Mohon tunggu...
Ign Joko Dwiatmoko
Ign Joko Dwiatmoko Mohon Tunggu... Guru - Yakini Saja Apa Kata Hatimu

Jagad kata

Selanjutnya

Tutup

Filsafat Pilihan

Charlie Hebdo dan Permenungan tentang Toleransi

30 Oktober 2020   14:32 Diperbarui: 30 Oktober 2020   15:28 270
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Majalah yang membuat heboh dunia (edukasi.kompas.com)

Kalau sudah bicara masalah agama, rasanya setiap orang akan merasa sangat sensitif, emosional dan harus menahan nafas untuk segera memuntahkan kekesalan, memuntahkan sumpah serapah dan berbagi ungkapan kekecewaan. Untuk penghinaan terhadap agama ledakannya akan sangat membekas. Apalagi yang menganut paham agama radikal (apapun agamanya).

Charlie Hebdo adalah majalah mingguan Satir Perancis. Isinya tentang laporan, polemik, kartun yang menyindir kehidupan di Perancis khususnya. Siapapun bisa terkena sasaran satirnya. 

Baik politik, politisi, agama (Katolik, Yahudi dan terutama sering terlalu berani terhadap sepak terjang Islam radikal). Karena keberaniannya menampilkan satir Charlie Hebdo menjadi sasaran amarah Islam garis keras karena majalah ini sangat berani membuat kartun bertemakan Nabi Muhammad. 

Padahal dalam keyakinan Islam Nabi Muhammad tidak boleh divisualisasikan dengan gambar - gambar apapun. Kebebasan berekspresi yang menjadi landasan majalah itu mengundang kehebohan dan tentunya kecaman dunia khususnya saudara yang beragama Muslim. Maka muncullah Islamophobia, radikalisme dan serangan membabi buta akibat ulah Charlie Hebdo.

Phobia - phobia yang muncul terhadap agresifitas agama, semangat jihad untuk membela agamanya tanpa memperhitungkan resiko yang muncul di kemudian hari. Ketika emosi terpantuk, ajaran kasih, ajaran mulia agama hanyalah suara lirih di tengah keriuhan manusia yang dengan sombongnya berani menyatakan merekalah yang termulia, terbaik dan tersuci dari manusia lain. Agamalah sumber penyelamat yang dipercaya memberikan surga ketika manusia sudah tidak bernyawa lagi.

Yang phobia agama menjadi resah oleh kegarangan pemeluk agama dalam mempertahankan keyakinan, sementara esensi beragama di dunia harusnya adalah ajaran kasih, saling mengampuni, saling menyayangi. Bagaimana menyayangi bila muncul sentimen agama, kepala bisa terpenggal, darah mengalir dan wajah seram terlihat ketika dengan dinginnya membunuh manusia.

Apapun apakah agama membolehkan membunuh, memuntahkan kata - kata kasar, menghina agama lain. Apakah ia hanya buzzer media sosial, atau sekedar provokator yang dibayar agar manusia selalu bertengkar dan terus berjibaku untuk mengatakan ialah yang terbaik dari manusia lain, ialah terpilih dari manusia lain, ia lebih unggul dan merasa lebih suci dari manusia lain.

Manusia terjebak masuk dalam perangkat iblis yang bersorak sorai karena telah sukses mengadudomba manusia yang berbeda keyakinan untuk saling melenyapkan. Manusia menjadi medium iblis agar apapun tidak boleh ada kedamaian di bumi dan dunia ini.

Sebenarnya apa sih manfaat dari paham radikal, apakah sudah tidak ada celah manusia modern saat ini untuk menyimpan keyakinan untuk diri sendiri, namun tetap berjabat tangan dan saling mendukung meskipun beda keyakinan. Bukannya setiap orang mempunyai sudut pandang sendiri dalam memandang kehidupan.

Agama adalah tonggak moral, polisi bagi kejahatan, dan dokter bagi mereka yang tengah sakit iman, krisis dalam rasa percayanya pada kesempurnaan Maha Pencipta. Apakah ada agama di dunia yang cara penyebarannya didoktrin untuk membunuh musuh, menusuk lawan agar ia mengikuti keyakinan dan menebarkan ceramah untuk membenci dan mengutuk agama lain.

Ketika membuka jendela dan di seberang negara tengah ramai masalah intoleransi, sebaiknya di Indonesia suasana damai tetap dipertahankan, toleransi dan saling menghormati tetap terjaga. Yang mayoritas bisa menjaga suasana sehingga yang minoritas tetap merasa damai hidup dalam sebuah daerah yang didominasi agama mayoritas.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Filsafat Selengkapnya
Lihat Filsafat Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun