Lagi judeg, muter "One of Us" nya ABBA. Kemudian ketemu tulisan Mas Achmad Saifullah Syahid, pengajar IAIBAFA Tambakberas Jombang, yang berjudul "Belajar Hidup "Ngglethek" dari Kartolo Cs". Mas Achmad mengungkapkan bahwa di balik kelucuan dan kesederhanaan Kartolo Cs, yang bisa membahagiakan orang se Jawa Timur itu, ada filosofi "ngglethek" yang membuat orang 'mlethek' bahwa 'jebule awak dewe kabeh iki mung ngene iki'. Betapapun tinggi pangkat kita, betapapun besar kekuasaan kita, betapapun 'mbegedut sogeh' kita, betatapapun 'nggilap' wajah kita, pada akhirnya semua itu hanya menjadi bungkus. 'Awak dewe kabeh iki mung ngene iki'.
Analisis mas Achmad tentang gaya hidup 'ngglethek' Kartolo Cs membuat saya teringat Robert Frost dan puisi-puisinya, khususnya "Nothing Gold Can Stay". Robert Frost (1874-1963) adalah salah satu penyair besar Amerika, dan dunia. Dia hidup pada masa di mana alam yang tentram mulai dikotori mesin-mesin industri. Puisi-puisinya mencerminkan kecintaannya yang ajeg pada alam, dan kemuakannya pada pabrik-pabrik yang mulai menggilas kehidupan.
Berikut puisi "Nothing Gold Can Stay".
Nothing Gold Can Stay
Nature's first green is gold,
Her hardest hue to hold.
Her early leaf's a flower;
But only so an hour.
Then leaf subsides to leaf.
So Eden sank to grief,
So dawn goes down to day.
Nothing Gold Can Stay --- Tidak Ada Emas Yang Awet. Judul ini paradoks: emas kok tidak awet.
Nature's first green is gold, --- Hijau pertama nya alam adalah emas. Tumbuhan pertama di alam semesta berawal dari kuncup daun, yang berwarna kuning keemasan. Semua tumbuhan berawal dari kuncup daun.
Her hardest hue to hold. -- Warnanya yang paling sulit untuk dipertahankan. Kuncup daun, yang berwarna kuning keemasan ini, adalah fase yang paling singkat. Dalam sekejap kuncup daun menua menjadi hijau daun.
Her early leaf's a flower; - Daun pertamanya adalah sebuah bunga. Sejatinya tumbuhan berawal dari bunga. Bunga menjadi buah. Bijinya tumbuh menjadi benih, yang akhirnya menjadi pohon.
But only so an hour. -- Tapi dalam keadaan demikian hanya se jam. Namun, bunga singkat sekali umurnya. Sekalipun indah, dalam sekejap ia layu, kering dan rontok.
Then leaf subsides to leaf. -- Kemudian daun turun menjadi daun. Kuncup daun menjadi pohon. Pohon berbunga. Bunga menjadi buah. Bijinya menjadi benih, yang berkuncup. Dari daun menjadi daun.
Â
So Eden sank to grief, - Maka Taman Eden jatuh dalam kesedihan. Kisah Eden dalam sekejap menjadi kisah bumi.
So dawn goes down to day. -- Maka pagi turun menjadi siang. Pagi yang sejuk, indah, dan penuh semangat dalam sekejap menjadi siang yang panas, terik dan melelahkan.
Nothing gold can stay -- Tidak ada emas yang awet. Seindah-indahnya sesuatu akhirnya hanya menjadi bungkus. Yang ada hanyalah hakikat dari sesuatu itu.
Apa hakikat?
Ngawi -- 2 Februari 2022, lereng Lawu
Salam buat Mas Achmad Saifullah Syahid