Mohon tunggu...
Ign Joko Dwiatmoko
Ign Joko Dwiatmoko Mohon Tunggu... Guru - Yakini Saja Apa Kata Hatimu

Jagad kata

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Saya Apes tapi Copetnya Lebih Sial

18 Juni 2021   14:44 Diperbarui: 18 Juni 2021   14:55 293
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
ilustrasi keluarga pencopet(regional.kompas.com)

Bagaimanakah rasanya kehilangan dompet karena menjadi korban pencopetan. Pasti ada rasa dongkol karena identitas diri di dompet hilang, beberapa kartu menghilang seperti kartu debet Bank, KTP, kartu kredit, STNK atau SIM lenyap. Saya pernah mengalaminya. Kesal ya tapi rugi nanti dulu. Lho kok gak merasa rugi?

Hari yang Apes dan Pembelajaran Korban Pencopetan

Karena kebetulan saja ketika menjadi korban pencopetan, uang tidak saya simpan di dompet dan kartu identitas hanya foto copy, yang kasihan adalah copetnya sebab ia sudah mengikuti saya sejak dari Solo menuju Yogyakarta. Pastinya ia sudah berkorban mengincar dompet saya eh ternyata yang dicopet kere, tidak punya uang. Pasti hari sial buat pencopet itu yang sudah bekerja keras menunggu dengan sabar saya lengah eh ternyata isi dompetnya hanya berisi kertas- kertas coretan tidak jelas.

Antara kesal dan pengin tertawa ngakak. Maafkan copet gara- gara aku kamu mungkin tidak mendapatkan hasil. Saya merasa telah dikuntiti oleh seorang ibu ibu sejak dari Solo bersama anaknya. Entah dia atau siapa tapi sejak ibu tadi meninggalkan tempat duduk saya, dompetpun ikut raib. Saya naik bus dari Solo hampir pagi ketika sadar telah dicopet. Sampai di terminal Umbulharjo sekitar jam 5 pagi dan masih untung yang hilang hanya dompet sedangkan identitas lain saya di tempat lain dan uang saya ada di kantong.

Kalau melihat sosok ibu itu kasihan juga sudah bekerja untuk menjemput rejeki namun yang menjadi korbannya ternyata kere, atau kalah strategi karena dompet tidak terisi apa- apa. Itu pengalaman pertama saya kecopetan. Pengalaman kedua ketika sedang mencari pekerjaan di Jakarta. Uang yang tidak seberapa saya masukkan di kantong, saya sebar di kantong, lalu identitas diri berisi KTP daerah saya taruh di dompet, saya rasanya ikut bis kota dari Pasar Minggu ke blok M. Saya turun di Duren Tiga dekat Kalibata. Suasana ramai dan penuh di bis kota membuat setiap orang harus waspada kalau- kalau ada copet. Ternyata benar. Saat turun dompet saya sudah tidak ada di kantong, raib entah ke mana. Pasti sudah dibawa kabur copet, untungnya hanya dompet, uang 1000 dan sejumlah kertas berisi alamat.

Ah itu hari sial saya, sudah kecopetan belum dapat kerjaan pula. Sejak itu menjadi pembelajaran bahwa dompet dan uang harus disimpan di tempat yang aman. Pencopet pasti sudah piawai dalam hal "grepeh-grepeh". Dua kali kecopetan membuat saya belajar, ketika awal bekerja sebagai guru dan harus naik bis kota dari Blok M ke arah Pulogadung lewat rawamangun banyak sekali preman copet yang berada di bis.

Pernah juga ketika di dalam bis kota saat menuju  tol  ke arah Semanggi dari depan Halte rawamangun dekat UNJ para penjambret beraksi mengancam penumpangnya untuk tidak macam- macam, mereka menjelajahi penumpangnya dan merampas uang - uang yang ada di dompet, sebelum masuk tol saya sudah merasa curiga, tetapi untungnya mereka belum sempat sampai ke tempat saya, pas bus dalam keadaan pelan, saya turun sebelum memasuki tol. Selamatlah saya. Tapi ya memang deg- degan saja melihat para preman, penjambret beraksi.

Bagaimana Mengantisipasi Untuk Tidak Kecopetan?

Yang harus diantisipasi untuk tidak menjadi korban pencopetan adalah, jangan coba- coba menaruh dompet di celana. Saya biasanya menyimpan dompet di tas dan saya tutupi dengan buku dan benda lain. Copet akan kebingungan mencari dompet. Tas saya dekap di depan dan tangan digunakan untuk melindungi tas. Resiko kecopetan lebih besar jika aksi penjambretan /penodongan itu tepat di lintasan tol, sebab tidak ada alasan untuk turun tiba- tiba. Maka yang penting jika ikut angkutan umum, pastikan uang dan dompet berada di tempat aman yang susah dijangkau oleh pencopet.

Pengalaman kecopetan membuat setiap orang harus waspada dengan kejahatan yang kebanyakan berada di kota besar seperti Jakarta, Surabaya, Medan, Bandung, Malang, Semarang dan jalur luar kota.

Dulu penjambret, pencopet juga sering menyasar penumpang di Pulau Gadung dan Lebak Bulus. Copet itu kreatif dan julit, tapi penumpang harus lebih cerdik agar tidak menjadi korban penculikan. Sayang bila kehilangan kartu dan harus mengurus laporan ke polisi saat mengurus surat surat yang hilang. Kini kans kecopetan turun bila naik bus trans, Namun masih sangat besar kalau naik kendaraan umum.

Para pembaca waspada saja dengan tidak mengundang kejahatan dekat dengan kita. Diusahakan  untuk tidak memakai perhiasan atau barang mewah yang mengundang kejahatan muncul. Untuk pencopet yang pernah menyasar dompet saya maaf kalau dompet tidak terisi. Hehehe.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun