Dari kebiasaan meditasi, bertapa yang dilakukan manusia mereka mengalami transformasi, merasakan kehidupan transenden. Bisa melihat kehidupan di alam lain. Dari kecerdasan baik psikis, maupun fisik manusia muncullah alat musik yang hadir dari eksplorasi manusia untuk memberi iringan dari ritual budaya. Dan iringan musik itu memberi kedalaman permenungan, pendalaman retreat jiwa manusia sehingga ia bisa weruh sadurunge winarah (bisa melihat sebelum peristiwa terjadi).
Yang dipercayai pembangunan candi dibantu oleh makhluk tidak terlihat ( makhluk astral, makhluk dari dimensi lain yang jika dilihat secara logika manusia normal susah dicerna tapi dari pengetahuan metafisis bisa dibenarkan, kalau cara memandangnya berbeda ).
Suara - suara musik bisa jadi membawa manusia pada dimensi spiritual yang mengarah pada budaya mistis. Manusia yang mempunyai pertalian dengan alam semesta bisa menciptakan alat musik dengan cara - cara yang susah dinalar namun semua itu pernah terjadi. Seperti halnya kisah dongeng Loro Jonggrang yang memaksa Bandung Bondowoso bekerja keras semalam membangun candi. Dengan pola pikir manusia biasa mustahil bisa membangun seribu candi dalam semalam namun kepercayaan metafisis semuanya bisa terjadi.
Kalau dipikir secara teknik banyak asumsi para ahli bangunan tetang pembangungan candi. Dari mana mereka mendatangkan batu- batu besar, bagaimana bisa mengukir panil - panil relief Borobudur yang begitu banyaknya dengan tingkat presisi mendekati sempurna. Menumpuk batu sekaligus mengatur gambar- gambar dengan estetika tinggi.
Kebetulan saya sedikit menguasai alat musik seruling dari dari seruling yang lobangnya 4 dan lobangnya ada 6. Lengkingan suara musik itu bisa sangat tergantung pada rasa dan suasana hati. Suara mengalun secara spontan bukan lahir dari hapalan namun berasal dari rasa jiwa yang akhirnya termanifestasikan menjadi suara merdu dari desisan alat tiup seruling.
Jika Borobudur menjadi pusat musik dunia maka Indonesia ikut terangkat, pariwisata naik kelas dan Borobudur terus dibanjiri wisatawan baik lokal maupun dunia. Ketika banyak seniman musik seperti Purwatjaraka, Trie Utami, Dewa Budjana mencoba kolaborasi dan memainkan musik seperti yang tergambar di panil Borobudur masyarakat seperti saya menyambut baik semangat para seniman. Saya yakin banyak seniman Indonesia bisa mewujudkan untuk mengembalikan kekayaan alat musik Nusantara seperti yang terukir dan tergambar di 40 panil /relief Borobudur.
Terus terang dulu sebagai orang yang lahir di Magelang tidak cukup sering datang dan melihat keajaiban dunia tersebut, Namun dari sisi budaya dan bangunan candi banyak sekali melihat candi di tempat saya tinggal. Di Candi Lumbung sering muncul ritual memanfaatkan lokasi candi yang dulunya ada di bibir jurang sungai Pabelan dan Sungai Tringsing, Apu ( Sekarang di Pelataran Dusun Tlatar, Krogowanan, Sawangan, Magelang ).
Pusat Musik Dunia dari Ritual Waisak
Kalau melihat ritual acara dari Mendut ke Borobudur yang dilakukan tiap tahun pas memperingati  Trisuci Waisak maka ritual itu sudah dilakukan sejak dahulu ketika Candi Borobudur menjadi pusat ritual Buddha dari seluruh dunia. Alat musik dari Thailand, Kalimantan dari daerah lain dibawa untuk merayakan Waisak. Maka agama, telah memberi ruang bagi musik untuk meneguhkan keimanan dan menguatkan spiritualitas manusia.