Mohon tunggu...
Ign Joko Dwiatmoko
Ign Joko Dwiatmoko Mohon Tunggu... Guru - Yakini Saja Apa Kata Hatimu

Jagad kata

Selanjutnya

Tutup

Kurma Pilihan

Hikmah Ramadan, Kesabaran Itu Berbuah Manis

7 April 2022   16:51 Diperbarui: 7 April 2022   16:53 531
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Sebagai pemeluk agama minoritas, sabar itu adalah kunci utama dalam menghadapi situasi terutama saat saudara Muslim sedang menjalankan ibadah puasa. Pada awal puasa jujur, kadang ada perasaan kesal ketika suara Masjid saling berlomba membunyikan toa. Kebetulan di Jakarta ( rumah mertua ) sangat dekat dengan masjid, bersebelahan malahan. Tidak jauh dari rumah juga ada Masjid besar yang corong toa nya menghadap ke rumah.

Ketika gema adzan menggema suara merdu pelantun adzan tentu tidak akan mengganggu. Sudah lama mendengar adzan. Suara mendayu dan merdu membuat hati siapapun merasa damai, tetapi ketika sudah ada suara anak kecil, bermain mikrophon, menyanyi-nyanyi dengan suara sumbang, serta saut menyaut suara dibelakangnya sebagai tetangga rasanya cukup kesal juga. Bukan tidak suka, tetapi sebaiknya diatur suara toa itu. 

Kadang pengajian dan doa apapun selalu diperdengarkan dan masuk ke pengeras suara, padahal kadang sesekali rasanya pengin mendengarkan desis angin yang diam, sunyi sepi, tetapi susah kalau di Jakarta karena jumlah masjid sangat banyak.

Ketika yang satu diam, yang lain bersuara, ketika semua bersuara orang-orangpun bingung juga mana yang mau didengarkan wong semuanya bersuara sama kerasnya pula. Sepupu saya pernah berteriak emosi, apalagi ketika ia sedang konsentrasi belajar, tanpa aba-aba suara toa keras langsung muncul, hingga konsentrasi belajarnya terpecah.

Kalau ada peraturan tentang volume suara sebetulnya bukan masalah penistaan agama, atau tidak toleran. Namun kadang sebagai orang yang dekat tempat ibadah hanya ingin sesekali merasakan tenang. Bukan menolak, tetapi hanya berharap ada aturan main yang benar bagaimana membunyikan toa sehingga masih ada kesempatan masyarakat tenang ngobrol bersama keluarga.

Awalnya kaget mendengar saut menyaut toa, namun akhirnya apapun, saya dan keluarga tetap kompromi, kalau memang budaya saudara Muslim begitu, merayakan bulan suci dengan melantunkan doa-doa ya kami maklumi. 

Dari yang kaget akhirnya terbiasa mendengar suara saut menyaut itu. Bagaimana lagi, hidup di Jakarta dan tinggal di perkampungan padat mau tidak mau ya harus bisa menyesuaikan hati dengan kesabaran dan ketulusan untuk berbagi.

Mungkin dengan doa yang dilantunkan lewat toa bisa membantu mereka yang tidak sempat berdoa di masjid, yang masih sibuk berdagang dan bekerja bisa mendengarkan sambil komat-kamit. Yang beruntung masih mempunyai waktu untuk berdoa di tempat ibadah ya bersyukur karena diberi waktu banyak untuk secara khusuk melaksanakan doa, tanpa bolong-bolong.

Mereka bisa berdoa diantara kemegahan tempat ibadah daripada di rumah yang sesak oleh barang-barang, karena rumahnya tidak cukup luas. Sebagai warga yang tinggal di dekat masjid kesabaran itu adalah rahmat. Bila sabar dan menerima maka terasa indah, maka suara apapun yang terdengar adalah sebuah ujian, dan juga ketulusan. Ketulusan untuk mendengar, menerima dengan lapang dada ketika tengah malam dibangunkan dengan suara toa keras oleh anak-anak untuk bangun dan menyiapkan saur sebagai persiapan untuk puasa seharian.

Yang beriman lain juga ikut berpuasa, untuk memberi kesempatan saudara muslim beribadah tanpa merasa terganggu, tergoda untuk  makan di tempat terbuka, atau memancing kemarahan yang sedang beribadah.

Kesabaran bagi yang puasa pasti bukan sekedar menahan lapar. Menahan marah, dan sabar untuk menerima kritikan dan masukan juga sebagai ujian juga. Kalau hanya bisa menahan lapar dan minum tapi tetap marah-marah juga percuma. Kalau bisa selama sebulan berpuasa kuat menjalaninya tapi pagi-pagi sebelum saur keliling melakukan klitih dan tawuran massal tentu bukan itu yang diharapkan.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Kurma Selengkapnya
Lihat Kurma Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun