Mohon tunggu...
Ign Joko Dwiatmoko
Ign Joko Dwiatmoko Mohon Tunggu... Guru - Yakini Saja Apa Kata Hatimu

Jagad kata

Selanjutnya

Tutup

Seni Artikel Utama

Seni

26 Desember 2022   10:00 Diperbarui: 3 Januari 2023   23:16 653
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
sebuah karya lukis di Galeri Nasional Sebelum Covid- 19(dokpri)

Seni budaya adalah bagian yang tidak terpisahkan dari perjalanan kehidupan penulis. Dulu ketika masih di kampung halaman dan Magelang, begitu banyak seni budaya yang bisa dinikmati hampir setiap hari, Lingkungan memberi kecintaan sampai alam bawah sadar saat ini. 

Hingga ketika akhirnya penulis harus hijrah dari desa ke kota besar Jakarta. Kegiatan kental seni budaya kini berbenturan dengan rutinitas pekerjaan. 

Penulis tergelitik dengan judul yang sebetulnya sengaja penulis lebih-lebihkan benarkah seni terseok-seok akibat covid-19. Karena pandemi membuat pertunjukan seperti mati suri.

Dalam sebuah Pelatihan Menggambar di Studio Hanafi (Dokpri)
Dalam sebuah Pelatihan Menggambar di Studio Hanafi (Dokpri)

 Sebetulnya bukan berarti penulis rutin menikmati pertunjukan budaya karena nyatanya waktu saat ini lebih sering dipenuhi dengan jadwal ketat pekerjaan yang susah membagi waktu untuk menikmati pertunjukan seni. 

Padahal dulu saat masih muda (iya karena dengan berjalannya waktu usia penulis kini menginjak usia paruh baya 52 tahun). Menikmati pertunjukan, rutin mengunjungi pameran membuka pengalaman berharga. 

Banyak hal kreatif yang bisa memberi inspirasi untuk kembali berkarya. Membuat gambar, melukis di kanvas, menikmati pertunjukan gamelan dan ikut anggota gamelan sebagai bagian dari mengolah rasa.

Aktivitas Seni Memberi kepekaan Rasa dan Empati

Ketika mengikuti latihan gamelan misalnya, kebetulan latar belakang penulis dari Jawa, ada berbagai macam bentuk emosi, ada hal yang membuat tertantang untuk membaca dan mengikuti irama gamelan yang tingkat kesulitannya berbeda. 

Ada tuntutan untuk menghapal dan merasakan setiap irama. Ada kecepatan birama yang harus diikuti, ada rasa muncul hingga membuat alat yang kita pukul menjadi bagian dari harmoni keseluruhan musik.

Tidak semua alat musik dapat dikuasai terutama pemula seperti penulis, mungkin hanya sebagian saja yang akhirnya mampu dikuasai seperti saron, kenong dan dan slentem. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Seni Selengkapnya
Lihat Seni Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun