Mohon tunggu...
Ign Joko Dwiatmoko
Ign Joko Dwiatmoko Mohon Tunggu... Guru - Yakini Saja Apa Kata Hatimu

Jagad kata

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan Pilihan

Beruntungnya Hidup sebagai Guru

2 Mei 2021   17:18 Diperbarui: 4 Mei 2021   10:20 527
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Guru sedang mengajar (itjen.kemdikbud.co.id)

Sejak lahir saya hidup sebagai anak guru, mempunyai kakek, seorang guru, Bu lik, Pak Lik dan banyak saudara sebagai guru. Di lingkungan guru meskipun kehidupan sederhana, tidak kaya tidak juga miskin. Bahkan sampai perguruan tinggi, sampai lulus ayah ibu saya yang pegawai negeri dan berlatarbelakang pendidikan sekolah guru, mendapat gaji tetap meskipun di zaman dulu gaji guru kecil dan untuk hidup sebulan saja harus gali lubang tutup lubang. Utang dan potong gaji sampai gajinya minus.

Hidup Sebagai Anak Guru

Untungnya sebagai anak guru bergaji kecil namun pendidikan masih menjadi prioritas. Meskipun harus makan sederhana asalnya pendidikan anak terperhatikan. Rata - rata anak guru di sekitar tempat saya memang minimal lulus SMA, banyak yang sampai perguruan tinggi, banyak pula yang melaju sampai jenjang doktor, padahal tahu bahwa gaji pegawai kecil, Kalau mengeluh sih mengeluh tapi mereka tidak putus asa, selalu ada jalan untuk mendapatkan uang, selalu ada jalan untuk membuat keluarganya tidak kelaparan. Hutang bukan barang langka.

Beruntungnya hutang guru dipercaya karena mereka pasti bisa mengembalikan meskipun dengan cara mencicil. Untuk memenuhi kehidupan, ada yang nyambi sebagai tukang ojek, ada yang sambil bertani selepas mengajar, Kalau ayah saya terus terang lebih fokus untuk karir sebagai pegawai negeri, sedangkan ibu saya sebelum dan setelah mengajar selalu ritual ke sawah sekedar menggerakkan badan dan bercocok tanam. Beruntungnya orang tua masih punya beberapa petak sawah dan kebun yang bisa ditanam meskipun dengan cara bagi hasil dengan petani. Hasil pertanian yang tidak seberapa masih bisa untuk menggerakkan roda ekonomi  ketika gaji yang diterima minus karena banyak potongan ini dan itu.

Hidup Cukup Meskipun Harus Gali Lubang Tutup Lubang dengan Berhutang

Tidak terasa tahun demi tahun berlalu dan kami bisa lulus perguruan tinggi. Setelah masa pensiun, orang tua meskipun tetap ritual hutang beruntung karena gaji yang diterima lebih utuh dan dengan kehidupan sederhana desa gaji kedua orang tua lebih dari cukup. Perjuangan keprihatinan memang butuh kesabaran, kalau hidup sesuai dengan kemampuan nyatanya manusia selalu diberi jalan. Dan di desa prioritas anak guru adalah pendidikan, mereka menanamkan pola pikir bahwa tidak apa apa makan garam, tempe dan ikan asin setiap hari asal bisa memperoleh pendidikan tinggi untuk mengangkat derajad keluarga.

Sebagai guru mereka laku prihatin untuk memenuhi gizi dan susu anak - anaknya. Tidak terbayang dengan gaji kecil guru dan anak lebih dari lima bahkan ada yang sampai 12 tetapi anak- anaknya berhasil semua, bisa mengenyam sekolah sampai perguruan tinggi. Kalau dipikirkan secara ekonomi juga susah  dinalar tapi mukzizat Tuhan selalu ada untuk orang yang tidak banyak mengeluh namun tetap tekun bekerja dan mencerdaskan anak bangsa.

Sukses Mengantarkan Anak Menempuh Pendidikan Lebih Tinggi

Banyak anak- anak guru di sekitar desa saya bisa sukses ketika merantau dan bekerja di luar desanya. Jadi betapa beruntungnya menjadi anak guru. Sementara dulu rasanya status sosial sebagai guru di desa rasanya lebih tinggi dari petani biasa. Mereka menganggap keluarga guru sebagai orang terpandang dan masuk dalam kalangan bangsawan ( wuih lebay ) benar kadang ayah saya masih sering dipanggil dengan kata den (Raden ) sebuah status yang tersandang karena ada keturunan dari keraton. Kakek saya dulu sering dipanggil den mantri, karena status kakek sebagai kepala sekolah SD. Padahal bukan karena keturunan trah menjadi terpandang karena menjadi gurulah sehingga dianggap sebagai orang pintar dan berpendidikan.

memperingati Hari Pendidikan Nasional (dokumen pribadi )
memperingati Hari Pendidikan Nasional (dokumen pribadi )
Namun bukan kesombongan esensinya, secara sadar sebagai anak guru saya tidak sukses- sukses amat, banyak dari mereka yang bisa menjadi doktor, pejabat tinggi, pengusaha sukses, direktur. Paling tidak bekal pengetahuan, membuat anak guru terpacu untuk belajar, meskipun dengan fasilitas sederhana tidak sebagaimana pengusaha sukses atau orang kaya lainnya. Dari keterbatasan dan pendidikan karakter sejak dari rumah mereka para anak guru menyadari bekal utama untuk merengkuh masa depan adalah pendidikan.

Keterbatasan Membuat Anak Tertantang dan Kreatif

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun