Mohon tunggu...
Ign Joko Dwiatmoko
Ign Joko Dwiatmoko Mohon Tunggu... Guru - Yakini Saja Apa Kata Hatimu

Jagad kata

Selanjutnya

Tutup

Diary Pilihan

Antara Aku, Kau dan Admin Kompasiana

13 Juli 2021   10:55 Diperbarui: 13 Juli 2021   10:58 177
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Adakah kau merasa kuperhatikan, ataukah aku yang terlalu cuek sehingga berjalan di jalur sepi hidup, sementara sebetulnya ada ribuan bahkan jutaan pasang mata hanya melewati begitu saja karya yang aku tulis. Begitu cepat berlalu, belum sempat bernafas, tulisanku sudah tersingkir dari jutaan pasang mata itu.

Aku lelah tertatih dan merasa sakit hati oleh perlakuanmu. Mungkinkah pelan - pelan kau hendak menyingkirkan makhluk tua peot yang sudah menghuni lama di rumah besarmu. Kau merasa lebih bergairah dengan sosok muda, bersemangat dan mempunyai selera muda dengan aneka hiburan dan sejumlah game dan film film Jepang Korea yang menggelora, sementara aku hanya terbengong karena merasa duniamu dan duniaku jauh berbeda. Kau yang menyukai drakor dan drama animasi jepang sedangkan aku generasi yang masih lebih mencintai wayang, ketoprak dan gosip politik yang akhir- akhir ini seperti lenyap ditelan bumi.

Bahkan aku tidak diberi kesempatan untuk meningkatkan poin demi poin, yang tersedia hanyalah rasa sepi menggigit ketika teman - teman sehati sudah menghilang entah ingin ganti suasana karena mereka memang kecewa seperti diriku yang merasa terombang- ambing antara maju dan ingin menghilang saja. Tapi setiap kali ada keinginan menghilang rasa kangen membuncah dan akhirnya aku kembali lagi, tidak tega pada rumah yang membesarkan diriku hingga ribuan artikel sudah kurajut. 

Aku ingin tetap menulis meskipun sesekali aku merasa bahwa dengan menulis sesuai kemauanku  tetap hanya mendapatkan sisa- sisa perhatian atau bahkan hanya rasa kasihan saja. 

Kemudian aku merajuk, menulis dengan mengiba- iba dan mencoba caper mencari perhatian dengan menulis drama tentang betapa tersia- sianya aku. Tiba -- tiba banyak yang membaca dan mencoba menghiburku dengan kata kata penyemangat.

Ah, ternyata masih banyak teman yang peduli, mereka merasa tulisan tulisanku masih berguna. Baiklah aku tidak lagi merajuk, tidak ingin menunjukkan keputusasaanku. 

Aku akan bilang terimakasih, paling tidak tulisan keluhan itu sudah terbaca oleh admin bahwa aku sedang melakukan demonstrasi atas ketidakadilan yang sedang kurasakan. 

Kalau sudah tidak menarik, peot dan tidak lagi bisa menangguk pembaca baiklah aku akan mundur teratur. Membiarkan penulis lain yang lebih berbakat menguasai ceruk pembaca yang memang genrenya sudah berbeda.

Biarlah kecemasan itu aku tanggung sendiri, kujadikan nukilan kisah drama dari penulis yang mulai merasa terpinggirkan. Aku yakin setelah menulis ini pasti banyak gosip menyeruak. 

Banyak yang akan membatin bahwa aku penulis kolokan, minta diperhatikan, minta dikasihani. Aneh sudah verifikasi biru masih saja  mentalnya mental tempe, kerjaannya hanya mengeluh, kerjaannya minta keadilan. Harusnya introspeksi dan meneliti diri sendiri sudahkah tulisan -- tulisanmu itu memberi pencerahan.

Baca lagi dan jelajahi internet apa isu yang sedang hangat, lihat dengan mata terbuka, barangkali harus membuka telinga, mata hati, rasa, selera agar tulisan - tulisanmu diterima oleh lintas generasi. Saat ini generasi netflik, generasi animasi, generasi digital kamu masih bicara tentang masa lalu, masih bicara tentang budaya dari sudut pandang penulis lama.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Diary Selengkapnya
Lihat Diary Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun