Mohon tunggu...
Ign Joko Dwiatmoko
Ign Joko Dwiatmoko Mohon Tunggu... Guru - Yakini Saja Apa Kata Hatimu

Jagad kata

Selanjutnya

Tutup

Politik Pilihan

Politik Spanduk Puan Maharani dan Media Sosial Ganjar Pranowo

21 Juli 2021   07:32 Diperbarui: 21 Juli 2021   07:36 897
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Sumber Gambar: sintesanews.com

Politisi Senayan beberapa langkah lebih mundur dari apa yang dilakukan gubernur. Salah satu kader dengan gelar petugas partai. Seperti halnya di mata pimpinan partai bahwa Presiden sekarang tidak lebih sebagai petugas partai yang kebetulan bisa menjadi presiden.

Ketua umum partai serasa boleh menepuk dada bahwa jabatan tertinggi yang diemban presiden saat ini karena jasa partai, Namun mereka tidak sadar, tanpa sosok presiden yang dekat dengan rakyat, dengan citra diri bahwa saat kampanye dan juga pembawaan sehari- hari presiden ke 7 itu memang sudah dekat dengan rakyat. Lahir dan besar di bantaran kali, menjiwai bagaimana rasanya tergusur, merasakan benar detak penderitaan rakyat dengan mengalami langsung. Dan cara blusukan yang dia lakukan meskipun banyak kalangan mengatakan sebagai pencitraan tapi ada ketulusan yang tidak bisa disembunyikan dibanding polah politisi lain yang hanya tersorot saat kampanye, ketika ia berusaha menarik simpati rakyat dengan cara SKSD  Sok Kenal Sok Dekat.

Padahal sebelumnya mereka jangankan dekat, bahkan kenalpun tidak, tapi demi pengin merebut simpati maka  gencarlah membuat spanduk, dengan wajah di mana- mana, mengeluarkan uang milyaran untuk pencitraan. Yang akan saya sorot kali ini adalah Puan Maharani yang saat ini begitu tengsin berat dengan keberadaan Ganjar Pranowo yang lebih natural dengan aksinya di media sosial.

Teori konspirasi mengatakan bahwa perlu ada upaya perlawanan untuk meredam agresi Ganjar di media sosial. Maka Puan yang merasa sebagai anak biologis, anak ideologis karena faktor keturunan merasa lebih layak di lingkungan partainya untuk menjangkau jabatan tertinggi negara republik Indonesia. Maka Puan dengan sigap pula menebar spanduk di mana - mana untuk melakukan safari kampanye lebih dini agar di kenal masyarakat. Sayangnya menurut penulis Puan rasanya kurang sensitif dengan situasi kondisi saat ini yang masyarakatnya tengah tertekan oleh munculnya wabah covid-19. Alangkah baiknya jika biaya pembuatan spanduk yang ber em -- eman itu lebih bagus disalurkan untuk membantu masyarakat yang terdampak covid. Cara - cara Puan itu bagi generasi sekarang tampak tradisional, kurang greget dan hanya buang- buang uang. Di saat orang - orang melakukan panjat sosial menggunakan instagram, Channel YouTube, masih ada politisi yang masih dengan bangganya melakukan kampanye menggunakan spanduk yang biayanya tentu lebih besar.

Memang menguntungkan dan memberi rejeki pada pelaku bisnis percetakan tapi rasanya pencitraan Puan itu cukup terlambat dan belum tentu efektif. Saya sendiri melihat kiprah Puan meskipun beliau anak Megawati, sekaligus cucu Soekarno belum tentu kekuatan simpati nya sama ketika memandang kekuatan Soekarno.

Kalau Puan memaksa diri maju, ada kemungkinan besar saya tidak akan akan melirik PDIP dan mencoba realistis mencari tokoh lain yang lebih layak meskipun saat ini belum satupun yang ngkangkut di hati kecuali kalau Puan legowo melihat sinar terang lebih berpihak pada Ganjar Pranowo meskipun katakanlah Ganjar hanya warga pidak pedarakan di mata pimpinan PDIP.

Kalau saya boleh memberi saran, para petinggi PDIP harusnya peka terhadap dinamika politik. Ganjar Pranowo lebih natural dalam pendekatan dengan rakyat. Penggunaan media sosial pejabat publik saat ini begitu marak, salah satu diantaranya adalah kiprah Ganjar Pranowo di Jawa Tengah yang sering mengunggah aktivitasnya saat bertemu masyarakat di Jawa Tengah.

Lepas ada yang suka dan tidak suka pada sosok Ganjar tetapi aksi Ganjar sudah memberi citra lebih dibandingkan Puan yang baru -- baru ini merasa terpicu dengan "pejabat medsos". Puan Menyindir Ganjar bahwa pejabat itu bekerja di lapangan bukan di media sosial. Tapi Puan tidak ngeh bahwa media sosial itu adalah media Ganjar mengkampanyekan programnya, dan aktivitas Ganjar lebih banyak di lapangan dari di balik kursi kerjanya.

Untuk Puan Maharani, cobalah menciptakan persaingan yang fair, jangan dijegal upaya para anak bangsa yang ingin mengabdikan diri untuk memimpin bangsa. Lebih baik melakukan kompetisi sehat dan alam yang akan menyeleksinya daripada melakukan penjegalan dengan mobilisasi pengurus daerah untuk mencegah munculnya calon pemimpin terbaik untuk negeri ini. Main cantik dan simpatik akan memberi nilai lebih pada pribadi Mbak Puan.

Kalau sekiranya Pak Ganjar jauh lebih besar kansnya sebagai pemimpin nanti PDIP juga jauh lebih mendapat simpati daripada hanya menggunakan trik politisi busuk yang ingin menjegal koleganya untuk merangsek maju sebagai pemimpin bangsa. Tunjukkan PDIP matang dalam berpolitik, jangan baper hanya karena banyak saingannya sehingga semakin sempit kesempatan untuk mendapatkan kesempatan sebagai pemimpin tertinggi pemerintahan.

Kalau memaksa diri, saya yang suka partai anda, kali ini mohon maaf, akan mencari sosok lain dari partai yang sebenarnya kurang saya sukai, tapi saya hanya mencari sosok bukan partai karena sampai saat ini saya belum melihat sisi lain kiprah partai politik di Indonesia, selain ambisi kekuasaan yang tinggi tapi kepedulian pada sesama yang hanya berbalut ambisi kekuasaan semata. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun