Mohon tunggu...
Ign Joko Dwiatmoko
Ign Joko Dwiatmoko Mohon Tunggu... Guru - Yakini Saja Apa Kata Hatimu

Jagad kata

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Hari Ibu dan Anak yang "Perantau"

22 Desember 2020   23:56 Diperbarui: 21 Desember 2021   11:13 188
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Setiap tanggal 22 Desember selalu istimewa yang  dikenang  jasa seorang ibu. Mereka mengandung selama 9 bulan lebih, memelihara dari bayi hingga besar dan dewasa. Anak terus bertumbuh menjadi mandiri dan akhirnya setelah berkeluarga harus merelakan anaknya bertanggungjawab terhadap keluarganya. Kalau anaknya merantau seorang ibu akan kesepian sendiri di rumah, menunggu anaknya pulang dan menghirup udara rumah dan kangen -- kangenan antara ibu dan anak.

Kadang kasih sayang ibu yang akan terus bertahan sampai kapanpun, membantu meskipun anaknya sudah berkeluarga, terkendala oleh jarak dan waktu. 

Semakin menua seorang ibu, semakin tidak berdaya dengan rentan tubuhnya yang susah berkompromi untuk sekedar menengok anak dan cucunya di kota. 

Beruntung bagi seorang ibu yang selalu bisa berkumpul, dan rumahnya selalu menjadi ajang berkumpulnya anak, menantu dan cucu dan mungkin cicitnya. Kebahagiaan besar karena anaknya selalu mendampingi dan memberi perhatian lebih.

Ibu yang selalu mendapat hadiah dan mendapat kasih sayang utuh karena anaknya selalu berada di dekatnya. Pasti meski anak- anaknya tidak sekaya dan tidak sesukses orang orang perantauan tapi kebahagiaan itu utuh. Bagaimana dengan ibu yang lebih banyak sendiri di kampung halaman sementara anak-anaknya merantau di kota? 

Saat ini pasti tidak tidak terlalu ngelangut karena banyak anaknya yang sering menilpun dengan Whatshap,  semacam video  call atau sekedar mendengar suara saja. 

Sang perantau meninggalkan ibu  sudah tua, yang meskipun sering ditilpun tapi pasti selalu rindu bila anak cucunya kumpul bareng di rumahnya. Ada rasa sepi,  ada rasa sedih karena jarang bertemu.  Selalu tergiring mengingat masa - masa ketika anak - anaknya tampak ramai di rumah.

Ibu sang perantau sendiri sebetulnya juga kangen ingin berkumpul dan mendengarkan omelan ibu, mendengarkan suara -- suara ibu yang tidak henti - hentinya menasihati. 

Kadangkala sering yang terjadi adalah bantahan perang mulut, perang argumen dari anak yang kadang sering  nakal dan membantah nasihat orang tua. 

Setiap kumpul selalu saja ada hal yang bisa diperdebatkan dan dipertengkarkan. Namun itulah dinamika keluarga.Anak meskipun terlihat selalu berselisih paham namun akan rindu bila lama tidak berjumpa.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun