Mohon tunggu...
Ign Joko Dwiatmoko
Ign Joko Dwiatmoko Mohon Tunggu... Guru - Yakini Saja Apa Kata Hatimu

Jagad kata

Selanjutnya

Tutup

Love Pilihan

Yogyakarta dalam Ingatan

11 April 2021   14:57 Diperbarui: 11 April 2021   15:05 301
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Yogya dulu Memang Ngangeni (id.pinterest.com)

Sepanjang perjalanan pun dari Magelang dan Yogyakarta dengan naik motor saya sering berpindah rute, kadang menyusur Turi, kadang lewat Jalur Sayegan Dari Tempel Ke kanan, yang akhirnya sampai Yogya melewat jalan Bantul atau Jalan yang menuju ke arah Kulon Progo.

Yang asyik saat melintas jalan dari Sayegan dan melewati jalan  Godean.  Sepeda ontel berbaris menuju kota. Jumlahnya sangat banyak. 

Waktu itu kendaraan favorit ya sepeda, belum banyak motor seperti sekarang ini. Barisan sepeda itu menjadi cerita sendiri, karena zaman saya banyak kelompok anak muda yang senang bersepeda secara berkelompok dan keliling malam hari dengan sepeda ontel berbagai merk.

Saya sendiri waktu itu memiliki sepeda roadbike istilah dari sepeda balap yang pernah mengantarkan saya menyusur Jalan dari rumah saya di sekitar lereng Merbabu Merapi menuju Yogyakarta. Dari Magelang perjalanan bersepeda ditempuh sekitar dua jam, tapi waktu kembali dari Yogya ke tempat tinggal orang tua saya ditempuh dengan waktu kurang lebih 4 jam.

Perbedaannya karena ketika menuju ke arah Yogya jalan menurun, ketika menuju ke Magelang jalannya cenderung menanjak. Itu pengalaman bersepeda saya. 

Berkat bersepeda waktu itu otak saya mengingat jalan - jalan Yogyakarta. Sebab hampir semua sudut Yogya pernah saya jelajahi dengan bersepeda, yang sering dulu adalah jalur dari Mrican ke arah Malioboro, baik ditempuh dengan jalan kaki maupun bersepeda.

Dari Mrican, Melewati Samirono, setelah asrama Putri ke kiri atau terus melewati bunderan UGM ke kiri melewati rumah sakit Panti Rapih,  Lurus menuju jalan Suroto, Di Jalan Suroto saya sering mampir di Galeri Budaya milik Kompas yang sering menyelenggarakan pameran dan diskusi budaya. Yaitu Bentara Budaya Yogyakarta, Sebelah kanannya terlihat SMA 3 Padmanaba yang gedungnya unik. 

Kelasnya unik karena guru mengajar di bawah sedangkan siswanya berada di atas. Bentuk kelasnya seperti (saya hapal karena pernah praktek mengajar selama 3 bulan di sekolah anak - anak pintar dan terpilih tersebut.

Membaca tentang Yogya Yogya saya bisa merasakan saat Yogya masih sangat giat dengan acara budaya. Pernah merasakan bagaimana aura budaya, latihan teater, kumpul dengan para seniman di Gedung namanya  Seni Sono, gedung itu berada di depan Kantor Pos Yogya, atau di sebelah Istana Kepresidenan. 

Kentalnya aktivitas budaya itu membuat saya teringat ketika latihan bareng para seniman teater Yogya dari kampus beragam ada teman dari IAIN, dari Sanata Dharma, Atmajaya, UNY (IKIP ) dan tentunya ISI Yogyakarta. Kebetulan dulu saya aktif di unit kegiatan teater IKIP. Bersama dengan penggagas teater gabungan yaitu Emha Ainun Nadjib, iringan pemusik Kyai Kanjeng.

Kalau pengin bernostalgia tentang Yogyakarta Yogya  Yogya  membaca novel Herry Gendut Janarto sangat mewakili banget memori orang yang pernah tinggal di Yogyakarta. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Love Selengkapnya
Lihat Love Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun