Mohon tunggu...
Ign Joko Dwiatmoko
Ign Joko Dwiatmoko Mohon Tunggu... Guru - Yakini Saja Apa Kata Hatimu

Jagad kata

Selanjutnya

Tutup

Love Pilihan

Cinta, Letupan Emosi, dan Puncak Pengorbanan

16 Oktober 2021   05:43 Diperbarui: 16 Oktober 2021   05:46 208
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
sumber gambar: m.oase.id

Terkadang berat memikirkan cinta. Sebuah ketulusan untuk menyayangi tanpa syarat. Berjuang untuk menghapus luka dan mendengarkan tanpa emosi. Ingin fokus untuk menghilangkan benci yang terkadang menusuk kalbu, terutama kesabaran menerima kekurangan diri dan menerima rentetan caci-maki.

Sebuah pertemuan adalah awal dari cinta, bertumbuh karena ada kesamaan, kemudian tumbuh benih untuk menyayangi. Awalnya  melihat kesempurnaan, kilau gemerlap cinta karena kecantikan dan fisik yang membuat tertarik. Setelah itu benih benih cinta bersemi karena kesamaan pandangan. Awal mula tidak pernah berpikir bahwa ada perbedaan besar sudut pandang pada setiap manusia, apalagi mengenali karakter seseorang dan pandangan kebebasan dalam hidup.

Ketika bersepakat untuk menyatukan rasa dalam sebuah pernikahan, tidak terpikir  ada jurang perbedaan yang mesti dilewati dengan penuh misteri. Cinta saat itu hanya menyisakan keindahan bukan kemuraman. Setelah menikah baru terlihat gurat-gurat asli karakter manusia yang terbentuk dari lingkungan berbeda.

Banyak rahasia dan misteri yang akhirnya menguak, namun sebuah konsekwensi pilihan yang mesti ditempuh. Untuk mengabadikan cinta perlu banyak pengorbanan. Kesabaran menjadi kunci utama untuk meredam egoisme. Melepaskan hasrat menggebu dari rasa kebebasan, masuk dalam irama kompromi demi kompromi.

Manusia sudah melebur bukan dalam keakuan namun adalah kami dan kita. Bukan lagi gue yang sedang berbicara melainkan kita, dan harus hati-hati terhadap sudut pandang. 

Terkadang sudut pandang yang dirasa cerdas dan bernas mengalami jalan buntu ketika mendapatkan tantangan bukan dari orang lain, melainkan dengan sang kekasih. Ada rasa sayang yang membuat dia mencintai dengan caranya, agar kita tidak lari dan mencari cinta yang lain. Ada titik kecemburuan yang membuat ia menjadi perasa dan mudah tersinggung, apalagi bila aku atau kau bisa akrab dan sepaham dengan orang lain yang kebetulan lawan jenis.

Ada simpul-simpul amarah menggelegak, hingga menimbulkan syak dan prasangka. Padahal telah meminimalisir rasa dan hanya mencintai satu cinta yang sudah diikat dalam tali suci pernikahan.  Riak, percik api tidak sengaja terus datang. Hadir seperti badai dan menggeletar seperti petir. Hanya kesabaran dan cinta yang tulus yang bisa membuang perasaan dengki dan emosi.

Kalau sedang bertengkar, kesabaran dan pengertian yang utama, bukan sekedar adu otot dan sok benar. Meskipun benar, minta maaf adalah sebuah cara untuk meredam emosi, sebuah kunci untuk rekonsiliasi. Bukan egoisme yang menjadi prioritas, melainkan sebuah kepasrahan dan kesabaran untuk menerima caci-maki dan luka-luka yang menyayat.

Hari berganti, misteri datang dan pergi. Manusia tidak tahu kapan datangnya emosi, tiba-tiba saja membandang dan datang. Bingung harus mulai darimana untuk meredam pergesekan. Akhirnya hanya doa dan pengampunan, kesabaran dan rasa cinta yang tulus yang bisa menumpulkan tajamnya kebencian dari sebuah praduga yang hanya berasal dari emosi.

Selalu ada jalan untuk cinta, selalu ada kasih yang terselip bila pikiran dan hati tidak dikuasai emosi. Kadang harus frustasi dan tidak tahu bagaimana mengatasi api yang berkobar, tetapi semuanya akan kembali manis bila salah satu selalu mendendangkan musik kedamaian.

Cinta adalah air yang memadamkan api, ia juga api yang menghangatkan es yang membeku. Yang semula membeku menjadi mencair, yang semula berkobar-kobar penuh amarah akan pulih kembali. Semua perlu pengertian dan pengorbanan. Itulah bila cinta akan langgeng.

Apa yang tergambar dalam baris kehidupan manusia harus melihatnya, tulisan akan terus tertoreh dan kadang manusia hanya menjalankannya. Misteri datang dan pergi silih berganti, ujian demi ujian bagai banjir bandang terus menghantui, dan emosi sewaktu-waktu meletup tidak terbendung. Terkadang terpikir untuk mengakhiri semuanya, tapi cinta itu adalah tentang ketabahan. Untuk bisa merawat cinta, ketabahan dan senyuman adalah modal utama untuk melepaskan dahsyatnya amarah yang tiba-tiba menggelegak.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Love Selengkapnya
Lihat Love Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun