Mohon tunggu...
Ign Joko Dwiatmoko
Ign Joko Dwiatmoko Mohon Tunggu... Guru - Yakini Saja Apa Kata Hatimu

Jagad kata

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan Pilihan

Mengulik Kata "Merdeka" dalam Kurikulum Merdeka

17 Maret 2023   14:03 Diperbarui: 17 Maret 2023   14:08 702
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sumber gambar: kompas.com

Menilik kata merdeka orang akan mengingat kembali sebuah peristiwa di tahun 1945 di mana Indonesia terbebas dari belenggu penjajahan. Merdeka artinya terbebas dari belenggu, mempunyai kemandirian untuk melakukan apapun tanpa ada tekanan dari pihak lain. Istilah merdeka kemudian diadopsi untuk mewujudkan kurikulum penyempurnaan dari kurikulum 2013.

Bagaimana mewujudkan implementasi kurikulum merdeka belajar yang merupakan terobosan baru pemerintahan pimpinan Presiden Jokowi. Menteri Pendidikan, kebudayaan dan Ristek (mendikbudristek) Nadiem  Anwar Makarim melihat banyak kekurangan di kurikulum 2013. Diantaranya proses pengembangan kemandirian siswa terkendala kurikulum yang masih membatasi ruang gerak siswa sehingga pembelajaran masih terbatas belum memaksimalkan kemampuan peserta didik.

Dengan kurikulum merdeka siswa bisa memilih pembelajaran yang sesuai dengan kemampuan, minat dan bakatnya secara lebih optimal. Namun selayaknya kebijakan baru, setiap saat guru, institusi sekolah, kurikulum harus berjibaku kembali untuk merumuskan dan mengawal kembali kebijakan baru, meskipun kurikulum lama belum sempat memanen tetapi sudah berganti kurikulum selanjutnya.

Kebetulan penulis adalah guru, pelaku, pelaksana, dan praktisi pendidikan. Mengenai kurikulum sudah menjalani beberapa kurikulum sejak 2001. Kurikulum yang berganti membuat guru selalu menjadi aktor paling sibuk, karena berbagai pelatihan, pelibatan dalam rumusan kurikulum selalu melibatkan guru.

Perjalanan Kurikulum dari Awal Orde Baru Sampai Sekarang

Perjalanan kurikulum sejak orde baru diawali dengan kurikulum  1975. Kurikulum ini adalah penyempurnaan kurikulum 1968. Perubahan kurikulum didasarkan alasan penyesuaian pembangunan nasional. Kurikulum 1975 dirinci dan dirumuskan dalam Prosedur Pengembangan Sistem Instruksional (PPSI). Kurikulum berubah lagi tahun 1984. Perubahan kurikulum mengoreksi kurikulum yang tidak bisa menyesuaikan dengan percepatan pembangunan. Kurikulum 1984 mengacu pada kemandirian belajar siswa dengan sistem CBSA (Cara Belajar Siswa Aktif).Tahun 1994 terjadi perubahan kurikulum bertujuan memadukan kurikulum 1975 dan 1984. Perubahan yang paling diingat adalah dari sistem semester ke caturwulan.

Kurikulum 2004 terjadi perubahan lagi yaitu dengan melahirkan Kurikulum Berbasis Kompetensi (KBK).Perubahan didasarkan pergantian kurikulum berbasis materi ke kompetensi. Tahun 2006 dua tahun setelah kurikulum 2004 muncul kurikulum KTSP (Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan), Kurikulum berubah lagi tahun 2013. Kurikulum 2013 memprioritaskan pada pendidikan karakter. Implementasinya pendidikan karakter diintegrasikan pada semua mata pelajaran. Kurikulum 2013 memprioritaskan pada pembentukan sikap spiritual dan sikap sosial.

Segala keluhan, caci-maki, kritik terkait kurikulum datang paling awal sampai ke telinga guru. Dengan bergantinya kurikulum guru harus pontang-panting menyesuaikan diri. Dari pembuatan administrasi, Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) sampai saat ini dengan istilah modul. Guru yang berada di lapangan pernah menjadi aktor utama dalam hal transfer ilmu dan pengetahuan. Lebih dari itu guru pun harus menjadi roll model bagi karakter anak didik. Sekarang guru lebih banyak sebagai fasilitator bagi kemandirian peserta didik dalam pembelajaran.

Jika guru sedikit saja menyimpang maka buyarlah harapan siswa untuk mendapatkan role model untuk pembentukan karakter yang datang dari institusi  formal pendidikan. Jika ada kasus pemerkosaan atau kasus lain menyangkut pelanggaran hak asasi dan juga penyimpangan perilaku termasuk terlibatnya guru dalam kejahatan, berjudi, melakukan hal memalukan dengan mengkonsumsi obat terlarang, prostitusi, gurulah yang menjadi aktor utama yang perlu disalahkan.

Jadi apapun kurikulumnya guru tetap harus bisa menempatkan diri seperti halnya pendiri Sekolah Taman Siswa yaitu Ki Hadjar Dewantara selalu mengingatkan bahwa guru itu adalah tokoh yang harus ada di depan di samping dan di belakang anak didik.  Yang paling terkenal  dari ajaran Ki Hadjar Dewantara Ing Ngarso Sung Tuladha Ing Madya Mangun Karsa, Tut Wuri Handayani. Apa yang diajarkan Ki Hadjar Dewantara itu sebetulnya merupakan intisari pendidikan berbasis budaya Indonesia yang mampu membentuk karakter manusia Indonesia seutuhnya.

Ki Hadjar Dewantara menjelaskan tujuan  pendidikan yaitu menuntun segala kodrat yang ada pada anak-anak, agar mereka dapat mencapai keselamatan dan kebahagiaan setinggi-tingginya baik  sebagai manusia maupun anggota masyarakat (imrantutuli.net) Namun seiring perkembangan zaman berbagai kurikulum berubah, berbagai eksperimen pembelajaran terus dilakukan pengaruh  pendidikan formal tetap belum bisa membentuk karakter unggul dan peningkatan kualitas pendidikan hingga bisa sejajar dengan negara-negara maju seperti Jepang, Korea, Norwegia, Finlandia, Singapura yang sangat matang dalam hal pendidikan.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun