Mohon tunggu...
Ign Joko Dwiatmoko
Ign Joko Dwiatmoko Mohon Tunggu... Guru - Yakini Saja Apa Kata Hatimu

Jagad kata

Selanjutnya

Tutup

Politik Pilihan

Serangan terhadap Jokowi Semakin Masif di Masa Pandemi Covid-19

24 Juli 2021   07:28 Diperbarui: 24 Juli 2021   08:43 710
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sumber gambar: batam. tribunnews.com

Kalau boleh membayangkan apa yang sedang dihadapi Jokowi saat ini rasanya seperti menginjak- injak bara, mencium aroma busuk, dan merasakan lara jiwa karena banyak manusia di sekitarnya lebih suka melempar cemooh kepadanya sementara dalam cemooh mereka tersimpan kepahitan merasakan penderitaan akibat wabah yang tidak kunjung usai.

Serangan terhadap Jokowi semakin masif karena perekonomian semakin melorot, sementara serangan wabah seperti bergelombang. Sekarang gelombang wabah itu sedang dipuncak dan orang- orang politik, musuh- musuh Jokowi selalu mendengung dan mengacaukan informasi yang datang membandang. Komentar netizen semakin masif mengadu domba, mendengar berita hoax seperti mendengar kotbah dari ahli agama. Mendengar fitnah seperti mendengar khotbah pemuliaan. Banyak penceramah terkena virus sindrom politik. Mencampuradukkan kepentingan politik dan keberimanan serta mengajarkan baik buruk dengan naluri politisi.

Khotbah tidak lagi menyejukkan, banyak kata- kata provokasi bermunculan untuk membenci dan dan menolak tunduk pada aturan negara. Sudah terlalu membingungkan mana khotbah menyejukkan mana yang bertujuan penjungkalan. Banyak informasi dari media provokatif yang memberikan kesan hiperbolis bahwa situasi negara sangat genting, pemerintah abai, pemimpin pusat hingga daerah berjalan - jalan sendiri seakan tidak ada satu garis komando yang menertibkan mereka untuk satu rasa, satu tujuan dalam menangani pandemi.

Seberapa parahkah para pemimpin sehingga tidak bisa membendung munculnya wabah, seberapa banyakkah yang punya keyakinan bahwa wabah adalah rekayasa penguasa untuk menakut- nakuti rakyat dan mengantarkan masyarakat bangkrut dan miskin. Rupanya ada banyak politisi yang sedang berpesta dengan mengaduk - aduk informasi, memberikan informasi menyesatkan tentang virus, memfitnah untuk menolak vaksin dan mengabaikan prokes. Sampai kapan bencana berakhir jika masyarakat begitu tidak kompaknya. Bagaimana dengan kesan bahwa Indonesia terkenal dengan masyarakatnya yang ramah, suka bergotong royong,  dan religius.

Mengapa hampir setiap hari jutaan fitnah datang membandang, lebih sibuk menyebar dan mengaminkan berita tidak jelas daripada introspeksi dan membantu pemerintah memutus mata rantai wabah. Tempat - tempat ibadah masih penuh kerumunan, sedangkan mereka sekali dua kali meremehkan prokes. Dan ketika varian covid tiba tiba muncul datang datang lagi dari kluster kerumunan lagi lagi yang disalahkan pemerintah.

Penulis bukan hendak membela pemerintah tetapi masyarakat sendiri kadang melanggar ketetapan hingga menyebabkan wabah datang dan akhirnya bencana menunjukkan peningkatan tajam.Masyakat tidak mau disalahkan, pemerintah sendiri keukeuh sudah berupaya semaksimal mungkin sampai anggaran negara jebol untuk membiayai perawatan dan pengadaan obat serta tambahan instalasi kesehatan sehingga perlu menambah ruang untuk menampung korban.

 Sementara banyak pebisnis memanfaatkan situasi dengan menjadikan lahan bisnis obat- obatan, tabung oksigen, alat pemindai saturasi oksigen, pengukur tensi. Apotik - apotik penuh pengantri, sementara obat yang diperlukan semakin langka. Banyak yang mencoba menimbun dan menyimpan obat, dan pada suatu ketika harga melonjak tinggi. Mereka pebisnis itu bersorak karena dengan harga selangit mereka untung besar, luar biasa kejinya mereka. Mereka tetap menggunakan hukum pasar, sehingga berapapu harganya pasti akan dicari. Mereka tidak menggunakan hati nurani melainkan naluri bisnis yang tidak punya agama.

Sementara diam -- diam banyak dokter dan nakes kongkalikong dengan marketing obat- obatan untuk merekomendasikan obat- obatan yang mengandung resiko tinggi yang penting dokter, nakes dan pabrik obat- obatan simbiosis mutualisme sama - sama menjadi drakula pengisap darah bagi upaya kesehatan bersama.

Maka muncul banyak berita yang memberi rasa pesimis terhadap kiprah dokter dan nakes yang sebetulnya tengah pontang- panting kelelahan akibat banyaknya pasien. Sementara subsidi negara sering dijadikan bancakan dan pemerintah tidak atau susah mengontrol subsidi, hingga mengakibatkan jebloknya anggaran negara.

Yang sudah tungganglanggang membantu masyarakatpun tetap dipandang sebelah mata, sedangkan para politisi sedang bersiap- siap menyambut jika dalam perjalanan karena situasi semakin genting pemerintah tumbang oleh peristiwa yang memang sudah diskenario para oposan untuk mendeligitimasi pemerintah, sehingga tingkat kepercayaan terhadap presiden dan jajaran pemerintahan mencapai titik terendah.

Kasihan benar Jokowi, diserang dari berbagai arah, Apapun solusinya untuk membantu masyarakat  Indonesia lepas dari wabah selalu mendapat cibiran, selalu ditanggapi sinis. Dalam banyak informasi yang bermunculan di Internet tingkat kepercayaan pemerintah semakin menurun. Sedangkan yang terdengar sering menjadi berita viral adalah kegagalan pemerintah mencegah meletusnya kembali jumlah korban wabah dengan munculnya varian baru dari India yang lebih cepat menular, dan vaksinasipun seakan tidak berdaya.

Jangan sampai muncul lagi epidemi baru seperti jamur hitam atau mucormycosis yang banyak menyerang pasien yang sebelumnya sudah dinyatakan sembuh covid tapi terinsfeksi jamur hitam hingga menyebabkan peradangan di hidung dan mata hingga menyerang otak.

Dalam artikel ini penulis tidak ingin menambah rasa takut pembaca tapi sekedar berintrospeksi bahwa apapun kesulitan dan kelemahan pemerintah sebagai masyarakat harus membantu dengan cara memberikan informasi berimbang untuk tidak langsung mempercayai sebuah berita tetapi harus diteliti, ditimbang dan ditelaah dengan akal sehat.

Penulis dengan kesadaran akan menyeleksi berita yang membandang di medsos dan mencoba bijaksana menanggapi setiap isu yang bisa saja menyesatkan. Itulah gunanya literasi. Untuk tidak mudah terprovokasi pada berita yang kelihatannya fakta ternyata hoaks. Salam sehat.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun