Mohon tunggu...
Ign Joko Dwiatmoko
Ign Joko Dwiatmoko Mohon Tunggu... Guru - Yakini Saja Apa Kata Hatimu

Jagad kata

Selanjutnya

Tutup

Inovasi Pilihan

Selamat Datang Kembali Pepih Nugraha ke Dunia Sastra Berkat Novel "Alena"

2 Juli 2021   21:30 Diperbarui: 2 Juli 2021   21:54 630
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Novel Alena Karya Pepih Nugraha (dokpri)

Membaca Kisah Alena tokoh utama dalam novel karya Pepih Nugraha. Saya teringat ketika membaca novel pertama Ayu Utami Saman. Alur novelnya terlihat sangat cerdas dan diskripsi yang ditulisan mirip ketika saya membaca beberapa novel dari Anton Chekov dan juga John Grisham. Meskipun saya lupa ceritanya bagaimana, tetapi setidaknya pernah membaca novelnya. 

Alur cerita yang banyak berbicara tentang dunia jurnalistik, pergolakan sosial dan narasi sejarah dan juga filsafat dari tulisan Pratama di stensilan  filsafat  moDAL AMarah. Saya seperti bisa mengikuti jalan - jalan Alena di London,  sebelumnya bisa memahami dan merasakan duduk di selasar Bandara Di Uni Emirat Arab dan Bandara Heatrow di London. Padahal sumpah saya belum pernah sekalipun menginjakkan kaki seumur -- umur ke luar negeri apalagi sampai London. 

Maka ketika saya mencoba sok menulis novel dengan latar belakang luar negeri saya jadi minder sendiri, bagaimana membayangkan Luar negeri kalau saya sendiri belum pernah ke sana.

Narasi yang terbangun di novel ini menyentil ke sana ke mari dunia politik tanah air, juga konflik yang terbangun nampak bahwa pengetahuan pengarangnya sungguh luar biasa. Yang luar biasa dan saya sempat ngowoh adalah ketika bisa menyebutkan kekhasan makanan India, menulis tentang sejarah India dari sosok Sonya Anugrah Priyanka. Juga sosok Pratama wartawan, editor, distributor, marketing bagi majalahnya sendiri.

Ini baru novel! Ternyata Pepih Nugraha (Founder Kompasiana) amat fasih membangun sisi drama yang membuat saya malas beranjak dari tempat duduk. Tidak ingin melepaskan emosi saat membaca kisah Alena dari awal hingga akhir. Meskipun saya sadar mata saya tidak sekuat ketika membaca berjam- jam cerita bersambung saat masih SMP, atau cerita lupus dan cerita Lima Sekawan yang menjadi kegemaran saya selain blasakan di kebun dan sawah.

Senior wartawan yang pensiun dini tahun 2017 itu ternyata piawai memainkan emosi pembaca sampai, sampai saya seperti merasakan berjalan di London, menikmati dan mencicipi makanan di New Delhi, padahal kenyataannya saya hanya melihat di film India. 

Apakah wajah Alena mirip Aiswara Rai, atau Priyanka Copra. Meskipun dipandu dengan cover ciamik desain dari Pak Aji Najiullah Taib di mana saya juga merasakan sentuhan desainnya lewat buku solo pertama saya Bukan Sekadar Menulis yang terbit tahun 2020. Tetap saja saya membayangkan Alena itu seperti Bintang India Aiswara Rai sang mantan Miss Universe dari India yang wow kecantikannya di masa jayanya.

Kalaupun agak tersandung membacanya mungkin karena Pak Pepih Nugraha kurang meneliti ulang kalimat satu persatu yang kadang masih menemu banyak typo. Tapi bisa saya maklumi karena buku ini lahir dari penerbitan Indie bukan Mayor seperti Gramedia Pustaka Utama yang punya tim editor yang teliti melihat dan mengkurasi novel sebelum terbit dan dikonsumsi khalayak.

Saya kagum dengan ruang ingatan Ayah dari Zhaffran N. Munggaran dan Sylva A. Kurniani serta suami dari Tantri Sulastri yang fasih menggambarkan suasana pesawat, jalan -- jalan di Kota London, Bandara Heathrow, dan makanan makanan khas kota London, Kalkuta, New Delhi. Racikan pengetahuan itu tidak mungkin tertulis jika penulisnya tidak berpengalaman melakukan perjalanan ke luar negeri. Dan maklum wartawan Kompas pasti pernah dan kenyang merasakan pengalaman melakukan perjalanan ke Eropa, Amerika, India, bahkan Pak Pepih Nugraha menurut Masri Sarep Putra sudah pernah berkunjung ke India sebanyak 3 kali.

Salah satu nilai plus dari novel semacam Alena adalah bacaan pengetahuan tentang dunia jurnalistik, jurnalistik investigatif, diskripsi dan pengetahuan tentang kantor berita BBC, juga hapalnya nama- nama kota, serta Bandara di hampir seluruh dunia.

Saya menjadi tahu sudut filsafat dari tuturan Pratama si jurnalis "independen" yang allround.ya penulis, ya editor, ya layouter, loper atau menjual langsung majalah filsafat stensilannya. Saya jadi mengerti intrik -- intrik para pejabat di sebuah negara berkembang dan ambisi untuk berada di lingkar kekuasaan.

Alena sang Jurnalis yang galak, tajir, "anak" konglomerat, malah jatuh cinta pada jurnalis stensilan yang digambarkan seperti judul film Beauty and the Beast. Novel dengan jumlah 337 halaman membuat saya menjadi cukup minder untuk membuat novel yang sok kebarat- baratan karena bukan karena alergi dan anti barat, melainkan harus membumi sesuai pengalaman kehidupan saya yang memang jarang  jalan - jalan ke luar negeri ( hehehe, kasihan deh lo).

Terimakasih Pak Pepih Nugraha, dengan membaca Alena pengetahuan saya tentang bagaimana meracik Novel yang mula mula ditampilkan di Facebook itu bertambah. Saya pikir tidak perlu kursus njelimet tentang bagaimana menulis buku, cukup membaca novel seperti Alena. Sebab gaya tuturnya pun menandakan bahwa sebetulnya pengalaman menulis fiksinya yang sempat pingsan ketika menjadi wartawan Kompas memang luar biasa. Coba saja jika ditambah dengan ilustrasi di dalam novel tersebut, bisa semakin dahsyat.

Jika Ingat Jaka Ngolebat kok jadi GR sepertinya itu seperti profil mahasiswa seni rupa yang selain bisa melukis, jago menulis puisi dan bermain musik ( mirip dengan saya yang kebetulan pernah kuliah di jurusan seni rupa). 

Ketika membaca Alena saya yang sudah menulis beberapa novel di Wattpad, Storial, Kwikku.com jadi merasa penulis kemarin sore. Tulisan Kang Pepih saya menyebutnya seperti ringkasan pengetahuan beberapa buku di kantor tempat saya kerja. 

Pengetahuan tentang kuliner, filsafat, jurnalistik, pengalaman wartawan investigasi, sejarah, jalan- jalan wisata baik di Tasikmalaya di Jakarta, Di London benar -- benar ditulis oleh penulis yang mempunyai kemampuan riset mumpuni dengan pengalaman empiris, ya maklum pernah bekerja di harian Kompas cukup lama ya pengetahuan umumnya benar- benar luar biasa.

Kalau membaca tulisan kang Pepih Nugraha yang lahir di Tasikmalaya, 11 Desember 1964 jadi ingin membuka lagi novel yang pernah saya tulis dan memperbaiki draft tulisan yang terasa masih amburadul. Tetapi memang setiap novelis pasti punya wawasan pengetahuan sendiri, dan mempunyai ciri khas yang akan selalu diingat pembacanya. 

Jadi jika membaca tulisan Kang Pepih motivasi saya adalah menulis dengan dasar pengalaman, berfantasi dengan meresapi ruang imajinasi yang amat luas, melengkapi dengan riset entah dengan membaca buku, atau riset lapangan, mengunjungi tempat- tempat yang dijadikan obyek novel, agar jalan ceritanya lebih hidup.

Sukses untuk Alena Kang Pepih Nugraha, padamu aku menemukan banyak pengetahuan khususnya setelah meresapi cerita bab per bab Alena. Sukses untuk novel yang diterbitkan oleh Penerbit Lembaga Literasi Dayak.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Inovasi Selengkapnya
Lihat Inovasi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun