Kenapa saya harus menulis tentang manusia dan Kegagalan Memahami teknologi ini?Jawabannya adalah munculnya gejala mengerikan di media sosial tentang penurunan akhlak manusia, terutama pengguna teknologi mutakhir gadget dan alat digital lainnya. Mengapa bisa menyimpulkan bahwa banyak manusia yang mengalami krisis identitas, krisis moral, penurunan akhlak dan tumpulnya hati nurani.
Gadget berguna ketika dari aplikasinya bermanfaat untuk mempercepat kinerja dan membantu manusia untuk mengembangkan kemampuan dan usahanya.Â
Internet memudahkan orang memperoleh pengetahuan mempermudah komunikasi, memperpendek jarak komunikasi sehingga tahu berbagai informasi dari belahan bumi manapun dengan hitungan detik atau menit saja.
Manfaat positif dari teknologi memudahkan manusia untuk mempercepat akses menuju konsumen, meluaskan network atau jaringan usahanya.
Dilema Teknologi di Negara Berkembang
Sayangnya di negara berkembang seperti Indonesia ini euforia teknologi masih sebatas pengguna dan kadang sering disalahgunakan untuk tujuan negatif, cyber crime, penyebaran hoax, produksi konten pornografi, dan juga edit video yang bertujuan mendiskreditkan orang lain, lawan politik, teror untuk mengganggu rival bisnisnya.
Teknologi juga digunakan untuk membobol bank, mengacaukan server perusahaan dengan menjadi hacker, perusak dan pengacau jaringan.
Anak muda, yang menjadi harapan bangsa lebih disibukkan dengan kegiatan yang membuat mereka malas bergerak, lebih sibuk dengan gadget selama berjam-jam pula (ini juga menjangkiti yang tua seperti penulis yang lebih sibuk menonton aneka podcast, gosip dan polemik politik serta kekacauan narasi dan literasi yang tercermin dalam komentar netizen menanggapi polemik bertopik sensitif seperti politik dan kebijakan publik.
Masyarakat seperti tersihir untuk melakukan perang komentar, perang narasi yang akhirnya memicu perpecahan terutama di media sosial. Ada banyak gap bermunculan sehubungan dengan fanatisme seseorang terhadap tokoh tertentu yang sering muncul di ruang perbincangan. Ada banyak kata-kata kasar yang tidak mencerminkan tentang gambaran orang Indonesia yang ramah dan menjunjung tinggi moral.
Munculnya kubu-kubu politik mendorong munculnya demonstrasi, membully,tokoh atau publik figur yang bisa muncul dalam skala nasional yang hadir "katanya" karena privilege sebagai anak penguasa, anak pengusaha atau anak pejabat. Munculnya kecemburuan sosial yang memicu isu ketidakadilan.
Definisi tentang "pencitraan" juga berbagai pernyataan kontroversi yang viral dan menjadi perbincangan publik.
Teknologi telah mengantarkan manusia menjadi sosok instan yang ingin cepat kaya, karena merasa iri dengan orang yang punya kesempatan dan sukses menjadi publik figur berkat konten-konten di media sosial yang membuat mereka memperoleh pasif income, mendapatkan adsense meskipun hanya dengan model joget-joget, lucu-lucuan yang tujuannya hanya menghibur tetapi sama sekali tidak ada nilai edukasi.