Mohon tunggu...
Ign Joko Dwiatmoko
Ign Joko Dwiatmoko Mohon Tunggu... Guru - Yakini Saja Apa Kata Hatimu

Jagad kata

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Lukislah Wajahku seperti Ketika Kau Tulis Aku di Sajakmu

19 Desember 2021   14:20 Diperbarui: 19 Desember 2021   14:31 201
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Lukisan Yang Belum Sempurna (By Joko Dwi)

Semula hanya goresan spontan, tidak mengira bahwa muncul gambar yang tidak pernah terduga sebelumnya. Aku melihat hanya sekumpulan garis, yang berputar-putar bebas, namun ternyata kamu telah lekat dan hapal segala hal tentang wajah yang muncul  dari sekumpulan garis itu. Wajah rindu dengan tatapan penuh makna.

Selalu saja kau mengagumi apapun muncul dari diri ini. Padahal bukan kesempurnaan yang datang, aku hanya sekumpulan sel-sel yang lelah, mengeja kehidupan yang tidak pernah dapat tertebak misterinya. Selalu datang rasa perih, meskipun dikesempatan lain bisa tergelak oleh ulah kocakmu.

Yakinkah kamu pada segala goresan kehidupanku. Aku yakin kau hanya melihatku dalam gurat sempurna, bukan serpihan kekurangan dan kelemahan. Tahukah kamu kadang-kadang aku sering merasa frustasi menyaksikan gemuruh bahagia para selebritis tanah air. Mereka seperti selalu tengah riang ria dalam kekayaan yang bukan semakin menyusut, tetapi semakin menggurita. Padahal sehari-hari hanya berkicau di layar kaca dengan tumpahan drama yang membuat mata pemirsa membelalak terkadang berkaca- kaca.

Sudah puluhan tahun merasakan betapa hidup tidak pernah benar-benar mampu tegak berdiri, selalu akan bergoyangan diterpa badai derita dan nestapa. Bahkan sekalipun aku telah menggenggam segepok uang, rasanya selalu saja ada celah dimana ada titik-titik derita  terpecik di antara hamparan kegembiraan.

Siapa bisa menghindar kesunyian bahkan pada anak-anak konglomerat dan artis. Kalau gembira kenapa harus menenggak obat laknat yang bisa bereaksi untuk menambah euforia kegembiraan padahal sebetulnya hanya kamuflase di antara ketidakbebasan dan keterkungkungan.

Boleh saja menjadi bintang besar namun selalu ada kesepian yang menghentak. Meskipun manusia sempurna dengan segala keberuntungannya tak akan pernah satupun manusia yang pernah tidak bersedih, sunyi dan menyesap rasa sepi.Bohong jika tidak pernah merasa sedih dan kehilangan. Kalau yakin tidak pernah merasakan berarti hilang sudah rasa kemanusiaanmu, kau adalah dewa dan tidak pernah hidup dalam dunia nyata.

Oke kembali bicara tentang lukisan. Aku mengerti sejelek-jeleknya lukisanmu bila kau kerjakan dengan sepenuh jiwa tetaplah karya lukisan. Karena pada hakikatnya setiap lukisan adalah jiwa ketok begitu kata pelukis S Sudjojono. Setiap orang akan mengapresiasi menurut sudut pandangnya. Kecuali kamu tengah menjiplak dan melakukannya dengan niat busuk. Maka sebagus apapun lukisanmu karyamu adalah sebuah perbuatan terkutuk dari prinsip seorang seniman sejati.

Sudahlah. Kalau kamu bosan melukis wajahku, ingatlah ketika dulu dengan semangat membuat kata-kata, merangkai sajak-sajak yang ditujukan untuk menggambarkan wajah dan kepribadianku. Kau tampak begitu terpukau oleh wajah dan badanku yang kadang menipu. Jangan mudah percaya pada kecantikan dan kegantengan yang sekilas kau lihat.

Sesekali tengoklah diaryku, barangkali kamu akan mundur teratur dengan segala kesempurnaan yang kamu khayalkan. Tahukah bisa jadi aku predator, yang siap menyekapmu meskipun kau tahu rasanya mustahil dengan penampilanku saat ini bila akhirnya kau tahu bahwa aku predator dengan hati busuk.

Dengar saja berita-berita saat ini. Para pecundang dan predator itu datang dari profesi menterang, guru, guru spiritual, guru akhlak, sangat menguasai teori tentang karakter dan psikologi. Tahu kelebihan dan kekurangan manusia. Sangat menguasai bahasa santun. Tapi, banyak yang tidak sadar bahwa ada jiwa-jiwa nan rapuh yang susah mengelak ketika gelegak purba datang. Tetiba muncul taring dan seketika lenyap keramahannya yang hadir hanya kebuasan-kebuasan yang tersembunyi.

Jika kau yakin wajahku dan jiwaku kembar, tidak ada kamuflase atau perbedaan mencolok bolehlah kau gambar lagi wajahku, seperti kamu dulu membuat sajak tentangku. Kau tahu akupun pernah diliputi sepi dan kesunyian pernah membuat frustasi dan mencoba menghindar dari orang- orang yang berisik berkoar bicara tentang kebenaran dan iman.

Macan Tutul (Drawing pad by Joko Dwi)
Macan Tutul (Drawing pad by Joko Dwi)

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun