bedanya sebelum merdeka dengan sesudah?


Dengan demikian, hal tersebut sebenarnya cukup penting jika dilakukan dengan seimbang, dengan belajar arti bermasyarakat/berdiskusi agar tidak mengambil keputusan sepihak karna merasa dirinya yang paling benar tanpa memikirkan sebab musababnya, dengan tidak lupa menyelipkan relaksasi yang mendidik tentunya agar tidak menjadi manusia yang kaku dalam bersosialisasi dengan kaum tua ataupun anak muda lainnya(kuper), agar menjadi pemuda yang bukan hanya berfikir tapi juga mampu menerapkan, agar mudah diterima pula oleh kaum masyarakat lainnya. Para pemuda sekarang benar-benarlah menggambarkan akan menjadi apa suatu bangsa kedepan.

Penerus kehancurankah? Ilustratorkah?  Atau penggerak yang mengharapkan kesejahteraan rakyat miskin tanpa lupa pentingnya arti kenegaraan?

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun