Mohon tunggu...
Ign Joko Dwiatmoko
Ign Joko Dwiatmoko Mohon Tunggu... Guru - Yakini Saja Apa Kata Hatimu

Jagad kata

Selanjutnya

Tutup

Diary Pilihan

Melongok Catatan Harian, Meniti Jejak Langkah Menulis

5 April 2021   06:51 Diperbarui: 5 April 2021   06:54 232
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Sejak senang menulis dan menggores kata - kata di  kertas, catatan terlihat tersimpan rapi di rak lemari buku harian, aku masih bisa melongok jejak langkah hidup  dari hari ke hari bulan ke bulan tahun ke tahun.  Mengikuti suasana hati dengan membaca memori yang kutulis dari tanggal dan tahun yang tercatat.

Mau berantakan atau malah keluar ide yang mentakjubkan tetap saja menulis itu mampu menyimpan jejak langkah hidup. Aku masih menyimpan beberapa catatan di buku tulis, tentang keluh, tentang kisah -- kisah cinta, tentang kekecewaan, dan beberapa coretan tentang hasrat dan cita - cita masa depan. Yang lucu, yang mengharukan, yang menggelikan dan yang bikin tertawa saat membacanya. Tapi apakah perlu membaca tulisan kembali dari catatan harian masa lalu.

Bagiku perlu, mungkin sebagai pengingat bagaimana sejarah menulisku masa lampau, bagaimana bentuk bahasanya yang cenderung masih kacau, yang susunan katanya masihlah sekedar tulisan curhat yang tidak berpikir akan kerapian dan enak tidaknya aliran kata - kata. Namanya catatan harian spontanitas lebih penting daripada keindahan berbahasa.

Namun ada juga karangan yang kulihat mengagumkan sebab kenapa bisa muncul ide brilian di masa lampau. Ini aku atau siapa yang membuat catatan begitu mempesona, sampai berpikir saat inipun aku susah mengulanginya kembali.

Namun kembali saya tegaskan mau karangan masih berantakan belum punya jam terbang, masih perlu diasah kemampuan menulis atau malah karangan atau tulisan dulu sangat mengagumkan itu adalah jejak tulisan, bagian dari sejarah seseorang yang hobi menulis. Bisa jadi jejak tulisan itu menjadi penegas bagi seseorang untuk terjun secara total sebagai penulis, atau hanya sebagai pekerjaan sampingan saja.

Dunia menulis tidak semua orang bisa memahaminya, hanya orang yang berlatar belakang suka membaca, suka mengungkapkan perasaannya lewat menulis dan tidak banyak orang sabar untuk merangkai kata. Menulis itu butuh kesabaran, butuh proses, butuh pembelajaran terus menerus, selalu merasa harus belajar agar kemampuan menulis meningkat dari waktu ke waktu, tidak mudah cepat puas dengan hasil karyanya. Selalu pengin mencari cara agar tulisannya mampu diterima semua kalangan dan masih banyak faktor agar hasil menulis bisa lebih maksimal dan lebih baik seiring dengan jam terbang yang lebih tinggi.

Ada beberapa tahap menulis yang harus dilalui penulis. Ini sebuah pengalaman pribadi saja, tidak semua penulis mempunyai pengalaman sama dalam proses menulis dan tahapan jam terbang penulis.

1. Menulis sekedar mencurahkan unek - unek. Ini tahapan menulis yang aku rasakan saat pertama kali melakukan aktifitas menulis. Aku yang tidak terbiasa curhat kepada teman karena kemampuan bercerita  lewat bahasa verbal  kurang bagus, akhirnya mencoba menulis untuk mengeluarkan unek - unek.

2. Menulis sebagai sarana mencatat khayalan - khayalan dari dari hasrat mencintai seseorang yang kurang tersalur. Kadang pengalaman putus, rasa malu untuk mengungkapkan perasaan pada seseorang yang dicintai membuat khayalan - khayalan datang. Aku berkhayal tentang dialog saat mengungkapkan perasaan, atau membuat puisi cinta yang diusahakan untuk dikirimkan kepada seseorang yang disukai. Dari khayalan- khayalan itu akhirnya tersusun semacam, cerpen, puisi, dan berbagai hasil khayalan yang menjadi jalan untuk mencintai dunia tulis menulis.

3. Menulis sebagai tugas sekolah, kuliah. Waktu SMA ada tugas wajib yang mesti diselesaikan yaitu membuat karya tulis. Karya tulis wajib itu adalah hasil observasi pelajar SMA. Aku sendiri dulu pernah melakukan observasi dan wawancara di sebuah koperasi sapi di daerah Kaliurang. Hasil wawancara dan observasi harus diwujudkan dalam karya tulis sesuai aturan baku penulisan karya tulis. Waktu itu aku mesti belajar membuat catatan, disusun menjadi karya tulis dengan bahasa baku pembuatan paper dan karya tulis. Mesti meningkatkan ketrampilan menulis dengan mesin ketik ( Dulu belum ada komputer). Perjuangan dari penulisan paper itu membuahkan hasil karena ketrampilan mengetik  bertambah. Dari pengalaman itu membuat  lebih mudah memindahkan ide menulis saya dari coretan  di buku tulis dipindahkan dengan mesin ketik dan mencoba mengirimkan ke majalah dan koran.

4. Kemampuan mengetik bertambah ketika di SMA ada mata pelajaran mengetik dengan sistem buta dengan mengenal penempatan jari - jari di mesin ketik. Ketika mengetik sudah menjadi kebiasaan ketrampilan mengetik sepuluh jari itu menjadi berguna dengan hanya konsentrasi membaca teks untuk dipindahkan ke mesin ketik tanpa perlu melihat satu persatu tuts mesin ketik.

5. Seiring berjalannya waktu ketika komputer menggantikan mesin ketik manual saya bisa menyimpan tulisan di word dan menyimpannya di fie, flashdisk, drive dan menyimpan tulisan di platform blog seperti Kompasiana dan blog pribadi.

6. Beberapa artikel dari sebagian artikel yang dipublikasikan di blog dikumpulkan menjadi buku hingga akhirnya impian sebagian masa lalu untuk menghasilkan buku tercapai.

Itulah pengalaman yang bisa aku share tentang tahapan menulis sampai sekarang telah melewati puluhan tahun berkecimpung dalam dunia menulis, meskipun saat ini belum berani menyatakan bahwa menulis sebagai ladang utama hidup.

Menulis itu mengasyikkan dan bisa dikatakan gampang bila dalam kepala ada banyak ide dan ketika menulis bisa cepat menyelesaikan satu artikel karena kebiasaan menulis bertahun -- tahun sehingga mengalir begitu saja.

Arswendo Atmowiloto  mengatakan mengarang itu gampang karena kebiasaan dan rutinitas menulis sehingga menulis sudah menjadi bagian hidup. Aliran kata - kata meluncur dan menulis menjadi lebih gampang daripada para pemula yang sedang berusaha mendorong kebisaan menulis dengan menyusun kata demi kata, kalimat demi kalimat, paragraf demi paragraf. Para pemula dan yang sudah senior ( jam terjam lama dalam menulis) tetap harus selalu belajar, dengan membaca dan melakukan observasi karena bagaimanapun otak harus diisi pengetahuan baru agar tulisan menjadi berbobot.

Itulah sharing pengalamanku menulis, semoga berguna, ini hanyalah sebuah catatan kecil, sempilan catatan harian yang sempat aku tulis dan aku bagikan kepada kalian para penulis dan pembaca semoga berguna.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Diary Selengkapnya
Lihat Diary Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun