Mohon tunggu...
Ign Joko Dwiatmoko
Ign Joko Dwiatmoko Mohon Tunggu... Guru - Yakini Saja Apa Kata Hatimu

Jagad kata

Selanjutnya

Tutup

Love Pilihan

Kesibukan Guru dan Hasrat Menulis yang Masih Menggebu

18 Januari 2022   21:17 Diperbarui: 18 Januari 2022   21:20 289
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
  Guru yang sibuk tetap ada waktu menulis (znews.id)

Terus terang tidak setiap hari bisa menyediakan waktu untuk menulis, Selalu saja ada kegiatan yang membuat beranjak dan meninggalkan aktivitas menulis. Apalagi awal semester dua sebagai guru sudah ditunggu banyak sekali tugas, antara lain membuat soal, administrasi semester dua, webinar, rapat rutin dan persiapan PTM yang butuh konsentrasi.

Itu tupoksi, tugas utama guru, disamping harus belajar lagi untuk mengupgrade diri agar tidak ketinggalan pengetahuan. Baru belajar tentang zoom, belajar tentang blended learning, belajar tentang pembelajaran power poin yang lebih menarik dengan aplikasi canva atau aplikasi sparkpost, sudah ada tuntutan untuk memahami pengetahuan baru tentang metaverse, sementara di Kemendikbud mulai dikenalkan dengan kurikulum prototipe.

Dunia bergerak cepat dan membuat orang-orang yang sudah memasuki kepala 5 terengah-engah mengikuti kecepatan teknologi dan perkembangan mutakhir pengetahuan. Lalu apakah terpikir menyerah dan memilih resign. Tidak, sejauh bisa diikuti masih belum menyerah meskipun harus kerja keras untuk memahami digital dan teknologi.

Guru tua memang agak bolot dan lambat dalam menyerap teknologi, tapi kematangan pola pikir dan pengalaman merasakan asam garam kehidupan  paling tidak bisa dimanfaatkan untuk memotivasi siswa. Ayolah kalian generasi muda, terus berkreasi, pergunakan otak, akal dan kemampuan dalam bidang teknologi untuk meraih impian, bersaing menjadi yang terbaik.

Paling guru tua masih didengar jika ia bisa memberi ilustrasi tentang tantangan-tantangan masa depan.

Selagi masih mampu belajar dan meningkatkan kemampuan ya terus berjalan. Hidup itu seperti roller coaster. Ada saatnya di atas ada saatnya di bawah. Jalan tidak selalu lurus, ada liku-likunya, ada terjalnya, bahkan harus menemui jalan buntu. Kalau cepat menyerah maka hidup akan selalu dianggap susah. Kalau punya prinsip tidak mudah menyerah, suatu saat akan memetik hasil kesabaran.

Banyak anak muda sekarang bisa meraih prestasi gemilang, mampu memanfaatkan teknologi digital untuk belajar dan berinovasi. Bahkan tidak sedikit menjadi pengusaha muda sukses berkat kemampuannya dalam olah kreasi digital, bisnis, startup, bisnis yang bermodalkan nekat, dengan insting bisnis yang dimulai dari coba-coba akhirnya sukses besar.

Seorang anak muda tiba-tiba kaya gara-gara NFT, menjual foto selfienya dan dihargai milyaran rupiah.Banyak orang tercekat, kok bisa, orang tua seperti sayapun tampak plonga-plongo bagaimana caranya. Ya belajar digital, memanfaatkan aplikasi, mengikuti teknologi mutakhir, termasuk keberanian berspekulasi jika mau sukses.

Lalu bagaimana posisi guru, hanya mengandalkan gaji, berprinsip tidak ada yang lebih membahagiakan selain melihat anak-anak didiknya sukses. Ya, itu jasa guru, itu perbuatan mulia guru, selalu memperhatikan perkembangan intelektual muridnya juga akhlaknya. Kalau muridnya tertangkap karena pencucian uang dan terbukti korupsi bagaimana?

Itu berita menyedihkan bagi dunia pendidikan?Tidak semua anak didik bisa ingat nasihat gurunya. Boleh jadi gurunya sudah berbusa-busa memberi petuah dan nasihat. Namun bisa saja ada anak yang sudah mempunyai bakat bohong dan menjadi benalu. Mungkin lingkungan, keadaan dan tuntutan yang membuat murid lupa akan petuah, nasihat dan teladan guru. Tidak semua murid menyerap pengetahuan dan nasihat guru, sebaliknya tidak semua guru yang bisa menjadi spirit kuat bagi muridnya untuk sukses sebagai siswa dan sebagai bagian dari masyarakat.

Bicara tentang profesionalitas, jujur, menulis bukan kegiatan profesional saya. Yang bisa menghidupi kehidupan setiap hari saya adalah karena profesi sebagai guru. Tidak sebesar gaji- gaji desainer, artis, manager bank atau pegawai pajak atau bea dan cukai. Kadang masih sering mengeluh para harga-harga bahan pangan yang melambung dan juga jarang bisa makan-makan enak di restoran. Kecuali mempunyai penghasilan untuk memberi les atau usaha lain yang menjadi suntikan dana untuk bisa sedikit menikmati jalan-jalan di mall atau makan di kafe dan restoran.

Setiap orang pasti bisa mengukur kemampuan, apapun profesinya besar kecilnya gaji jika seseorang bisa menyesuaikan diri dengan kemampuan ya masih tetap bisa menikmati hidup. Kadang banyak orang sudah kaya, tajir melintir masih punya keinginan lebih hingga menghalalkan segala cara. Seorang bankir, atau aparat pemerintahan yang sudah mapan masih pengin yang lebih hingga akhirnya terkena operasi tangkap tangan dan ketahuan KKN.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Love Selengkapnya
Lihat Love Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun