Mohon tunggu...
Ign Joko Dwiatmoko
Ign Joko Dwiatmoko Mohon Tunggu... Guru - Yakini Saja Apa Kata Hatimu

Jagad kata

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Ibu adalah Guru Kehidupan

4 Desember 2020   11:58 Diperbarui: 4 Desember 2020   12:00 193
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

ibu saya saat ulang tahun pernikahan yang ke 50 (dokpri)
ibu saya saat ulang tahun pernikahan yang ke 50 (dokpri)
Menghadapi kebandelan anak ia mungkin lebih emosional, berbeda ketika mengajar orang lain. Harus menjaga lidah agar tidak keluar kata- kata kasar. Khan guru itu digugu dan ditiru. Dalam separuh hidupku sebelum berkeluarga ibu adalah faktor utama kenapa aku  bisa sampai sekarang. Omelan ibu, bagaimanapun meskipun di kuping terasa menyakitkan namun itu adalah ungkapan kasih sayang. Ia tidak mengajar dalam arti sebenarnya, Lebih banyak sebagai guru kehidupan. Sampai umur 50 tahun masih saja peduli pada kehidupan anaknya.

 Terharu, pasti ia rindu dan selalu ingin ketemu, namun hidup di kota membuat aku mesti berjarak, kadang lupa menilpun, kadang lupa berkomunikasi. Ibu sendiri yang akhirnya menilpun. 

Ia sangat sayang pada anaknya meskipun sampai sekarang aku merasa belum bisa berbakti dan membalas semua perjuangan ibu yang membiayai kehidupanku, memaklumi ketika dalam masa pendidikan  terlalu asyik dengan kegiatan  hingga lupa belajar dan menyelesaikan kuliah. Berdoa rutin ke tempat penziarahan agar anaknya bisa menapak dalam kesuksesan dan lepas dari segala rintangan.

Ibu sebetulnya aku malu, berat perjuangan untuk menghidupi keluarga, banyak kebutuhan memaksa hingga kadang lupa  harus berbagi kebahagiaan, sekedar disapa dan diberi senyum dari jauh.Dari kecil meski sering mendapat sasaran omelan tapi ibu adalah pendengar terbaik, ia selalu punya waktu bila aku dalam kesulitan, selalu perhatian ketika aku merasa bahwa kehidupan kadang pahit, dan saat aku menjadi pengangguran ia yang selalu memotivasi untuk bangkit dan percaya bahwa suatu saat pekerjaan akan datang.

Ia memang telah teruji oleh waktu, Ia mesti bersabar menghadapi ayah yang kadang suka marah, suka keluar malam dan main judi. Ibu sabar hingga ayah tersadar bahwa main judi itu tidak pernah menguntungkan malah hanya membuang uang percuma. Perbedaan status sosial menjadi tantangan tersendiri. Keluarga ayah yang masih tergolong dari kalangan priyayi ( sedangkan ibu(nenek dari pihak ibu hanyalah petani biasa ). Ia harus selalu mendengar sindiran dan cibiran karena perbedaan status. Namun seiring perjalanan waktu ilmu ndableg membuat ibu  akhirnya bisa menghadapi segala omongan dengan tutup kuping, masa bodo."Sumonggo Kerso"

Belajar Sabar Menghadapi Kehidupan dari Ibu

Aku melihat sisi positif ibu. Pembelajarannya bukan masalah membuat aku pandai, pintar dan cerdas dalam hal pendidikan. Sejauh ini yang aku serap, ada kesabaran menerima apapun kritik dan sindiran. Ia tidak menyimpannya dalam hati, ia buang kata - kata yang menyakitkan itu dan lebih nyaman ketika pulang dari mengajar langsung ke sawah, berdialog dengan alam menanam dan membuat kebun kecil -- kecilan untuk menyibukkan diri sampai senja tiba.

Yang dihadirkan ibu adalah pengajaran kehidupan bagaimana menghadapi luapan amarah, menghadapi cacian yang selalu didengar, menganggap kehidupan adalah ujian dan harus dilalui dengan penuh kesabaran.

 Mau tidak mau manusia harus selalu belajar untuk mengendalikan emosi, Aku tahu jauh dihati ibu pasti ada perasaan sakit ketika harus menerima berbagai suara sumbang yang hampir tiap hari menghampiri, namun alam mengajarkan untuk melupakan sejenak berbagai ujian kehidupan, alam memberi rasa, memberi cinta dan ketulusan dan lebarnya maaf yang tidak terbatas.

Jadi teringat lagunya Iwan Fals tentang Ibu.

 Ribuan kilo jalan yang kau tempuh

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun