Mohon tunggu...
Ign Joko Dwiatmoko
Ign Joko Dwiatmoko Mohon Tunggu... Guru - Yakini Saja Apa Kata Hatimu

Jagad kata

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Borobudur, Lambang Kegemilangan Budaya Nusantara Masa Lalu

10 Mei 2021   16:14 Diperbarui: 10 Mei 2021   16:24 521
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
tribunjateng. tribunnews.com)

Secara kedekatan tempat, saya merasa bangga karena lahir di wilayah yang hanya belasan kilometer dari Borobudur.Saya lahir dan tinggal lama di  Krogowanan,Sawangan Magelang. Dalam ikatan budaya tempat di mana saya lahir amat dekat dengan situs - situs masa lalu yang mungkin berkait erat dengan Borobudur.

Seni, Spiritual dan Munculnya Seniman Alami

Di dekat rumah tidak lebih dari dua kilo ada beberapa candi seperti candi Lumbung (Tlatar, Krogowanan, Sawangan ), candi Pendem, dan candi Asu (di  desa Sengi Kecamatan Dukun ). Pun dalam semesta budaya para seniman di seputar tempat tinggal saya ada yang melambung berkat kedekatan dengan budaya dengan komunitas lima gunung, seniman yang melambung dengan mengenalkan betapa cerdasnya seniman yang mengolah batu, semacam bahan dasar candi Borobudur, diukir, dibuat patung.

Ismanto dan patung Batunya, Kedekatan dengan Borobudur mempengaruhi seniman berkarya seni (antara.news.com)
Ismanto dan patung Batunya, Kedekatan dengan Borobudur mempengaruhi seniman berkarya seni (antara.news.com)
Ismanto meskipun ia penganut katolik tapi sebagai budayawan, seniman saya yakin ia menganut agama semesta alam yang mencintai budaya, dan tidak blereng (silau) dengan fenomena mabuk agama yang akhir - akhir ini mengancam keberadaan budaya sebagai penyeimbang kedekatan manusia, alam semesta raya dan produk budaya masa lalu, seperti keberadaan candi,  tradisi, seni tradisional,  filosofi manusia yang tetap selalu berhubungan batu, pepohonan, makhluk- makhluk tidak terlihat sebagai cara manusia untuk tetap memelihara harmoni.

Bukan produk luar yang terlalu mengagungkan budaya kapitalis, liberalisme, ataupun agama yang ingin menghilangkan tradisi dan kekayaan budaya nenek moyang bangsa ini. Relief, gambar - gambar yang memperlihatkan aktifitas budaya, memperlihatkan kekayaan peralatan musik jaman itu (dalam sejarah diperkirakan ada pada kekuasaan Syailendra (Budha) dan Sanjaya (Hindu) di kerajaan Mataram Kuno sekitar 824 Masehi saat peresmian Borobudur.  Aktifitas budaya di seputar Borobudur jauh - jauh hari sudah berkembang dengan munculnya komunitas lima gunung yang melahirkan seniman - seniman kreatif yang mampu membahasakan dan mendukung kuatnya budaya. 

Tanto Mendut, Ismanto, Sitras Anjilin, Jono Topeng,dan banyak seniman lainnya di seputar Pegunungan Menoreh, Merapi, Merbabu, Sumbing Sindoro Andong. Atmonsfer budaya yang hadir di sekitar gunung itu yang mewadahi seniman sejak zaman Mataram Kuno, pergaulan antar suku dan kekayaan sumber daya alam yang bisa melahirkan munculnya alat musik yang tergambar di sejumlah relief di Borobudur. Lihat saja, pertokoan  yang melahirkan perajin perajin patung batu di pinggir sungai Pabelan masih di seputar Prumpung, Tamanagung Muntilan Magelang.

Kecerdasan, Kehidupan seksual dan Filosofi Manusia

Borobudur dalam kemegahannya, sebuah produk arsitektural yang luar biasa membuktikan bahwa zaman dulu nenek moyang Indonesia sudah maju pola pikirnya. Mereka sudah bisa merancang bangunan, candi dengan perhitungan matematika yang luar biasa, presisi dan perencanaan monumen sejarah kehidupan masyarakat sekitarnya. Gambar - gambar dari  kamadatu, rupadatu arupadatu, tahapan kehidupan masyarakat jelata, aktifitas budaya dari seni rupa, seni musik sampai seni pertunjukan tergambar jelas.

Tingkah laku manusia yang mempunyai gejolak seksual, teknik -- teknik percintaan, percumbuan manusia pada lawan jenisnya, sampai tingkatan hening di mana hanya sepi tanpa ada aktifitas namun kaya makna diwujudkan dalam stupa paling tinggi di mana manusia masuk dalam tataran spiritualitas paling tinggi.

Musik dan Lambang Kecerdasan manusia

Musik, sebagai produk budaya digambarkan dengan banyak ragam, dari musik dengan cara ditiup(aerophone), dipetik(chordophone), dipukul (idhiophone) dan digesek (chardophone ), kendang (membraphone) sudah ada sejak dahulu kala. Musik adalah produk budaya yang tidak terpisahkan dari seni pertunjukan, munculnya seni tradisi, kesenian yang ditujukan untuk menunjukkan harmoni dengan alam, pemujaaan dan jalinan empati antara manusia, alam semesta dan Tuhan yang menciptakan jagad gumelar ini.

Apa yang tercipta dari bebunyian merupakan produk budaya dari manusia yang dibekali bakat dan kepekaan untuk mengolah rasa seni dari alam yng menyediakan banyak bahan untuk dijadikan alat musik. Bambu yang tersedia banyak di sekitar, di kebun, di pinggir jurang, tepi sungai bisa menghasilkan alat musik tiup juga pukul. Kelapa, kayunya bisa menjadi bahan untuk dijadikan alat pukul gamelan ataupun bahan untuk lempeng- lempeng resonansi seperti gambang, ataupun kendang, kayu, kulit kerbau, kulit kambing bisa dijadikan bahan untuk membuat bahan membuat wayang kulit, kendang. Para empu zaman dahulu  bisa menciptakan alat musik dengan yang mampu membuat decak kagum manusia sekarang semacam gamelan.

Bagaimana gamelan tercipta dengan menggambungkan unsur bebunyian yang berbeda - beda, ada titi nada yang berbeda pelog dan slendro hasil dari olah rasa para seniman dulu kala yang bisa menggabungkan rupa- rupa alat musik menjadi sebuah sajian harmoni dalam perbedaan.

Relief dan Gambaran Nyata Kehidupan Dari Masa Ke Masa

Relief Borobudur sudah menggambarkannya lewat relief yang tersaji. Apa yang tergambar di relief itu pasti bukan dari khayalan manusianya saja, tetapi pasti sebuah rekaman sejarah dari aktifitas manusia dari pagi hingga malam dan kembali lagi ke esok harinya. Relief karmawibhangga, Lalitavistara, wadariaJtaka, dan Gandahyuha muncul gambar alat musik antara lain suling, simbal, lute, ghanta, cangka (terompet yang terbuat dari siput, saron dan gendang.

Alat musik yang digambarkan di relief Borobudur (tribun. manado. tribunnews.com)
Alat musik yang digambarkan di relief Borobudur (tribun. manado. tribunnews.com)
Jadi apa yang mau dikata tentang Borobudur? Luar biasa. Ternyata manusia zaman dahulu peradabannya sudah sangat tinggi. Meskipun belum mengenal teknologi dengan adanya mesin, robot, alat penggerak, mesin molen,  beghoe, gergaji mesin, alat ukir elektrik, tapi mereka sudah bisa membuat karya arsitektural yang bikin decak kagum dunia internasional.

Alat musik yang tergambar di relief memberi gaung merdu seantero jagad bahwa manusia Indonesia zaman dahulu sudah tinggi tingkat peradabannya. Sayang jika manusia sekarang lebih sibuk berdebat masalah politik dan pengaruh agama dalam politik yang saat ini malah membuat Indonesia terpuruk dalam perkembangan kebudayaannya. Belajar dari budaya yang tergambar di Borobudur semoga Indonesia kembali berjaya dalam seni musik dan tradisinya yang sangat dikagumi dunia.

Tradisi dan Kecintaan Manusia Terhadap Alam Semesta

Kalau boleh berkata seniman tradisi, seniman yang lahir alami karena lingkungan mengajarkan tentang bagaimana berdialog dengan Tuhan, dengan alam melalui bahasa seni maka mereka itu adalah representasi nyata gambaran masa lalu bahwa setiap generasi selalu ada seniman, budayawan, perancang bangunan monumental sudah ada sejak peradaban manusia ada.Dari sejarah manusia sudah meninggalkan kecerdasannya, sayangnya sekarang banyak manusia menyia - nyiakan kecerdasan hanya untuk debat kusir tidak jelas yang malah kontraproduktif.

Borobudur dan Hidupnya seni Tradisi (wawasan.co)
Borobudur dan Hidupnya seni Tradisi (wawasan.co)
Ada manusia dengan alasan agama, melenyapkan atau anti terhadap patung, bahkan tahun 80 -an ada teroris yang hendak menghancurkan Borobudur dengan cara mengebomnya. Kalau mereka tega melenyapkan artefak budaya rasanya manusia semakin mundur, dan terjebak dalam sebuah situasi manusia yang cenderung Adigang, Adigung, Adiguna. Manusia dengan  menonjolkan benih kesombongan, watak berkuasa dan merasa paling pintar sendiri sehingga lebih suka menunjukkan diri terpintar padahal banyak hal belum diketahui. Dan karena sok tahu itulah manusia menjadi gampang roboh oleh perasaannya sendiri.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun