Mohon tunggu...
Ign Joko Dwiatmoko
Ign Joko Dwiatmoko Mohon Tunggu... Guru - Yakini Saja Apa Kata Hatimu

Jagad kata

Selanjutnya

Tutup

Diary Pilihan

Karena Saya Bodoh Maka Saya Menulis

23 Januari 2022   08:30 Diperbarui: 23 Januari 2022   09:36 722
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Sejak pertama kali berminat menulis, tujuan utamaku adalah pintar mengarang dan menulis. Mengapa tertarik menulis karena aku merasa masih bodoh dan perlu belajar secara rutin. Meskipun dulu pernah belajar sampai perguruan tinggi rasanya belum seberapa menyerap ilmu. Semakin belajar semakin rasanya bodohku bertambah. Semakin luas bumi yang kupijak semakin banyak tempat yang belum kujelajahi.

Itulah rasa penasaran terus menggaung dan ingin menaklukkan bumi, namun semakin merasa kecil karena manusia tidak berdaya dengan luasnya dunia ini. Itulah sifat manusia. Semakin sombong manusia sebenarnya semakin sempit wawasannya. Mungkin dia sombong karena dalam hidupnya selalu bergelimang kesuksesan, cerdas, berani, mapan dan apapun bisa diraih. Berbeda dengan yang bodoh seperti saya merasa yang ingin digapai hanyalah khayalan yang mungkin tidak akan teraih.

Karena bodoh maka saya pengin pintar. Dengan menghapal susah masuk otak, bukan cara saya menyerap ilmu dengan menghapal, kapasitas hapalan terbatas, hingga akhirnya mesti belajar pelan sambil mengingat pengetahuan lewat menulis.

Dari menulis saya bisa membuat analisa kecil-kecilan. Bisa mencoba membuat opini yang bukan hanya sekadar pendapat emosional. Semua dipikirkan karena nantinya tulisan dibaca orang maka perlu wawasan luas agar tidak terkesan omdo. Saya tidak mengaku pintar karena memang begitulah mesti jujur pada diri sendiri sejak dulu tidak pernah rangking meskipun tidak terlalu bodoh amat.

Sejak saya suka menulis, rasanya ada kemajuan dalam pola berpikir saya. Pelan-pelan menurut pembaca ada runtutan ada bunyinya dan kadang tersenyum ketika dipuji mantap, luar biasa dan bagus tulisan Bapak, tulisan Mas inspiratif. Tetapi tentu saja tidak harus larut dan besar kepala saat dipuji. Kebanyakan pujian malah membuat saya menjadi waspada, jangan-jangan saya sudah mabuk pujian sehingga jumawa dan tidak mau belajar lagi.

Setiap pembelajaran tidak berujungselalu sukses,perlu kerja keras lagi untuk bisa mensejajarkan diri dengan penulis lainnya yang memang mempunyai talenta menulis luar biasa. Maka karena saya bodoh, saya mesti banyak mendengar, banyak membaca, banyak menengok artikel teman-teman penulis. Mereka bisa mengurai sebuah masalah dengan tulisan yang nyaman dibaca, seperti sedang ngobrol, seperti dialog santai antar sahabat. 

Menuangkan analisa dengan lancar, mencomot bahasa asing dengan cerdas, memadupadankan istilah dengan pas hingga jadilah artikel yang menjadi langganan AU. Dari modal kebodohan saya sampai saat ini ternyata tidak terasa sudah menghasilkan artikel sekitar 1251. Ya meskipun itu ditulis cukup lama sejak 2010 dengan dikurangi dengan masa tidak aktif sekitar 3 sampai 4 tahun. Itu yang saya tulis di Kompasiana belum lagi beberapa tulisan yang sudah saya tulis sejak 1980-an.

Aktivitas menulis ini memberi saya sedikit perubahan, dulu saya memang cukup minder, merasa inferior melihat aktifitas pada penulis, pengarang, cerpenis, novelis. Saya susah membayangkan bagaimana bisa menulis buku berlembar-lembar, membuat novel sampai ratusan halaman. Kini saya bisa merasakan ketika mencoba mengejar target novel dengan ratusan halaman. Ternyata tidak harus siang malam menulis untuk bisa menghasilkan novel, cukup konsisten tiga halaman, sekitar 700 kata sampai 1000 kata perhari, dengan konsep yang sudah ditulis sebagai sinopsis, dengan plot yang telah disiapkan baik itu berujud catatan singkat di buku maupun rancangan yang ada di kepala. Setelan mengikuti alur kemudian menulis saja dan membiarkan ide-ide liar dan baru datang. Setelah ditulis, ada waktu  menengok untuk melihat susunan kata, memotong hal-hal yang tidak pas atau hanya sekedar kata bombastis dan nggladrah.

Dari kebodohan, saya belajar untuk tidak mengulangi kesalahan sama, menghapal hukum tulis menulis tanpa perlu diucapkan, cukup mengingat hal-hal kecil dari koreksi teman-teman dan menyusun kata yang sekiranya mampu memberikan rangsangan daya khayal para pembaca.Menulis bagi saya adalah membangun kepercayaan diri bahwa dalam segala kekurangan saya mesti belajar menjadi lebih baik, mengingat lebih baik, menyusun pemikiran dengan lebih tertata, membangun network, dan branding diri.

Boleh dikatakan saat ini di mesin pencari tercatat sebagai pengarang penulis, tetapi saya sendiri mengatakan saya lebih suku disebut pemelajar, orang yang terus belajar dengan membaca dan berlatih menulis. Sehari selembar benang lama-lama menjadi kain, sehari satu dua kata lama-lama menjadi ribuan bahkan jutaan kata. Ketika selama puluhan tahun menekuni aktivitas menulis, tidak terasa tulisan telah mencapai ribuan artikel, beberapa novel, dan beberapa kumpulan buku. Selanjutnya sebuah resolusi sederhana, mewujudkan impian mencetak buku novel dan buku yang ditulis sesuai minat bakat dan usaha. Salam literasi.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Diary Selengkapnya
Lihat Diary Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun