Mohon tunggu...
Ign Joko Dwiatmoko
Ign Joko Dwiatmoko Mohon Tunggu... Guru - Yakini Saja Apa Kata Hatimu

Jagad kata

Selanjutnya

Tutup

Worklife Pilihan

Covid-19 dan Balada Manusia Galau

15 Juli 2021   16:38 Diperbarui: 15 Juli 2021   16:43 131
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sumber:kesehatan.kontan.co.id

Bisakah anda menggambarkan bagaimana muka orang - orang jika ditanya tentang wabah covid- 19. Di sini ada kelompok yang masih mempercayai bahwa Covid -19 itu rekayasa politik, hoak dan strategi untuk menakut- nakuti masyarakat saja. Tapi juga ada masyarakat bahwa covid memang percaya tetapi masih cuek dan tidak begitu disiplin dengan prokes, masih cenderung mencuri kesempatan untuk melanggar. 

Kelompok lainnya adalah orang - orang yang sangat percaya covid ada karena pernah merasakan bagaimana susah dan menderitanya mengalami gejala- gejala akibat virus yang bisa  bermutasi menyerang sistem kekebalan tubuh, membuat pernafasan sesak, mengakibatkan tulang- tulang seperti copot dan merasa dihantam benda, tidur tidak nyenyak dan pusing, gatal tenggorokan dan paling menderita karena penciuman hilang, tidak bisa merasakan bau - bau yang ada di sekitar.

Dari situ muncul kecemasan, ada ketakutan bila terjadi apa- apa dengan dirinya terutama banyaknya artikel yang menggambarkan tentang berbahayanya covid, terutama   Varian delta yang penyebarannya sangat cepat dan susah ditangkal meskipun sudah melakukan vaksinasi dua kali. Sebelum terkena covid tiga bulan lalu, sebetulnya sebagai sudah ada upaya ketat selama hampir satu tahun lebih untuk mengubah pola perilaku. 

Dari semula tidak atau jarang memakai masker kemudian harus disiplin memakai masker, dari semula jarang cuci tangan dengan spontan maka selama setahun belakangan rajin cuci tangan baik masuk dan keluar super market selalu melakukan ritual cuci tangan.

Ketika keluar rumah memastikan memakai masker dan menghindari kerumunan dan jarang makan di warung atau rumah makan. Berusaha mengkonsumsi makanan sehat meskipun kenyataanya masih sering beli gorengan dan jajanan pinggir jalan. Dan selama muncul pandemi seperti  dalam masuk barisan manusia galau yang paranaoid takut tertular penyakit yang sudah banyak memakan korban.

Tapi ujung ujungnya sekeluarga kena juga ketika imun tubuh sedang turun ketika sibuk pindahan rumah bulan februari.  Entah darimana tertularnya istri saya selama beberapa hari sudah batuk, demam tinggi dan mampet hingga merasa indera perasanya tidak berfungsi dan juga ia tidak merasakan apa- apa makanan yang dimakannya. Waktu itu saya mulai greges- greges, lalu mulai demam panas. 

Anak sulung, dan yang bontot dan istri saya mencoba ke klinik untuk tes antigen dan ternyata positif, saya menyusul 3 hari kemudian dan ternyata juga dinyatakan positif. Kami akhirnya memutuskan Isoman bersama minus anak kedua saya yang negatif di tambah sepupu yang juga positif karena merasa penciumannya mengalami gangguan. Selama beberapa hari isoman, deman saya makin tinggi.

Kebetulan juga ada gangguan susah tidur sekaligus merasakan sesak. Kami mencoba mengetes saturasi oksigen yang semakin turun. Normalnya 95 sampai 98 tapi waktu di tes dengan alat pengukur saturasi , hanya sekitar 92. 

Kegalauan pun meningkat dan pergi ke puskesmas untuk mendaftar obname agar mendapat penangangan medis. Kegalauan menjadi ketika rumah sakit penuh dan harus menunggu dengan kursi roda, sementara pernafasan sudah terasa ngap. Jadilah saya generasi galau yang takut kalau terjadi apa - apa akibat virus yang ditakuti banyak orang tersebut.

Ketika tidak mendapat solusi maka saya mencoba mengontak teman dan mendapat informasi bahwa rumah sakit Ukrida menerima pasien covid. Maka kami mencoba mencari rekomendasi dari puskesmas dulu untuk bisa terhubung dengan rumah sakit tersebut. Barangkali bisa menampung saya untuk dirawat tersebut dengan biaya sepenuhnya dari kemenkes. Istri saya yang masih positif segera mengontak rumah sakit, lalu akhirnya kami diminta datang pagi harinya.

 Sebagian cerita ini sebetulnya sudah saya tulis, Yang saya tekankan adalah betapa kacau balaunya perasaan saya. Campur baur tidak karuan, tetapi saya merasa tidak boleh kalah dengan virus tersebut. 

Sesaat menunggu pagi kegalauan melanda, dan nafas yang ngap itu berusaha diobati dengan berdoa mohon perlindungan dari Tuhan, semoga bisa melewati malam tanpa rintangan atau tanpa ancaman penyakit yang lebih serius. Kalau saya sih cukup pasrah tapi saya tahu kegalauan itu muncul dari istri saya. Yang khawatir dengan keadaan saya yang semakin drop.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Worklife Selengkapnya
Lihat Worklife Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun