Jutaan guru tersebar di seluruh pelosok Indonesia. Dengan segudang cerita, seabreg prestasi, juga ribuan keluhan datang silih berganti. Di Pelosok, peran guru amat sentral  sebagai pendidik dan pengajar. Menjadi sutradara, pelaku dan pejuang gigih dalam mendidik siswanya menjadi anak-anak yang melek hruf, pengetahuan dan kemandirian.
Di Kota guru lebih dimanja dengan lengkapnya prasarana pendukung seperti seperangkat komputer dan fasilitas internet.Yang bisa mendukung percepatan transfer  of knowledge. Banyaknya kompetisi dan rekan kerja yang kapabel memudahkan guru melaju menjadi guru profesional. Tantangan di kota lebih pada masalah-masalah budaya dan permisifnya pergaulan kaum urban dan orang kaya baru.
Persoalan menyeruak dalam tataran  moralitas,  kadang ada beberapa oknum guru terlibat pungli(pungutan liar), terjebak dalam peredaran narkotika dan bisnis pendidikan. Komersialisasi dunia pendidikan telah memelencengkan fungsi pendidikan sesungguhnya yang  mendudukkan pendidikan sebagai ujung tombak pencerdasan bangsa. Akhirnya pendidikan di kota terganjal idealismenya dan yang merasakan kemajuan pendidikan hanya orang-orang yang mampu secara finansial.
Guru-guru seperti menjadi korban, sorotan media, pejuang HAM, dan LSM-LSM yang menamakan diri pembela hak anak(siswa)
Dari beberapa pemberitaan baik di media mainstream maupun media sosial(portal berita, twitter, facebook dsb) guru akan menjadi actor utama yang membuat siswa tidak berprestasi,sering melakukan tawuran, munculnya pelecehan seksual terhadap siswa dan tindak kekerasan kepada siswa hingga akhirnya guru di seret ke meja hijau.
Guru itu soko guru bangsa, tanpa guru tidak akan ada siswa berprestasi, tidak ada presiden, mentri dan sejumlah pejabat tinggi serta profesor doctor sekalipun. Setiap orang akan melalui perjalanan pendidikan mulai jenjang TK, SD, SMP dan SMA sampai perguruan tinggi. Semuanya harus berurusan dengan guru/dosen.
Untuk mendidik karakter, setiap guru harus mempunyai dasar pendidikan guru, memahami didaktika, memahami psikologi pendidikan juga paham bagaimana menyampaikan pengetahuan dengan bahasa yang dimengerti murid. Guru juga harus menjadi contoh bagaimana cara bertutur, bertindak, berpikir dan bertingkah laku.
Ada ungkapan bahasa Guru kencing berdiri murid kencing berlari. Hal ini menggambarkan betapa peranan guru amat mempengaruhi karakter anak didiknya. Jika guru mempunyai tingkah laku, karakter, pola kepemimpinan tidak bagus ,tentu akan mempengaruhi  tingkah laku siswa selanjutnya. Guru biasanya menjadi patron bagi murid-muridnya.
Bagaimana Memperlakukan guru?
Tidak harus memperlakukan  guru terlalu istimewa. Hargai saja sebagai pemberi ilmu pengetahuan, kawan berdebat dan tempat siswa mengurai persoalan akademiknya. Guru bukan dewa yang serba bisa dan sempurna, guru juga manusia yang bisa melakukan kesalahan dan mempunyai latar belakang sama dengan kebanyakan orang dari berbagai profesi.